Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
“Apa semua bahan sudah siap?” tanya Tuan Laurent sembari mengecek gerbong muatan bahan-bahan kue.
“Ya Tuan semua uda siap” Odelia memeriksa catatan bahan-bahan di tanganya.
Setelah mengantarkan persedian roti serta surat pada Tuan Harley yang merupakan surat permintaan istana untuk membuat kue perayaan ulang tahun dari penguasa kota.
“Baiklah, mari kita berangkat hari sangat cerah Tuhan membantu kita” Tuan Laurent menaiki kuda coklat putihnya.
Odelia serta Penelope memasuki kereta kuda bersama tiga pekerja toko dan sisa dua pekerja pria duduk di gerbong belakang.
“Semoga hari ini berjalan dengan baik” Elio melambaikan tanganya pada rombongan menuju istana, kali ini Elio tidak mengikuti mereka ia bertugas menjaga toko untuk tetap berjalan seperti biasanya.
“Terimakasih, Elio” Penelope muncul dari jendela kereta membalas dengan melambaikan tanganya.
Kembali duduk dalam kereta Penelope membuka catatan mengenai ketentuan kue yang istana inginkan, dua pelayan yang ikut bersama mereka berbicara satu sama lain dengan riang sementara Odelia menatap pemandangan di bali jendela kereta.
“Kita telah sampai di gerbang istana, bersiap untuk turun” supir kereta memperingati mereka.
Kereta memasuki halaman istana, memutar untuk meposisikan gerbong muatan dekat dengan lorong dapur, terdapat Tuan Harley dengan pelayan-pelayan istana yang telah menanti kehadiran mereka.
Tuan Laurent turun dari kudanya seorang pekerja istana mengambil tali kudanya, berjalan menuju Tuan Harley dan menyapanya.
“Harley!!”
“Laurent!” kedua saling berjabat tangan dengan sekuat tenaga kemudian Tuan Laurent menarik tanganya merangkul leher Tuan Harley dan tertawa riang.
Ha ha ha ha ha
“Lihat wajah mu, kau terlihat lebih tua dari ku” Tuan Laurent mengejeknya.
“Hentikan Laurent kau hanya setahun lebih tua dari ku” Tuan Harley merasa kesal dengan tindakan Tuan Laurent.
Keduanya pun tertawa, pelayan tak luput tertawa. Odelia serta Penelope menghampiri mereka setelah mengecek muatan gerbong.
“Selamat pagi, Tuan Harley” Penelope menyapa Tuan Harley dan menyerahkan catatan bahan-bahan.
“Selamat pagi Penelope, Catherine” Tuan Harley memeriksa catatan.
“Baiklah, pindahkan semua bahan-bahan ke dapur selatan”
“Laurent dapur selatan telah di siapkan khusus untuk membuat kue, silahkan gunaka dengan baik” Tuan Harley memberikan arahan pada para pekerja dan pelayan istana.
“Tentu saja” Tuan Laurent dengan bangga.
“Aku sangat senang dengan kehadiran kalian berdua untuk membantuku dalam perayaan kali ini” Tuan Laurent menepuk pundak Odelia serta Penelope.
Odelia Penelope memandang satu sama lain dan tersenyum pada Tuan Laurent. Tuan Laurent mengikuti pelayan istana menuju dapur selatan bersama yang lainya.
“Tahun lalu kita bertugas menjaga toko, akhirnya kita bisa memasuki istana untuk membantu Tuan Laurent” Penelope mengenang kembali saat perayaan tahun lalu.
“Ya…” Odelia dengan tenang walaupun ia tidak memiliki ingatan Catherine.
Setelah tiba dapur setalan segera mereka bergerak membuat kue dengan tinggi hampir tiga meter itu.
......................
Calix berjalan di lorong menuju taman rahasia untuk bertemu dengan Annalise, memasuki taman terlihat Annalise bersantai di karpet berbulu bertumpu pada batan lembut di bawah tanganya serta menikmati buah anggur dengan jarinya.
Berjalan mendekatinya Calix mengambil buah anggur di jari Annalise memakanya dengan sengaja, Annalise memutar bola matanya bangkit dan duduk untuk menuangkan wine.
“Ini masih sore hari apa tidak terlalu cepat untuk meminum wine” Calix mengambil kembali gelas di tangan Annalise, memutar gelas di tanganya meminum semua wine di gelas.
“Bukan urusan mu” Annalise kesal dengan Calix membuang wajahnya.
Calix mendekati Annalise, menyentuh dagunya menggunakan jari untuk melihat padanya.
“Wajah dengan kecantikan ini sangat di sayangkan jika berubah menjadi pantat kera merah” Calix menggoda Annalise.
“Hah! Apa kata mu wajah ku seperti kera?” Annalise marah siap menampar wajah Calix.
Menangkap tangan Annalise, Calix mencium tanganya kemudian menautkan jari-jarinya pada jari Annalise mengenggam dengan erat, dengan tangan yang lain Calix mengambil botol wine meminumnya beberapa tegukan.
Annalise terheran dengan tingkah pria di hadapanya, setalah meneguk wine Calix menatap dalam pada Annalise. Mendekat pada wajah Annalise dengan tanganya sudah menahan kepala Annalise, Calix mencium bibir Annalise menggit sedikit bibir bawahnya untuk memaksa kedua bibirnya terbuka menelan wine melalui bibir Calix.
Merasakan wine di mulutnya Annalise memperdalam tautan bibirnya dengan Calix melepaskan jari-jarinya memeluk leher pria hadapnya, mendapat respon yang di inginkan Calix memperdalam ciuman pada Annelise memeluk tubuhnya untuk lebih dekat denganya.
Terengah-engah melepaskan tautan bibirnya aliran sisa wine mengalir di leher putih Annalise, Calix menatap wine di leher Annalise dengan tatapan lapar.
“Apa yang harus kita lakukan pada tunangan mu itu?” tanya Annalise sambil merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.
“Kita tidak dapat melakukan apapun padanya saat ini” Calix memakan anggur.
“Kau masih menyukainya kan? Katakan sesungguhnya!” Annalise melemparkan bantal di sampingnya pada Annalise.
Menghindari batal Calix kembali mendekati Annalise memeluk pinggangnya menatap sisa wine pada leher Annalise, Annalise berusa melepaskan diri.
“Tidak” jawab Calix dengan suara berat seorang pria dewasa. Mendekati leher Annalise, Calix menjilat sisa wine dengan sekali tindakan, mendapat godaan pada leher tubuh Annalise berhenti umtuk melepaskan diri segera Calix kembali menjilati leher Annalise menikmati sisa wine di mulutnya dengan ciuman.
“Hmmmmn…” Annalise terbuai dengan sentuhan Calix menggenggam rambut kuning muda Calix.
“Dalam beberapa hari ke depan akan ada perayaan ulang tahun ayah mu, tidak baik bagi kita membuat rencana saat ini” Calix memberikan alasan sambil terus menikmati leher Annalise.
Mendengar penjelasan Calix yang masuk akal, Annalise setuju melirik pria di lehernya.
“Baiklah”
Calix berhenti mencium Annalise saat melihat jam pasir sudah habis, merapihkan dirinya untuk pergi.
“Sampai jumpa lagi Lady Annalise” Calix mencium wajah Annalise sebelum pergi meninggalkanya.
Melihat Calix meninggalkanya, Annalise melemparkan bantal yang lain karena telah membuat kacau penampilanya saat ini.
......................
Asap putih keluar dari cerobong tungku, awan kuning orange sudah muncul di birunya langit.
Proses pembuatan kue telah selesai, Tuan Laurent meminta Odelia serta Penelope untuk pergi terlebih dahulu menggunkan kereta mereka.
“Cath, aku akan memeriksa kembali persedian bahan untuk membuat krim esok hari” Penelope berpisah dengan Odelia menuju dapur utama istana.
“Baiklah” Odelia menunggu dekat lorong dapur menatap langit senja di sela-sela tiang lorong.
Ael keluar dari menara melihat Odelia berdir dekat lorong berjalan mendekatinya. Bayangan hitam muncul dari samping Odelia, Ael berdiri tetap di hadapan Odelia menutupi langit.
Odelia melihat kembali mata ungu muda dengan tatapan yang misterius, dengan jarinya Ael menyentuh wajah Odelia.
Odelia seketika mundur untuk menghindar namun tubuhnya tiba-tiba di Ael dengan tangan kananya untuk lebih dekat. Odelia terkejut dengan tindakan Ael menatap kesal menahan kedua tanganya pada tubuh Ael.
Menggunakan sapu tanganya Ael membersihkan tepung di wajah Odelia dengan teliti.
“Lihat” Ael menunjukan noda putih tepung di sapu tangan ungunya.
“Terimakasih” Odelia melirik noda putih di sapu tangan itu, Ael melihat Odelia dengan dalam.
Terdengar suara nyaring pelayan wanita di belakang Ael, karena perbedaan tinggi Odelia dan Ael Odelia tertutupi dengan sempurna.
“Lihat itu Tuan Ael di sana” pelayan-pelayan wanita berlari menuju Ael.
Dalam sekejap Ael di kelilingi beberapa pelayan wanita yang senang bertemu dengannya Odelia pun tersingkir ke samping akibat kerumunan wanita itu.
Penelope melihat Odelia serta Ael yang di kerumi pelayan menyapanya dengan senyuman, Odelia berjalan meninggal Ael menuju Penelope.
“Apa yang terjadi di sana?” tanya Penelope.
“Entahlah, seketika mereka muncul dengan cepat mengelilinginya” Odelia dengan tenang.
“Dia memang tampan dan di gemari oleh banyak wanita” Penelope tertawa ringan.
Saaat keduanya sampai dekat kereta beberapa pekerja istana terlihat berdiskusi sesuatu. Terlihat roda kereta patah dan sedang di perbaiki oleh mereka.
“Maaf nyonya kereta ini membutuhkan waktu lama untuk di perbaiki” seorang pekerja menjelaskan pada Penelope.
“Bagaimana ini kita harus cepat kembali ke toko untuk melihat penyimpanan bahan krim yang kurang di dapur istana” Penelope menghela napas dengan keadaan mereka.
“Kita bisa berjalan atau minta penjaga istana mengantar kembali” saran Odelia.
“Pergantian penjaga istana akan di lakukan saat matahari terbenam nyonya” Pekerja istana menjelaskan situasi.
“Mungkin kita akan sampai saat Elio telah menutup toko” Penelope dengan Khawatir.
Gerbang istana terbuka, bunyi terompet penjaga terdengar. Di kejauhan terlihat pasukan kuda akan memasuki istana, debu-debu pasir berterbangan
di udara bersama kibaran bendera pasukan berkuda.
...----------------...