Kehidupan mewah serba berkecukupan tidak menjanjikan sebuah kebahagiaan. Contohnya saja Evelina, memiliki segalanya. Apapun yang dia inginkan bisa ia dapatkan. Namun, Eve selalu merasa kesepian, hatinya terlalu gunda mengharapkan perhatian kedua orang tuanya yang terlalu sibuk dengan dunia mereka.
Suatu hari, karena selalu meninggalkan putri mereka sendirian. Kedua orang tua Eve memutuskan untuk menjodohkan putri mereka dengan salah satu anak dari sahabatnya.
Pertanyaan nya, akankah Eve bisa bahagia? menikah muda dan bergabung dengan keluarga baru apa bisa membuat kesepian itu hilang?
Mau tahu jawabannya? yuk ikutin kisah perjalanan cinta Eve dan Joenathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
"Mama papa sangat egois, mereka tidak pernah memikirkan perasaan gue. Mereka hanya memikirkan apa yang menjadi keinginan mereka saja. Hiks.."
Blam~
Sekali hempasan, pintu kamar itu pun tertutup rapat. Tidak lupa Eve juga menguncinya.
"Arrgg.. Tidak kah mereka merasa puas dengan meninggalkan gue sejak kecil. Selalu sibuk dengan urusan mereka. Gue bisa menerimanya. Gue juga bisa hidup mandiri. Tapi... Hikss.." Eve sesegukan, ia merasa sangat kecewa pada kedua orang tuanya.
Eve selalu bertanya, mengapa nasibnya begitu buruk. Dia adalah seorang anak yang butuh kasih sayang kedua orang tuanya. Bukan seorang suami, tapi kedua orang malah tidak mengerti.
Malam itu, Eve hanya meratapi nasibnya hingga ia tertidur. Kamar yang awalnya rapi, kini terlihat seperti kapal pecah.
...----------------...
Eve terbangun dari tidurnya. Gadis itu melihat sekelilingnya. Kamarnya suda terlihat rapi kembali.
"Eh non, sudah bangun?" sapa bibi.
Eve menoleh, dia baru sadar siapa yang membereskan kamarnya ternyata adalah bibi.
Melihat mata Eve bengkak, sontak bibi merasa sangat terkejut. Dengan segera ia mendekat dan langsung memeluk Eve yang masih duduk menjuntai di tepi ranjangnya.
"Ada apa non, ayo cerita. Apa yang terjadi?" tanya bibi penuh perhatian dan kasih sayang yang harusnya Eve dapatkan dari kedua orang tuanya. Tapi, ia malah dapatkan dari art.
Eve menggeleng sambil tersenyum. Dia membalas pelukan bibi semakin erat. Hanya wanita paruh baya inilah yang selalu ada untuk nya.
"Bi, apa mama papa sudah pergi?"
"Ya non, nyonya sudah pergi sejak subuh." jawab bibi.
Eve menghela nafas, dia sudah menduga jika kedua orang tuanya lebih mementingkan pekerjaan di bandingkan dirinya.
"Apa non Eve menangis semalaman?" tanya bibi lagi.
Eve masih memeluk bibi, dia kembali menangis, bahu bibi sampai basa terkena air matanya.
bibi yang tahu Eve merasa buruk hanya diam saja, membiarkan Eve melepaskan beban di hatinya.
"Mama papa kenapa tidak mengerti sih bi, aku hanya butuh mereka. Tapi.. Hiks.." Ucap Eve di sela sela tangisnya.
"Mungkin mereka ada maksud yang baik non. Tapi kita tidak tahu kan." Tutur Bibi sambil mengusap punggung Eve. Berusaha membuat gais itu yang semakin menangis keras.
Eve memang butuh teman bicara untuk meluapkan semuanya.
"Tapi bi, mereka tida paham. Mereka ingin menikahkan aku bi, aku gak mau aku gak butuh bi."
Sontak bibi terkejut, dia memang belum mendapat kabar ini dari majikannya. Tapi, bibi tahu pasti tujuan majikan nya baik.
"Memangnya sama siapa non?"
"Musuh aku di sekolah bi. Bayangkan, aku tidak akan aman bila sama dia. Tapi mama papa gak ngerti."
"Wahh... Siapa tahu aja non, dari musuh jadi cinta" Goda bibi, membuat Eve cemberut.
"Ihh bibi kok malah ikut ikutan sih." Rengek Eve kembali menangis.
"Hahah, bibi bercanda non. Sudah jangan menangis lagi. Coba nanti non Eve bicarakan sama tuan dan nyonya. Siapa tahu mereka bisa mengerti." Saran bibi.
"Gak bi, mereka tidak akan mengerti." tolak Eve. Tampan di coba pun, Eve sudah tahu hasilnya nanti. Kedua orangnya itu sangat keras. Jadi, bicara pun tidak akan mengubah apa yang mereka rencanakan.
"Non, tidak ada orang tua di dunia ini ingin anak mereka dalam kesusahan. Mereka pasti ingin yang terbaik untuk anak anaknya." Tutur Bibi.
"Bibi yakin kok, tujuan nyonya dan tuan baik.Coba aja lihat dari sisi positif nya."
"Tapi..."
"Sudah, sekarang non Eve mandi. Lalu segera turun. Bibi akan siapkan sarapan. Nanti setalah tuan dan nyonya pulang baru deh bicara." Ucap bibi. Wanita paru baya itu menuntun Eve menuju ke kamar mandi. Terlihat gadis itu tampak malas, tapi tetap saja bergerak menuruti ucapan sang bibi.
...----------------...
Di sisi lain, keluarga harmonis tampak sedang sarapan bersama.
Si tampan tampak sedang asik menikmati makanan. Tiba tiba Hana menuruni tangga lalu bergabung dengan kakak dan orang tua nya.
"Ciee yang sebentar lagi nikah." Goda Hana Noel dagu kakaknya.
"Apaan sih, gue gak mau nikah sama cewe itu!" sangkal Joe.
"Ih kenapa? cantik tahu. Gue udah liat fotonya loh."
"Tahu tuh Joe, Uda dapat cewe cantik malah sok nolak" Sahut bundanya.
"Ah, bunda lihat sendiri kan gimana sifatnya. Apalagi kalau di sekolah, dia selalu membuat aku repot. " Tutur Joe.
"Eh satu sekolahan?" ayah bersuara.
"Adik kelas yah" jawab Joe.
"Ahaha, ternyata adik kelas. Akan bagus ni judulnya kalau di buat novel." Hana tertawa membayangkan kehidupan kakaknya nanti.
"Fall in love with senior" Ucapnya lagi memberi judul kisah kakaknya.
"Apaan sih, cepat habiskan makanan Lo!" sangkal Joe.
Bunda dan ayah ikut tertawa mendengar judul yang Hana buat.
"Bagus juga tuh." sahut bunda.
"Iyala Bun, kan hana yang buat" bangganya.
Di sela sela mereka makan, ada aja yang Hana katakan membuat semua orang tertawa lepas.
"Oh iya dek, Lo masuk ke SMA mana?" tanya Joe. Ia sudah menyelesaikan makannya, lalu menatap sang adik menunggu jawaban.
Hana tampak berpikir, dia masih belum menentukan kemana ia akan pindah.
"Gue masih mikir mikir" jawabnya.
Joe mangut mangut, lalu ia pamit pada kedua orang tuanya untuk lebih dulu pergi dari ruang makan.
"Bunda, Joe naik ke kamar dulu yah. Ada beberapa yang harus di kerjain hari ini." pamitnya.
"Oke" jawab bunda.
"Iya" sahut ayah.
Joe pun segera beranjak.
Hana juga sudah selesai makan, dia juga pamit setelah beberapa saat duduk untuk menurunkan makanan ke perutnya.
"Bun, Hana mau keluar yah. Mau mencari udara segar."
"Yah minta duit" Alih Hana pada ayah nya.
"Uang kemarin habis?"
"Sisa sedikit ayah" jawab ya merengek.
Jika sudah seperti ini, ayah tidak dapat berbuat apa apa. Dia hanya bisa pasrah dan mengirimkan uang ke rekening putrinya.
Cling~
Hana segera berbinar menatap notifikasi di ponselnya
"Thanks you ayah." sorak Hana seraya mengecup pipi ayah nya.
Cup.
Ayah tampak senang, kemudian Hana juga mengecup pipi bunda yang tampak iri dengan sang suami.
"Tenang aku adil kok" Tuturnya.
Ayah dan bunda terkekeh mendengarnya.
"Yaudah ayah bunda, Hana pergi dulu yah."
"Ok sayang, hati hati yah. Selalu berkirim kabar. Jangan sampai kamu kenapa kenapa." Ucap bunda panjang lebar ala ala seorang ibu.
Hana memeluk sang bunda erat, kemudian kembali mengecup pipinya.
"Bunda tenang aja, putri bunda ini akan baik baik saja."
"Ya sudah, Hana pergi dulu bye.." pamit Hana melambaikan tangan seraya berjalan cepat keluar dari rumah.
Stelan penampilan Hana cukup sederhana. Hanya dengan kaos lengan pendek bergambar Mickey mouse dengan celana jeans hitam panjang.
Gadis itu ingin berkeliling mall dan juga taman. Ia merasa harus beradaptasi kembali di kota ini setelah beberapa tahun merantau.
Ga tega ma Eve.. Kemanalaaa arah hubungan Joe da Eve ini? 😔😔😔😔😔