💮Warning mengandung unsur 21+ jadi bijak dalam memilih bacaan ya💮
Di tinggalkan oleh orang yang kita cintai tentu sangat berat. Apa lagi dengan hadirnya sesosok makhluk kecil yang di sebut anak. Gerry Ardana seorang pengusaha properti harus menelan kenyataan pahit karena istrinya mendadak meninggalkan dirinya setelah melahirkan putra pertama mereka. Sang istri tak terima melahirkan bayi prematur yang di diagnosa dokter memiliki kekurangan itu. Di sisi lain bayi yang diberi nama Zafa Ardana itu memiliki alergi terhadap susu sapi. Lalu bagaimana nasib baby Zafa? ikuti kisah selengkapnya.
S2. Menceritakan tentang kehidupan percintaan Didi, Aldo dan Arsen. (S2 ini gado-gado kisahnya. Jika suka silahkan lanjut, jika tidak tinggalkan othor disini tanpa kata" yang menyakitkan)
Plagian harap menjauh, kisah ini pure dari hasil Meres otak. Jadi jangan sekali sekali mencontek
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
🌸Selamat membaca🌸
"Jauhi istriku, Rian..!!" Ucap Gerry dengan suara beratnya. Dian terdiam membeku ditempatnya. Bagaimana suaminya tau ia ada di sini.
Rian tersenyum sinis, ada raut ketidaksukaan melihat kehadiran pria yang dari dulu selalu menjadi pesaingnya itu baik dalam urusan bisnis maupun urusan wanita.
"Aku hanya menghiburnya, karena ada pria bodoh yang membuatnya menangis." Kata Rian dengan entengnya.
Tangan Gerry mengepal kuat. Wajahnya begitu suram. Ia menatap Dian yang hanya diam tanpa melihat ke arahnya.
"Sebaiknya anda pergi dari sini tuan. Dan terimakasih sapu tangannya." Ujar Dian, ia pun tersenyum tipis pada Rian. Hingga akhirnya pria itu mengalah dan pergi meninggalkan Dian yang masih tetap membuang muka tak ingin menatap Gerry.
Dian bergerak hendak meninggalkan taman, namun belum sempat berbalik Gerry sudah memeluk tubuhnya dari belakang.
"Maaf, maafkan sikapku padamu tadi sayang!" Gerry meletakkan dagunya di pundak Dian.
Dian masih terdiam terpaku, hatinya benar² sakit. air matanya kembali mengalir.
Gerry membalikkan tubuh Dian hingga sekarang mereka saling berhadapan. Jemari Gerry mengusap air mata yang membasahi pipi Dian. Bahkan Gerry melihat mata Dian yang sembab. Sungguh dia hanya takut kehilangan Dian, tanpa ada maksud untuk menyakiti hatinya.
"Maaf, aku terlalu cemburu. Aku tak ingin kamu meninggalkanku." Ujar Gerry dengan suara bergetar. Luluh sudah hati Dian mendengar untaian kata yang Gerry ucapkan. Ia menghambur kedalam pelukan Gerry. Menyembunyikan tangisnya di dada bidang suaminya itu.
Gerry memeluk tubuh Dian dengan erat. Dia benar² takut kehilangan wanita ini. Ia mengecup puncak kepala Dian berkali².
Sigit hanya terdiam menyaksikan keintiman bosnya tanpa ingin mengganggu. Namun ada 1 pertanyaan yang bersarang di kepalanya. Apakah tuannya ini sudah benar² melupakan mantan istri pertamanya?
Gerry membawa tubuh Dian masuk kedalam mobil, mobil segera melaju meninggalkan taman menuju kediaman Gerry.
.
.
.
Nino berdiri di sebuah mansion besar, setelah 2 bulan lebih ia mencoba mencari keberadaan sang paman. Kini akhirnya pencariannya membuahkan hasil.
"Ada keperluan apa hingga membuat tuan Gionino Ataraska yang terhormat mampir ke gubuk kami?" ujar Tuan Hanafi menatap lekat pria muda dihadapannya ini.
Dengan penuh rasa haru Nino memeluk tubuh tuan Hanafi. Bahkan nyonya Arimbi sampai terkejut melihat Nino menangis dengan masih memeluk suaminya.
"Paman .." ujar Nino lirih. Tuan Hanafi melepas pelukan tubuh Nino. Ia masih memegangi bahu Nino dengan tatapan menelisik.
"Siapa kamu?"
"Aku keponakanmu paman. Aku putra satu²nya Husein Prawira Atmaja. Cucu kakek Kusuma Prawira." Kata Nino dengan wajah masih dipenuhi air mata.
Deg !!
Tanpa berkata apa² tuan Hanafi langsung memeluk tubuh Nino bahkan pelukannya lebih erat dari saat pertama Nino memeluknya. Nyonya Arimbi ikut menitikkan air matanya.
"Kau keponakanku?" tuan Hanafi masih tidak percaya dengan semua ini. Ini seperti mimpi baginya.
"Iya paman. Aku mencarimu bertahun², kenapa paman menghilang?" ujar Nino diantara rasa haru dan bahagia.
Tuan Hanafi mengurai pelukan mereka. Lalu membimbing Nino duduk di sofa.
"Paman tidak menghilang. Tapi paman menuruti ucapan kakekmu. Kakekmu bilang paman harus jauh² dari keluarga prawira karena memilih menikahi bibimu." Ujar tuan Hanafi, dengan mata berkaca² mengingat perlakuan ayahnya padanya dulu.
Flashback
Hanafi membawa kekasihnya ke kediaman Kusuma Prawira. Ia begitu mencintai Arimbi dengan segala kesederhanaan yang ada pada diri Arimbi.
Dengan menggandeng tangan Arimbi, Hanafi menemui ibu dan ayahnya yang sedang duduk bersantai di ruang keluarga.
"Ayah, ibu kenalkan ini Arimbi. Dia adalah wanita yang selama ini aku cintai." Kata Hanafi dengan senyum yang tersungging di bibirnya.
Tuan Kusuma melirik dengan sinis wajah Arimbi.
"Bahkan wanita yang aku siapkan untukmu lebih segala²nya dari dia. Berhentilah main² Hanafi.
Jedeer!!
Hanafi terkesiap mendengar ucapan sang ayah. Ia semakin mengeratkan pegangan tangannya pada sang kekasih.
"Sayang, dengarkan ucapan ayahmu. Santika adalah keturunan keluarga ningrat. Sedang wanita yang kau bawa ini tak jelas asal usulnya. Jangan buat kecewa kami nak." Ujar nyonya Sinta ibu Hanafi. Seperti mendapat serangan bertubi² Hanafi semakin mengerakan rahangnya. Bahkan tangan sang kekasih terasa sangat dingin dan bergetar.
Dengan hati yang penuh luapan emosi Hanafi menatap ke arah kedua orang tuanya.
"Aku tidak peduli dengan pangkat, kedudukan, nama baik atau apapun itu. Bagiku sudah cukup hubungan kami terjalin karena kami saling mencintai." Desis Hanafi, ada kilat kemarahan dari matanya.
"Cih .. apa kau akan memberi makan anak dan istrimu dengan cinta? apa cinta yang kalian punya cukup mengenyangkan?" sindir tuan Kusuma.
"Aku membawanya kemari untuk meminta restu kalian dengan baik². Tapi dari sambutan kalian, aku tau kalian menyuruh kami kemari hanya untuk mempermalukannya." gumam Hanafi.
"Mas, sudah. Jika memang orang tua mas tidak merestui kita. Sebaiknya mas menikahi wanita pilihan mereka." Ujar Arimbi, air matanya sudah menetes tak kuasa menerima hinaan yang dilontarkan kedua orang tua Hanafi.
"Aku sudah berjanji untuk menikahimu. Dan aku pantang melanggar janjiku sendiri. Kita pergi dari sini. Aku akan menikahimu dengan atau tanpa restu orang tuaku." Hanafi beranjak dari ruangan dengan tetap menggandeng tangan Arimbi.
"Jika kau tetap memilih wanita itu, selangkah kau keluar dari rumah ini jangan harap kau bisa kembali lagi dan menginjakkan kakimu di rumah ini. Dan aku akan menghapusmu dari daftar ahli warisku Hanafi." Ucap tuan Kusuma dengan suara yang naik 2 oktaf.
"Aku tidak peduli. Baiklah jika itu yang kalian mau. Detik ini juga aku bukan lagi Hanafi Prawira Yudha. Aku hanya Hanafi pria miskin yang tidak mempunyai keluarga.
Arimbi tertegun mendengar ucapan Hanafi. Ia terdiam namun tangannya terlepas dari genggaman tangan Hanafi.
"Mas, jangan jadi durhaka pada orang tuamu. Kembalilah pada mereka. Lupakan janjimu padaku." Ujar Arimbi ia segera pergi dari ruangan keluarga Hanafi dengan perasaan yang tak menentu.
"Kau lihat, wanita itu meninggalkanmu agar kau tetap bergelimang harta, Hanafi." sinis nyonya Sinta.
"Bagaimana kau bisa berkata semua itu ibu? kau dan dia sama² wanita. Tapi hati kalian jauh berbeda. Terima kasih selama ini kalian sudah merawatku. Aku pastikan tak kan lagi menginjakkan kaki di rumah ini sesuai kemauan kalian." Hanafi segera keluar menyusul Arimbi.
Flashback end
Nino tertegun mendengar cerita sang paman. Kenapa keluarganya tega berbuat seperti itu pada darah dagingnya sendiri.
"Maafkan kakek paman. Aku yakin kakek menyesali semua ucapannya." Ujar Nino, Hanafi menggeleng lemah. Ia tau sifat keras ayahnya.
"Apa paman tau, ayahku sudah lama meninggal?" Tuan Hanafi menatap sendu sang keponakan. Ia mengangguk, hal yang paling ia sesali hingga sekarang. Ia tak pernah berpamitan dengan sang kakak ketika meninggalkan rumah. Dan ketika mendengar kabar sang kakak gugur di Medan perang ia hanya mampu datang di pemakaman. Tanpa sempat memberikan ucapan terakhir untuk sang kakak.
"Kita makan dulu mas, sudah siang! Ayo Nino, bibi sudah buatkan makanan untukmu. Semoga kamu suka." Ujar nyonya Arimbi membelah perhatian kedua pria beda generasi itu. Hanafi merangkul pundak Nino dan membawanya ke ruang makan.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
terimakasih sudah mampir
dengan perjanjian yg dibuat itu dimna apabila anaknya dian cewe dia tak mau mengakui dan kontrak berakhir itu sama aja udah talak,tapi talaknya berlaku pas dian sdh melahirkan... memang kadang banyak yg salah sangka dengan ini.. sama halnya nikah kontrak yg memiliki masa berlaku,apabila sampai masanya dan kedua pihak ingin melanjutkan pernikahan tersebut sebaiknya dilakukan akad nikah kembali... wallahi