NovelToon NovelToon
WIDARPA

WIDARPA

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Horror Thriller-Horror / Anak Yatim Piatu / Pengasuh
Popularitas:688
Nilai: 5
Nama Author: Karangkuna

Renjana, seorang gadis muda yang baru saja pindah ke kota kecil Manarang, mulai bekerja di panti asuhan Widarpa, sebuah tempat yang tampaknya penuh dengan kebaikan dan harapan. Namun, tak lama setelah kedatangannya, ia merasakan ada yang tidak beres di tempat tersebut. Panti asuhan itu, meski terlihat tenang, menyimpan rahasia gelap yang tak terungkap. Dari mulai bungkusan biru tua yang mencurigakan hingga ruangan misterius dengan pintu hitam sebagai penghalangnya.

Keberanian Renjana akan diuji, dan ia harus memilih antara melarikan diri atau bertahan untuk menyelamatkan anak-anak yang masih terjebak dalam kegelapan itu.

Akankah Renjana berhasil mengungkap misteri yang terkubur di Widarpa, atau ia akan menjadi korban dari kekuatan jahat yang telah lama bersembunyi di balik pintu hitam itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karangkuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

WIDARPA 23

Sore itu, di balkon belakang, udara terasa lebih dingin dari biasanya, tapi Renjana merasa gelisah. Dia duduk di kursi kayu, memandang rembulan yang bersinar di langit yang gelap. Kiwi duduk di sampingnya, dengan wajah yang serius namun sedikit khawatir.

"Jadi, bagaimana rencanamu?" tanya Kiwi sambil menatap ke arah yang sama, berusaha tidak membuat situasi terasa tegang.

Renjana menghela napas, memikirkan segala hal yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir. "Aku belum menemukan apa-apa yang pasti," jawabnya dengan pelan. "Tapi ada satu hal... tentang ruang isolasi, aku tidak tahu harus mulai dari mana."

Kiwi mengangguk dengan penuh perhatian. "Tapi kamu pasti sudah mencurigai sesuatu, kan?" tanyanya dengan lembut, memahami kebingungannya.

Renjana terdiam sejenak, berpikir apakah dia harus menceritakan tentang noda darah yang dia temukan di lantai. Namun, rasa ragu mencegahnya. Dia belum yakin tentang apa yang sebenarnya terjadi. "Aku merasa seperti ada sesuatu yang disembunyikan," kata Renjana akhirnya, "tapi aku tidak bisa mengatakannya pasti. Ada sesuatu yang tidak beres, Kiwi. Aku hanya... aku takut kalau aku salah."

Kiwi menatapnya dengan empati. "Aku mengerti," katanya dengan suara tenang. "Tapi kamu harus berhati-hati. Ingat, ada banyak CCTV di gedung ini. Mereka bisa memantau kita kapan saja."

Renjana terkejut mendengar hal itu. "CCTV?" tanyanya, matanya terbelalak.

Kiwi tertawa pelan, mencoba meringankan suasana. "Biasanya hanya wakil ketua yang mengawasi, untungnya dia tidak sering berada di sini. Jangan khawatir. Kamu hanya perlu lebih hati-hati."

Renjana mengusap wajahnya dengan telapak tangan, merasa cemas. "Betapa cerobohnya aku," katanya dengan nada menyesal. "Aku tidak sadar tentang semua itu. Aku bahkan tidak berpikir tentang hal seperti ini."

Kiwi mengangguk dengan lembut. "Ini memang bukan tempat yang mudah. Tapi kamu tahu, kita harus lebih pintar dari mereka. Kalau kita tidak hati-hati, kita bisa jadi sasaran. Kalau ada bukti lain, jangan ragu untuk memberitahuku. Kita harus bekerja sama dalam hal ini."

Renjana menatap Kiwi, rasa terima kasih dan kebingungannya bergelut dalam hati. "Aku akan lebih hati-hati," janji Renjana dengan suara mantap. "Aku tidak akan menyerah, Kiwi. Aku akan menemukan apa yang sebenarnya terjadi di sini."

Kiwi tersenyum dan memberi dorongan pada Renjana. "Aku tahu kamu bisa," katanya. "Jangan lupa, kalau butuh bantuan, aku ada di sini."

Setelah berbicara beberapa saat lagi, Kiwi bangkit dari kursi dan berpamitan. "Hati-hati ya, Renjana. Jika ada hal lain yang kamu temukan, beritahu aku. Kita harus menjaga satu sama lain."

Renjana mengangguk, mengawasi Kiwi berjalan menuju pintu belakang dan menghilang ke dalam kegelapan. Suasana malam itu kembali sepi, tapi dalam hati Renjana, semangat untuk mencari tahu lebih banyak tentang apa yang sebenarnya terjadi di panti semakin menguat.

Malam itu, suasana di kamar Beruang terasa hangat dan nyaman, meskipun udara malam di luar agak dingin. Lampu-lampu kecil yang tersebar di sudut ruangan memancarkan cahaya lembut, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Di sudut ruangan,  ada sebuah karpet cukup besar yang digelar, dikelilingi oleh beberapa bantal warna-warni yang empuk. Renjana duduk di tengah-tengah anak-anak, dengan sebuah buku cerita besar di tangannya. Di sebelahnya, Kiwi duduk sambil memegang boneka tangan berbentuk beruang yang lucu. Kiwi dengan ceria menggerakkan boneka itu, membuat suara-suara lucu dan gerakan yang mengundang tawa dari anak-anak yang duduk di sekeliling mereka.

"Suatu hari, di sebuah hutan yang sangat lebat, ada seekor kelinci yang sangat cerdik..." Renjana memulai cerita dengan suara lembut dan penuh perhatian. Setiap kata yang diucapkannya membawa anak-anak ke dalam dunia yang penuh keajaiban dan petualangan. Anak-anak itu mendengarkan dengan seksama, mata mereka berbinar-binar, seolah-olah dunia luar tidak ada, hanya ada mereka dan cerita yang dibawakan Renjana.

Kiwi dengan lincah menggerakkan boneka kelinci yang dipegangnya, membuat anak-anak tertawa terbahak-bahak. "Lihat, kelinci ini sangat pintar, dia tahu cara menghindari bahaya!" Kiwi berkata sambil menunjukkan boneka kelinci yang melompat-lompat di udara, membuat anak-anak terpingkal-pingkal.

Renjana tersenyum melihat anak-anak yang begitu gembira. Ada delapan anak di ruang itu, semuanya duduk dengan penuh perhatian. Beberapa dari mereka memeluk boneka kecil mereka, beberapa lainnya hanya duduk dengan tenang, mendengarkan dengan penuh rasa ingin tahu. Hanya dengan satu cerita sederhana, suasana yang semula hening dan biasa-biasa saja kini terasa hidup, dipenuhi oleh tawa dan keceriaan mereka.

Namun, meskipun hatinya terasa hangat oleh tawa mereka, Renjana tak bisa menahan perasaan sedih yang menggerogoti hatinya. Setiap kali ia memandang wajah polos anak-anak itu, ia tak bisa menghindari rasa sakit di dalam dirinya. Betapa bahagianya mereka jika tidak ada kekejaman dunia yang harus mereka hadapi. Betapa indahnya dunia ini jika mereka bisa tumbuh tanpa rasa takut atau terluka.

Renjana memandang wajah-wajah ceria itu, berpikir tentang semua yang mereka alami, dan bagaimana mereka, meskipun masih begitu kecil, harus menghadapi kenyataan pahit dunia yang penuh ketidakpastian. Mereka harus menjalani kehidupan yang keras, berhadapan dengan ketidakadilan, rasa sakit, dan kehilangan. Dan di hadapan mereka, ada Renjana yang ingin memberikan sedikit kebahagiaan dan cinta, agar mereka bisa merasa aman dan diterima.

Hati Renjana bergetar saat ia melanjutkan cerita. "Namun, kelinci itu tahu bahwa meskipun dia cerdik, kadang-kadang, dia perlu teman-teman untuk membantu, karena bersama, mereka lebih kuat," Renjana berkata dengan lembut, seolah-olah juga berbicara untuk dirinya sendiri.

Anak-anak itu semakin larut dalam cerita, tawa mereka mengisi ruangan dengan keceriaan yang tulus. Mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi di luar sana, tetapi Renjana berharap setidaknya mereka bisa merasakan sedikit kebahagiaan malam ini.

Renjana menutup bukunya setelah cerita selesai, dan anak-anak bertepuk tangan dengan riang. Kiwi tersenyum, meletakkan bonekanya dan memandang Renjana. "Kamu sangat hebat, Ren," katanya pelan.

Dengan tawa dan senyum anak-anak yang menghangatkan hati, Renjana merasakan ada sedikit kedamaian dalam hatinya.

Renjana berdiri sejenak di lorong yang sunyi, hanya ditemani suara langkah kakinya yang menggaung pelan di sepanjang koridor yang panjang dan gelap. Selimut yang ada di tangannya terasa berat, namun pikirannya jauh melayang. Ia menatap ke arah jendela besar yang menghadap ke halaman, mencoba melihat apakah mobil Helena masih ada, namun tidak ada tanda-tanda kendaraan itu. Mobil sedan hitam yang biasa dipakai Helena sudah menghilang, meninggalkan jejak gelap di jalanan di bawah sana.

Dengan hati-hati, Renjana menurunkan dua selimut yang dipegangnya ke rak di dekat pintu, menyisakan secuil rasa penasaran yang mengganjal di dalam hatinya. Sesuatu tentang kepergian Helena tadi malam terasa aneh. Dia tahu, ada hal-hal yang selalu tidak tampak jelas di balik sikap Helena—terutama sikapnya terhadap beberapa peraturan dan cara dia menangani situasi tertentu di panti.

Sambil berjalan kembali menuju tangga, Renjana memperhatikan sekelilingnya, berharap bisa menangkap sesuatu yang berbeda, sesuatu yang bisa menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengisi kepalanya. Di lorong itu, kesunyian malam terasa lebih berat. Tanpa disadari, Renjana telah berada di ambang perasaan curiga yang semakin dalam terhadap apa yang sebenarnya terjadi di panti ini.

Ketika dia hampir mencapai tangga, kakinya menginjak sesuatu yang keras di lantai. Renjana menunduk cepat, merasa ada yang tak biasa. Di lantai cokelat muda yang biasanya bersih, terdapat benda kecil yang tergeletak begitu saja, terperosok di sela-sela ubin. Renjana mengambilnya dengan hati-hati. Itu sebuah kunci, kecil, dengan gantungan yang sedikit berkarat, dan ada sedikit ukiran halus di permukaannya.

Hatinya berdegup lebih kencang. Apakah ini kunci ke ruangan yang selama ini tersembunyi? Pikirnya, mengingat segala yang selama ini dipertanyakan—ruangan yang selalu tertutup rapat di ujung lorong. Ruangan yang bahkan tidak pernah dibicarakan, tapi selalu ada di sana, mencuat dalam ingatannya setiap kali dia melewati lorong gelap tersebut.

Tanpa pikir panjang, dia melangkah perlahan, memutuskan untuk menuju ruangan yang sudah lama menarik rasa penasarannya. Dengan hati-hati, dia menuju pintu hitam di ujung lorong, tempat yang selalu terasa tertutup dari penglihatan. Saat itu, Renjana bisa merasakan betapa jantungnya berdegup lebih cepat, setiap langkah terasa semakin berat namun tak dapat ditahan.

Ini saatnya, Renjana, bisiknya pada dirinya sendiri.

Saat ia sampai di depan pintu, Renjana menatap kunci itu sekali lagi, sebelum memasukannya dengan lembut ke dalam lubang kunci. Suara klik yang terdengar begitu kecil hingga menggetarkan perasaannya.

 

1
Nicky Firma
awal yang bagus, ditunggu part selanjutnya
Karangkuna: terima kasih /Smile/
total 1 replies
Senja
bagus. lanjut thor
Karangkuna: terima kasih /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!