Kepergian Nayla menjelang pernikahannya, membuat semua orang bersedih, termasuk Laura sang kakak.
Ketika takdir membalikan kehidupan dan menulis cerita baru, Laura harus menerima kenyataan bahwa ia harus menjadi pengantin pengganti sang adik, Nayla. Untuk menikah dengan calon suaminya bernama Adam.
Namun, ketika akad nikah akan berlangsung, sang ayah justru menolak menjadi wali nikahnya Laura. Laura ternyata adalah anak haram antara ibunya dengan laki-laki lain.
Pernikahan yang hampir terjadi itu akhirnya dibatalkan. Fakta yang baru saja diterima lagi-lagi menghantam hati Laura yang masih di rundung kesedihan. Laura lalu meminta pada Adam untuk menunda pernikahan hingga dia bertemu dengan ayah kandungnya.
Bagaimana perjalanan Laura mencari ayah kandungnya? Apakah dia akan bertemu dengan ayah biologisnya itu? Dan bagaimana kisah cintanya dengan Adam? Baca kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Dua
"Aku sudah tau kalau Laura itu anakmu, Mas. Kenapa kamu masih berusaha menepis kenyataan itu? Bagaimana mungkin seorang ayah dengan teganya menjatuhkan mental putrinya hingga sebegitu besarnya!' seru Ratna.
Ucapan Ratna membuat Ariel sangat terkejut. Dia terdiam tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia sengaja menyembunyikan kebenaran ini karena tak ingin Ratna sakit hati.
"Kenapa kau bisa yakin kalau Laura anakku?" tanya Ariel dengan suara pelan.
"Mas, coba kau tanyakan hatimu. Apakah kau tak merasakan perasaan apa pun saat pertama bertemu dengan Laura?" tanya Ratna dengan suara yang sedikit parau karena menahan air mata.
Adam yang ingin masuk ke kamar inap sang papa, mengurungkan niatnya saat mendengar suara Mama Ratna. Dia juga tak kalah terkejutnya saat mamanya mengatakan kebenaran itu. Berarti sang mama telah mengetahui semua rahasia papa Ariel.
Kesedihan dan kecewa yang Ratna rasakan, dapat juga Adam rasakan saat ini. Dia menjadi saksi perjuangan sang mama untuk bisa hamil.
Saat itu Mama Ratna berkata, "Adam, walaupun kamu telah kami angkat menjadi anak, tapi Mama yakin, Papamu sangat menginginkan keturunan. Mama ingin sekali mengabulkannya. Semoga doa Mama untuk memiliki bayi dikabulkan Allah," ucap Mama Ratna.
Segala cara dia lakukan agar bisa hamil, tapi Allah berkata lain, saat kehamilan itu dia dapatkan, dia harus ikhlas karena hanya bertahan hingga tiga bulan. Bayinya tak berkembang sehingga harus di kuret.
"Maafkan aku, Ratna," ucap Ariel. Suaranya pelan, nyaris tak terdengar.
Ratna mengusap wajahnya dengan kasar. Sebenarnya dia ingin tak percaya, tapi bukti telah membenarkan semuanya. Dulu dia menganggap dirinya paling beruntung karena dicintai oleh Ariel sebegitu dalamnya. Walau tak dikaruniai anak, pria itu tak pernah menuntut. Tapi, ternyata karena dia telah memiliki keturunan dari wanita lain.
Ratna akhirnya terduduk di kursi. Menunduk sambil menutup mulutnya menahan suara isak tangisnya. Ariel ingin mencoba bergerak, tapi seluruh kakinya terasa kaku, tak bisa digerakkan. Pria itu berpikir mungkin karena masih dalam masa pemulihan.
"Ratna, maafkan aku. Bukannya aku ingin membohongi'mu. Semua itu hanya masa lalu. Sejak berpisah, aku tak pernah menghubungi Sumarni lagi. Kabarnya aja aku tak tau. Jika aku belum menerima kehadiran Laura, karena aku tak yakin dia darah dagingku," ucap Ariel mencoba membela dirinya.
Namun, kata-kata Ariel tak membuat Ratna menjadi lebih baik. Dia justru makin kecewa dengan sang suami.
"Jika memang Mas meragukan anak itu, kenapa tak melakukan tes DNA langsung saat Sumarni hamil. Kenapa menelantarkan anak itu? Dan sekarang Mas tak bisa membantah lagi, dia memiliki wajah yang sama persis denganmu dan juga darah yang sama. Dimana letak keraguan kamu jika Laura itu bukan darah dagingmu, Mas?" tanya Ratna dengan suara gemetar.
Tangis Ratna akhirnya pecah. Dia tak bisa lagi menahan air mata mengalir di pipinya. Dia sangat kecewa dengan sang suami.
"Mas, aku dari dulu mengharapkan seorang anak, tapi kamu justru menelantarkan'nya! Padahal kalau kamu mengatakan dari awal, mungkin kita bisa mencari keberadaannya. Bisa bersama-sama menjaganya," ujar Ratna.
"Maafkan aku, Ratna. Aku takut kejujuranku menyakiti kamu. Aku tak mau kamu kecewa nantinya," balas Ariel.
"Mas, aku lebih kecewa lagi saat ini. Jika kamu jujur, mungkin rasa kecewa itu tak sebesar saat ini. Semua hanya masa lalu!" seru Ratna.
Ariel terdiam. Tak tahu harus berkata apa. Melihat istrinya menangis hatinya juga ikut sedih. Tapi, dia tak bisa memeluknya. Kakinya tak bisa digerakkan.
Adam akhirnya memutuskan masuk. Mendekati mamanya yang sedang menangis. Dia langsung memeluk wanita yang telah menjaga dan merawatnya dengan penuh kasih sayang, walau bukan ibu kandungnya.
"Ma, menangislah. Jangan ditahan. Mungkin dengan begini hati Mama akan lebih lega," ucap Adam.
"Adam, Laura itu ternyata benar putri kandungnya Papamu!" seru Mama Ratna di sela isak tangisnya.
"Ma, nanti kita bisa bicarakan ini lagi. Sekarang Mama lebih baik tenangkan dulu pikiran Mama," ucap Adam.
Ariel hanya bisa memandangi keduanya. Tak tau harus berkata apa untuk menenangkan istrinya. Setiap kata yang dia ucapkan pasti akan membuat Ratna makin membencinya. Mungkin lebih baik dia memberikan waktu sendiri buat sang istri.
"Dam, Mama mau bicara dengan Laura. Apa kamu tau dimana dia tinggal?" tanya Mama Ratna.
Ariel yang mendengar itu menjadi terkejut. Untuk apa istrinya ingin menemui Laura.
"Kenapa kamu ingin bertemu, Laura ?" tanya Ariel.
Ratna tidak menjawab pertanyaan istrinya. Dia masih terus bicara dengan Adam dan tak mengindahkan pertanyaan sang suami. Hal itu membuat Ariel harus mengulangi pertanyaannya.
"Untuk apa kamu menemui, Laura?" Ariel kembali mengajukan pertanyaan.
Akhirnya Ratna mengindahkan pertanyaan sang suami. Memandangi pria itu dengan tatapan intens. Sambil tersenyum miris.
"Tentu saja ingin meminta maaf atas sikapmu yang sudah keterlaluan. Bukannya berterima kasih karena telah ditolong, kamu justru membuatnya sedih. Mas, jika tanpa donor dari Laura, aku tak tau apa yang terjadi denganmu saat ini!" seru Ratna.
Ratna berdiri dari tempat duduknya dan mengajak Adam untuk keluar dari kamar rawat. "Adam, Mama ingin keluar dari sini sekarang," Ratna berkata dengan suara yang lembut. "Mama ingin sedikit menenangkan pikiran."
Adam mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya. "Baik, Mama," Adam membalas ucapan mamanya dengan suara yang lembut juga. "Aku akan menemani Mama."
Ratna dan Adam berjalan keluar dari kamar rawat, meninggalkan Ariel seorang diri. Ratna tidak ingin melihat Ariel sekarang, karena dia masih merasa marah dan kecewa.
Ariel tak bisa menahan kepergian sang istri. Dia tahu saat ini wanita itu pasti kecewa dengannya.
Saat mereka berjalan di koridor rumah sakit, Ratna merasa sedikit lega. Dia bisa menenangkan pikiran dan merasa lebih baik.
"Adam, Mama ingin berjalan-jalan di taman," ucap Ratna. "Aku ingin merasa lebih baik."
Adam mengangguk dan berjalan bersama Ratna ke taman rumah sakit. Mereka berdua berjalan di antara tanaman hijau dan bunga-bunga yang indah, merasa sedikit lega dan lebih baik.
Ratna merasa bahwa dia perlu waktu untuk menenangkan pikiran dan merasa lebih baik. Dia tidak ingin melihat Ariel, takut rasa kecewanya pada sang suami semakin besar.
Namun, Ratna juga tahu bahwa dia tidak bisa meninggalkan Ariel begitu saja. Dia masih memiliki perasaan kasih sayang terhadap suaminya, dan dia ingin membantunya untuk sembuh dari penyakitnya.
Ratna hanya berharap bahwa Ariel bisa memahami perasaannya dan berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka. Dia ingin memiliki hubungan yang lebih baik dengan suaminya.
Di dalam kamarnya, Ariel masih mencoba menggerakkan kaki. Tapi, tetap sama. Kakinya terasa berat dan kaku, tak bisa diangkat atau digerakkan sama sekali.
"Ada apa dengan kakiku ini, kenapa begitu beratnya untuk digerakkan?" tanya Ariel pada dirinya sendiri.
yang dl gak setuju sama Laura
Daniel kah
atau bapak nya?
gantian jd pengganti