Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
“Britney Zahira Ayla, kamu bangun?” Tanya nya dengan tangisan haru, ia meneteskan air mata melihat Hira telah membuka matanya.
Sang empu tersenyum manis namun terlihat bingung.
“Kamu siapa?” Satu pertanyaan yang terasa sangat mencelos ke hati Axell.
Apa dia benar-benar lupa ingatan, apa Axell siap dengan apapun yang terjadi setelah Hira sadar? Lalu Axell tersenyum tipis.
Perlahan menggenggam tangan Hira, “Aku suami mu, aku Kenzo Axellano Mahendra biasa kamu panggil mamas.” Jelasnya dengan hati yang bergetar takut dengan respon Hira.
“Su-suami? mamas? Siapa itu? aku tidak ingat, ” Jawab nya dengan raut wajah bingung.
Axell tersenyum getir namun ia usahakan menjadi senyuman manis walaupun kedua matanya sudah mengembun.
“Iya aku suami mu, mungkin sekarang kamu belum ingat. Pelan-pelan saja aku akan menunggu,” Ia sedikit memalingkan wajah nya , menghapus bulir bening yang mulai membasahi kedua pipinya.
“Maaf, tapi memang sosok mu tidak asing, tapi aku tidak ingat, Sekali lagi maaf.” Dengan wajah terlihat bersalah ia menundukan pandangan nya.
Axell meraih kedua bahu Hira mengusapnya dengan lembut lalu ia menatap nya.
“Kan aku bilang pelan-pelan, kamu pasti akan ingat, jangan terlalu memaksa untuk mengingat sesuatu ,kamu baru saja siuman. Tunggu sebentar ya, aku panggil Vincent buat periksa kamu.”
Setelah Axell menelpon,Vincent langsung datang dan langsung memeriksa kondisi kakak ipar nya itu. Hira hanya diam sambil melihat lelaki di hadapan nya yang terlihat tidak asing baginya.
Apakah dia pernah bertemu sebelum nya? Dan kenapa namanya sama.Vincent?
“Kondisinya stabil dan baik-baik saja kalau kakak mau lanjutin pengobatan akupuntur juga gak papa. Ini kayaknya karena pengobatan kakak, jadi kakak ipar saat siuman sudah merasa lebih baik.” Jelas Vincent diiringi senyuman manis.
“Vincent? Vincenta de Cakrawala?” Titah Hira tiba-tiba.
Axell langsung mengarahkan atensi nya pada Hira dengan mata yang penuh pertanyaan, sedangkan Vincent terkejut mendengar ucapan Hira.
“Ka-ka…” Vincent masih ternganga dengan ucapan yang tak sempurna ia katakan.
“Ka-kalian saling kenal?” Tanya Axell.
“Kak aku bisa jelasin semua ini,” Ujar Vincent takut kakaknya salah paham. Ia tak mau jika sampai rumah tangga kakak nya rusak karena dirinya.
“Iya, Vincent ini teman masa SMA aku,” Jawab Hira dengan polos nya.
“Kamu jelasin besok aja ya Vin, kakak mau istirahat dan Hira juga butuh istirahat juga makasih udah bantu rawat dia.” Dengan senyuman manis.
Namun hati Vincent terasa cemas takutnya Axell mikir macam-macam, walaupun sebenarnya ia pernah menjanjikan sesuatu kepada Hira. Dia sudah berniat menguburnya dalam-dalam dan seolah tidak terjadi apa-apa.
Axell yang menyadari adiknya masih mematung ditempat dengan tatapan penuh pertanyaan dan penjelasan.
Axell menepuk bahunya pelan, “Udah gih sana istirahat, sudah malam kamu jelasin besok aja kakak gak papa kok. Hira sudah siuman aja aku bersyukur banget ya. See you.”
“Ba-baiklah , kedua kakak ku selamat beristirahat, aku permisi,” Lalu berjalan dengan cepat meninggalkan keduanya dikamar.
“Tidur ya udah malam,”
“Kamu marah?”
“Enggak kok, istirahat aja dulu ya kamu besok mau aku pakai akupuntur. Jadi sekarang tidur ,sudah malam juga.”
Mengusap kening Hira dan mengecup nya pelan, sang empu hanya diam diperlakukan seperti itu.
Lalu Hira menganggukkan kepala dan kembali merebahkan diri ke kasur ,sedang kan Axell berdiri pergi ke kamar mandi. Ia ingin mengerjakan shalat malam.
Setelah wudhu, saat ia kembali, Hira sudah tertidur pulas ia tersenyum tipis lalu mengambil sajadah nya . Ia shalat dengan khusyuk tak lupa dengan doa untuk istrinya.
Diam-diam Hira memperhatikan gerak gerik Axell yang katanya itu suaminya. Ia memandang punggung yang membelakangi nya itu. Ada rasa dejavu saat ia berbalik badan diiringi senyuman manis.
Hira yang kepergok belum tidur menjadi kikuk ia mencari-cari alasan namun apa yang masuk akal.
“Kok belum tidur?”
“Enggak papa, kamu tidur gih udah malam juga,”Elak Hira.
Axell menganggukan kepala dan merebahkan diri di kasur nya, namun Hira tak luput dari pandangan nya. Hira yang merasa terus-terusan dipandang ia menjadi malu lalu ia menutup nya dengan selimut karena ada semburat pink di wajah nya .
Axell melihat rona pipi Hira berubah memerah, ia terkekeh dengan kelakuan sang istri bersembunyi dibalik selimut.
“Udah ayo tidur, jangan mikir yang enggak-enggak nanti pipi mu tambah merona loh haha, “ Kekeh nya lalu ia melihat Hira mengintip sedikit dari balik selimut .
Ia merasa gemas dengan istrinya namun rasa kantuk mulai menyerang dirinya.
Perlahan ia mulai tertidur dengan selimut yang menutup sebagian tubuhnya.
Hira belum tertidur dan melihat Axell, walaupun ia baru saja bangun dari koma entah karena apa ia tidak merasa lemas sama sekali. Ia melihat wajah damai lelaki yang katanya sudah menjadi suami sah nya.
“Apa benar aku sudah menikah? Atau ini seperti di sinetron-sinetron itu yang koma bangun ditolongin ,terus yang nolong cowok jadi dimanfaatkan untuk jadi istri. Hih kok serem sih, enggak deh ini kayaknya, real tapi aku gak ingat apapun kalau dia nipu gimana ya.”
Hatinya merasa gelisah hingga tidur pun tak bisa, pikirannya tertuju pada siapa diriku? dimana aku? dan karena apa hingga koma? Masih penuh tanda tanya.
“Aku harus tidur dulu, ingat aku habis koma walaupun nih badan rasanya aneh sekali, kaki ku kaya gak bisa digerakin.”
Susah payah ia berusaha untuk tertidur hingga akhirnya ia menyelam ke alam mimpi.
Keesokan paginya ia mulai membuka matanya perlahan, netra nya melihat ke sekeliling mencari sosok yang tidur di samping nya telah tiada.
Ekhem
Axell berdehem di depan pintu kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang dililit di pinggang dan menampilkan perut sixpack nya , dengan santai ia melangkahkan kaki menghampiri Hira.
Wajah Hira langsung bersemu merah, rasanya ia ingin kabur saja dari tempat itu. Dan jantung nya tidak bisa ditanya lagi karena sudah terpompa begitu cepat. Axell duduk di tepi ranjang sambil memandangi Hira hingga membuat nya merasa kikuk.
“Kenapa? Masih pagi kok udah kikuk kaya gitu hehe…”
“Emm… . Anu… ee aku mau ke kamar mandi, iya aku mau ke kamar mandi, boleh minta bantuan nya?” Alasan nya agar Axell tak menaruh kecurigaan padanya.
Tersenyum manis, “Boleh, ayo,” Axell membopong istrinya, yang membuat Hira sedikit terkejut saat tangannya diarahkan untuk mengalung di leher Axell.Jantung nya berdebar kencang dan ia meminta agar diturunkan.
“Udah diam aja, nanti jatuh loh. Kakimu belum kuat untuk jalan okee!”
“Baiklah,Terima kasih, silahkan keluar dulu nanti kalau butuh bantuan aku panggil.”
“Kamu ngusir aku?” Seraya menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk nya.
“Bu-bukan seperti itu, aku hanya malu saja kalau kita di dalam satu ruangan apa lagi aku mau buang air kecil.”
“Gak usah malu dan canggung toh juga kita suami istri yang sah secara negara dan agama. Aku bakal tetap disini tapi aku gak bakal lihat kamu, aku tutup mata sama membelakangi kamu yaa….Aku juga bisa kok kontrol nafsu jangan kamu pikir aku ini itu yaa kamu tau lah sendiri.”
“Ta-tapi…”Axell menaruh jari telunjuk nya di tengah-tengah bibir Hira sehingga sang empu terdiam dan menganggukan kepala pelan.