DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM4
"K-kau?" Telunjuk Hana mengacung di udara, ia tak menyangka, duri dalam pernikahan nya ternyata adik sepupunya sendiri, Tuti Pantura.
Hana menoleh, menatap Damar dengan penuh rasa kecewa, ia benar-benar tertipu.
Ya, Hana memang tertipu, begitu lihai Damar menipunya. Di depan Hana, Damar bersikap seolah lelaki yang paling setia. Menolak ajakan pulang bersama para rekan kerja wanita yang kerap menggodanya. Namun, tanpa sepengetahuan Hana, Damar selalu menerima ajakan tersebut.
Entah sudah berapa banyak wanita yang menumpang pulang di mobilnya dan di bayar dengan sebuah ciuman mesra.
Damar menatap Hana, hatinya tercubit melihat bola mata indah istrinya berkaca-kaca. Kali ini, pria itu kikuk dalam bersikap. Tak bisa mengejar Hana yang sudah melangkah pergi meninggalkan mereka, tak bisa pula meninggalkan Tuti yang tengah mencari muka pada ibunya. Damar memilih berada di sisi sang ibu dan Tuti yang tengah mengandung anaknya.
Hana menyambar kunci mobil di atas nakas, lekas ia menuju garasi dan menyalakan mobilnya. Wanita itu mengeluarkan ponsel dari saku, Monica, kontak yang ia tuju.
"Mon, ketemuan sebentar bisa?" tanya Hana begitu panggilan telepon tersambung, suaranya bergetar.
"Ok, di tempat biasa ya!" Hana memutuskan sambungan telepon dan melempar benda pipih itu ke sembarang arah.
Hana menyetir dengan hati-hati, meskipun hatinya kacau, keselamatannya dan juga keselamatan para pengendara lain tetap menjadi prioritas untuk wanita itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Mas Damar selingkuh," ungkap Hana.
Monica menghela nafas panjang saat mendengar ucapan Hana. Namun, ekspresi wajahnya biasa saja.
"Gue kira dia selingkuh sama elu," sambung Hana.
"Wah kebangetan lo, Han." Monica menatap Hana judes.
"Ternyata sama Tuti, sepupu gue. Mereka akan menikah besok, Tuti hamil," beber Hana tanpa ragu. Wanita itu benar-benar butuh tempat untuk bercerita.
"What the f*ck ...!" Monica murka. "Ternyata sampai sejauh ini kelakuan lelaki brengsek itu?!"
"Sejauh ini?" Hana mengerutkan keningnya.
Di tengah emosi yang membuncah, Monika meneguk kandas segelas es jeruk peras, mendinginkan jiwa raga yang mendadak panas. Monica kembali menghembuskan napas panjang.
"Ini bukan yang pertama kalinya Damar selingkuh, Han," ungkap Monica.
"Apa? Maksudnya?" Hana berusaha menetralisir debaran jantungnya.
"Han, suami lo itu sudah berkali-kali selingkuh. Semalam itu ... waktu reunian, kita-kita udah mau cerita. Tapi, mood lo jelek banget. Ditambah lagi, lo mau berkunjung ke rumah keluarga lo yang SAKIT itu. Terpaksa pembahasan tentang Damar kami tunda," papar Monica. Sontak saja Hana terkejut.
"K-kalian tau?"
Monica mengangguk. "Udah satu bulan, gue pernah mergokin satu kali. Karena masih gak puas hati, gue minta Gavriil untuk nyelidikin. Lo tau kan, Gavriil memiliki kenalan seorang detektif? David juga pernah mergokin laki lo lagi ciuman sama wanita lain di dalam mobil hasil kerja keras lo itu. Gila, bisa-bisanya mesum sama selingkuhan pakai mobil istri!"
"C-ciuman?!" nafas Hana begitu sesak.
"Iya, David punya buktinya loh!" Monica merogoh ponselnya, sibuk memeriksa isi galeri. "Nih ...!"
Monica menyodorkan ponselnya, menunjukan sebuah foto dengan kualitas jernih.
Air bening menggenang di pelupuk mata Hana, tak salah lagi, pria yang ada di galeri ponsel Monica ... memang Damar.
Tangis Hanabi pecah, untung saja mereka berada di sebuah cafe yang memang dipesan untuk privat.
Monica menggeser kursinya, tepat di samping Hana. Gadis itu mengusap-usap pelan punggung Hana, memberikan kesempatan untuk sahabatnya menumpahkan segala kesedihan yang melekat di dada.
"A...pa Mas Da...mar pernah go...dain lo ju...ga, Mon?" tanya Hana dengan suara tersendat-sendat.
Monica mengangguk. "Sudah semingguan. Makanya gue kekeuh ngajak kita ketemuan."
Air mata Hana kembali menggenang, atmosfer di cafe itu menjadi muram.
"Jadi, apa yang bakal lo lakuin, Han?" tanya Monica.
"Gue bakal menceraikan Damar, Mon." Hana mengusap air matanya.
"Bagus, itu langkah yang tepat." Monica mengacungkan ibu jarinya.
Hana menghela nafas panjang, menenangkan hatinya sejenak.
"Tapi ... itu bakal terjadi setelah gue berhasil mengandung."
"Maksudnya?"
Hana menangkap nada tidak suka pada pertanyaan Monica.
"Gue gak bakalan cerai, sebelum berhasil membuktikan kalau gue gak mandul."
"Jangan gila, Hana! Itu akan melukai diri lo sendiri. Lebih baik lo langsung menggugat cerai!" Monica gusar.
Hana menggeleng tegas. "Enam tahun, Mon. Enam tahun kata mandul itu melekat di wajah gue. Mereka ngetawain gue mulu, baik keluarga gue, maupun keluarga Mas Damar. Jika gue menggugat nya sekarang, mereka bakal semakin ngetawain gue."
"Tapi, Han--"
"Ini masalah harga diri, Mon," lirih Hana sedih.
"Huft ...." Monica memijit pelipis nya. "Jangan tersinggung, Han. Tapi, gimana kalau lo udah berusaha, namun gak kunjung hamil juga?"
"Enam bulan, gue akan berjuang selama enam bulan. Kalau udah waktunya dan gue gak juga hamil? Gue bakal segera menggugat Mas Damar, dan ...."
Hana menggantung kalimatnya.
"Dan?!"
"Gue gak akan menikah lagi."
"Lo gila, Han?!"
"Mungkin ini terdengar gila, tapi ... ini lah yang terbaik. Mon, kodrat wanita itu ada empat ... menstruasi, mengandung, melahirkan, dan menyusui. Kalau gue cuma kebagian menstruasi doang, untuk apa gue nikah lagi?" jelas Hana dengan dada yang kian sesak.
Monica terhenyak, atmosfer mendadak suram. Dada Monica pun terasa nyeri mendengar ucapan Hana.
"Han, kita gak tau apa yang bakal terjadi di masa depan. Tapi, gak mungkin kan? Tuhan nyiptain lo cuma buat kerja banting tulang, lalu berpulang? Bersabar lah, Han. Jangan ngomong begitu lagi, gue jamin, hadiah Tuhan pasti indah banget buat wanita kuat kayak lo!"
Air mata Hana kembali menetes. Meski tengah kecewa, lagi-lagi ia lancang berharap.
'Semoga Engkau memberikan hadiah terindah untukku, Tuhan!'
"Udah, lo tenangin diri aja dulu. Kalau lo butuh tempat cerita, cari gue. Atau, David dan Gavriil, mereka pasti sangat bersedia dengerin unek-unek lo, Han." Monica mengusap pelan lengan Hana.
Hana mengangguk singkat, diusapnya air mata yang membasahi pipi, lalu menatap lekat Monica.
"Mon, gue mau nanya dong. Meskipun masalah gue udah berat gini, tapi, gue gak mau ntar tiba-tiba gue meninggal aja ni hari terus jadi arwah penasaran," kelakar Hana.
"Apaan?" Monica menaikan satu alisnya.
"Itu, hmm ... lo pacaran ya sama Gavriil?"
*
*
*
tapi tetap semangat y Thor buat cerita ny yg lbih bagus lgi👍😘
lanjutkan pokoknya😆😆😆
bener tuh kata David🤭😆😆😆