NovelToon NovelToon
Om, Kawin Yuk!

Om, Kawin Yuk!

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Psikopat itu cintaku
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: YPS

Luna merupakan anak pertama Raihan Wicaksono yang berusia 23 tahun, dia bekerja pada di kantor swasta sebagai kepala divisi penjualan. Meskipun ayahnya adalah seorang Ahli Bioteknologi dia sama sekali tidak mewarisi bidang pekerjaan ayahnya.

Luna berkhayal bahwa dia ingin mempunyai suami yang di dapat dari rekanan ayahnya seperti kebanyakan film yang dia tonton, sampai pada akhirnya dia ikut ayahnya bekerja dan bertemulah Luna dengan Renzo anak dari rekan bisnis ayahnya. Usia mereka terpaut lebih dari 10 tahun, Luna langsung jatuh hati begitu melihat Renzo. Tapi tidak pada Renzo, dia sama sekali tidak tertarik pada Luna.

"Itu peringatan terakhirku, jika setelah ini kamu tetap keras kepala mendekatiku maka aku tidak akan menghentikannya. Aku akan membawa kamu masuk ke dalam hidupku dan kamu tidak akan bisa keluar lagi," ancaman dari Renzo.

Cegil satu ini nggak bisa di lawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12

"Kayaknya kalian berdua punya banyak kenangan, ya," suara Renzo terdengar datar, tapi penuh penekanan.

Luna menoleh, baru menyadari ekspresi Renzo yang mulai berubah. "Tentu saja, kami sudah berteman sejak kecil. Banyak sekali kenangan yang nggak mungkin aku lupakan," jawabnya polos.

Renzo tersenyum tipis, tapi tidak sampai ke matanya. "Menarik. Sepertinya aku orang baru di sini."

Bimo tersenyum, menyadari perubahan sikap Renzo. "Jangan salah paham, Renzo. Aku hanya bagian dari masa lalu Luna dan sekarang dia bekerja untukku, sementara kamu adalah masa depannya."

Ucapan itu sedikit meredakan emosi Renzo, meskipun tidak sepenuhnya. Namun, sebelum suasana kembali tenang, Ivan datang mengantarkan pesanan mereka. Bersamaan dengan Bimo yang sedang ke toilet.

Seketika, suasana menjadi lebih tegang. Renzo tidak melewatkan cara Ivan menatap Luna, seolah sedang mengamati sesuatu. Namun, Luna tetap tersenyum ramah seperti biasa.

"Ini pesanannya, Kak Luna. Extra ice coffee latte." kata Ivan sambil meletakkan gelas berukuran besar di hadapan Luna.

Renzo menatap Ivan dengan curiga. Entah kenapa, pria itu selalu terasa janggal di matanya. Ia mencatat dalam pikirannya untuk mencari tahu lebih banyak tentang Ivan nanti.

Setelah beberapa saat, Luna akhirnya menyadari perubahan sikap Renzo. Ia meraih tangan pria itu di bawah meja dan menggenggamnya lembut. "Ren, kamu nggak apa-apa? Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan di sini."

Renzo menoleh ke arahnya, matanya yang tajam mulai melembut. "Aku baik-baik saja," katanya singkat. "Hanya saja, aku baru tahu ada orang yang mengenalmu lebih lama daripada aku."

Luna terkekeh kecil. "Bimo hanya teman baikku, jangan terlalu dipikirkan. Aku ada di sini bersamamu sekarang, kan?"

Meskipun kata-kata Luna menenangkan, Renzo tahu bahwa rasa cemburunya belum sepenuhnya hilang. Dia harus lebih waspada, tidak hanya terhadap Bimo, tetapi juga terhadap pria lain yang tampaknya memiliki perhatian lebih terhadap Luna.

Satu hal yang pasti, Renzo tidak akan membiarkan siapa pun mengambil Luna darinya.

Berlanjut obrolan mereka yang panjang, sampai hari mulai menjelang malam. Renzo sempat menawarkan diri untuk mengantar Bimo ke klinik terdekat untuk mengobati lukanya, tapi Bimo menolak. Luka itu di anggap kecil dan tidak perlu sampai di bawa ke klinik.

.

.

Haibugs Office 

Hari terus bergulir dengan cepat, setelah pertemuan di kafe terakhir kalinya antara Bimo dan Renzo ternyata di balik itu mereka memutuskan untuk bekerja sama. Apotek dan Lab Renzo siap menerima sistem pembayaran Paypal dari perusahaan Bimo.

Bukan tanpa alasan, semua itu karena Luna. Dia ingin melihat Luna mempresentasikan perusahaannya pada Renzo, dia ingin terus dekat dengan Luna dengan caranya sendiri.

Hari itu tiba, hari di mana Luna harus datang sebagai klient Renzo dan melakukan presentasi agar sistemnya bisa di terima oleh NeoLife Farma and Lab.

"Penampilan aku bagaimana? Sudah oke?" tanya Luna pada Bimo saat tiba di depan halaman parkir. Luna berkaca di pantulan mobil membenarkan pakaiannya.

Bimo menghela napasnya dalam-dalam. "Lebih baik kamu pikirkan presentasi kita, meskipun aku tahu kamu selalu memenuhi target tiap bulannya. Boleh ku akui kinerjamu sangat bagus sebagai anak orang kaya yang seharusnya tidak perlu bekerja sebagai karyawan."

"Eh, jangan sembarangan kamu. Kali ini aku akan presentasi di depan kekasih hatiku." cetus Luna memutar bola matanya lalu melangkah masuk ke dalam gedung besar di hadapannya.

"Kaya juga pacarmu, ya," cicit Bimo.

Langkah mereka masuk ke dalam ruangan bertuliskan Meeting room. Renzo yang mengenakan kemeja coklat muda dan celana hitam sudah menanti di sana, duduk dengan memegang pulpen diantara jari-jari besarnya.

Tak kalah tampan dari Renzo, Bimo mengenakan pakaian serba hitam dan rambut yang tertata rapi. Saat ini mereka bagaikan aktor Hollywood yang bertemu dengan aktor Korea. Luna hanya terpaku menatap kekasihnya.

"Silahkan duduk," ucapnya singkat. "Saya akan memperkenalkan beberapa orang saya yang akan membantu kalian." imbuhnya lagi seraya memperkenalkan beberapa orang yang bekerja untuk Renzo di perusahaannya.

Luna dan Bimo juga memperkenalkan diri.

Sampai di saat yang menegangkan yaitu Luna harus menjelaskan di hadapan banyak orang penting terkait sistemnya, dibantu dengan layar proyektor besar yang menampilkan rangkuman dari sistemnya.

Di balut setelan berwarna navy dan rambut panjang yang sedikit curly menambah kecantikan Luna. Renzo terus menatap Luna tanpa henti, sesekali ketika Luna menghadap ke Renzo dan bola mata mereka menyatu, Renzo menggigit bibir bawahnya.

"Shibal," umpat Renzo si pria dingin keturuan Korea itu saat melihat Luna dalam hati. "Bagaimana bisa aku tenggelam di dalam kecantikannya yang memukau, tubuhnya yang menggoda. Demi Tuhan, fokusku hilang kali ini aku seperti melihatnya sedang menggodaku." batinnya.

"Terima kasih," kata-kata terakhir dari Luna setelah presentasi menyadarkan lamunan Renzo.

"Bisa langsung kita mulai minggu depan, setelah ini Luna tolong ke ruangan saya. Ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan." ucap Renzo datar lalu pergi meninggalkan ruangan rapat menuju ruangannya.

Luna menatap Bimo, dan ia mengangguk.

"Aku tunggu kamu di parkiran." bisiknya.

.

Suara langkah kaki berirama dari sepatu heels berwarna putih tulang itu mulai terdengar dari dalam ruangan Renzo.

Tangan Luna yang siap mengetuk pintu ternyata kalah cepat dengan Renzo yang menariknya masuk, menempelkannya di dinding dan mengunci gerakannya.

"Kamu sengaja menggodaku?" bisik Renzo membuat Luna bergidik.

"Setiap kata yang keluar dari bibirmu selama presentasi, gerakan tubuhmu dan sorot matamu, semuanya menggodaku. Tahukah itu membuatku menggila?"

Luna menggeleng pelan dan senyum kecil muncul di wajah cantiknya. "Itu alasanmu membawaku ke sini?"

"Bisakah kita melakukannya sebentar?" tanya Renzo, yang mana tangannya sudah membuka dua kancing setelan Luna.

Tak hanya tangannya yang berjalan menyentuh tubuh Luna, bibirnya sudah menyatu pada bibir Luna. Hanya ada napas yang memburu dan gairah antara keduanya.

"Ren... Bolehkah kita melakukannya di tempat lain. Jangan di sini.... " lirih Luna.

Seketika Renzo berhenti menciumi Luna dan melepaskan satu tangannya yang mengunci kedua tangan Luna di dinding. Tatapannya kembali lekat sebelum akhirnya dia memberikan jawaban.

"Kamu yakin?"

"Ya,"

"Baiklah, akhir pekan ini aku akan mengajakmu ketempat rahasiaku. Tempat aku menyendiri, menghindar dari banyaknya orang. Aku harap kamu akan menyiapkan dirimu untuk itu," terangnya.

"Ya, kurasa itu lebih baik. Aku bisa relaks di sana tanpa beban seperti ini, karena pekerjaan dan juga atasanku yang menunggu di halaman parkir." jawab Luna seraya memoles lipstik di bibirnya.

Cup!

Dia memberikan kecupan di pipi Renzo dan melangkah keluar ruangan dengan rambut yang terkibas indah.

"Aku akan mengukir kenangan mengesankan padamu, aku yakin aku bisa melakukannya dengan baik." batin Renzo yang melihat kekasihnya keluar dari ruangan.

Dia duduk di ujung meja kerjanya sembari terus menatap pintu yang sudah tertutup oleh kepergian Luna.

1
Damar
Keren thor. Aku ngikutin semua novelnya. Sukses selalu
Safura Adhara
bagus menarik cukup bikin penasaran
Safura Adhara
bagus bikin penasaran
Semara Pilu: Aaaa terima kasih, Kak. Semoga lanjut sampai tamat nanti ya 🫶🏻
total 1 replies
Damar
Mantap thor. Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!