Di bawah lampu kerlap-kerlip euforia club, Rane, si Single Mom terpaksa menjalankan profesi sebagai penari striptis dengan hati terluka, demi membiayai sang anak yang mengidap sakit jantung.
Di antara perjuangannya, kekasih yang dulu meninggalkan dirinya saat hamil, memohon untuk kembali.
Jika saat ini, Billy begitu ngotot ingin merajut asmara, lantas mengapa dulu pria itu meninggalkannya dengan goresan berjuta luka di hatinya?
Akankah Rane menerima kembali Billy yang sudah berkeluarga, atau memilih cinta baru dari pria Mafia yang merupakan ipar Billy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon malkist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Jangan, Kak. Ingat, jantung itu milik Piere." Sia menjadikan tubuh nya sebagai tameng untuk Billy, dengan kedua tangan merentang menghadang todongan Marc.
"Piere hidup di dalam tubuh Billy. Kau tak akan menghentikan jantung saudara kita kan?"
Marc berdecih kesal mendengar itu. Diingatkan nama adik nya yang gugur saat melindungi nya dari tembakan musuh, membuat Marc menurunkan senjata nya.
"Kau selalu selamat karena jantung adik ku, sialan! Tanpa Sia dan jantung Piere yang kau gunakan itu, kau sudah lama mati di tangan ku. Tau diri lah, Brengsek."
Billy balas berdecih, tak gentar. "Aku bahkan lebih baik mati ketimbang bersangkutan dengan kalian semua. Aku muak! Sangat muak! Aku sama sekali tak pernah mengemis untuk jantung yang sekarang di dalam tubuh ku. Kalian yang menawarkan ke orang tua ku dan mengakibatkan awal kekacauan hidup ku."
"Kau!"
Pyiaaar...
Sia menjerit kaget.
Meja kaca hancur oleh sentakan sekali kaki Marc. Adik ipar nya ini tak pernah sedikit pun hormat padanya.
"Kau manusia tidak tahu diuntung. Lihat saja, kalau aku menemukan wanita yang bernama Rane Rane itu, maka aku akan__"
"Yaaakh, Brengsek!" Billy kehilangan kontrol. Emosi nya langsung meluap mendengar Marc menyebut nama Rane dengan nada ancaman. "Jangan sentuh yang tidak bersangkutan, Marc! Kau akan menyesal jika kau melukai orang yang ku cintai!"
"Kau mencintai Rane secara ugal-ugalan tanpa mempedulikan hati Sia, Bajingan!"
"Itu karena kalian sendiri. Kalian memaksa ku untuk menikah! Padahal aku sudah katakan sebelumnya, aku sudah punya kekasih. Tapi apa, kau malah mengancam orang tua ku menggunakan kekuatan Mafia mu!"
"Aaaarghh...." Sia menjerit, makin kehilangan kendali. Penyakit nya kambuh, di mana memiliki riwayat gangguan mental yang kadang kadang kumat jika jiwa nya terguncang.
"Sia, sia..." Marc panik. Gegas memeluk adik perempuan nya itu yang saat ini berlutut dengan memegangi kepala nya bak orang linglung, cemas luar biasa nan ketakutan berlebihan. "Ambilkan obat nya. Cepat!"
Billy mengesampingkan amarahnya. Buru-buru meraih tas Sia dan menuang keluar semua isinya.
Botol obat menggelinding ke area pecahan meja, namun Billy main meraih nya cepat nan kasar yang membuat tangannya tidak sengaja tergores beling. Darah seketika merembes keluar yang tak di pedulikan Billy.
"Telan, Sia. Telan..." Billy memaksakan masuk ke mulut itu.
Seluruh wajah Sia di penuhi dengan keringat dingin dengan permukaan dada berombak-ombak.
"Billy, aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku. Ku mohon. Aku, aku bisa gila tanpa mu. Hiks ... hiks..."
Billy menghembuskan nafas kasar. Iba melihat Sia jika sudah kumat. Jantung yang berada di dadanya berdenyut seketika. Milik Piere itu selalu memaksa logika nya untuk menyayangi Sia, namun dalam artian sebagai saudara, bukan pasangan yang seperti keinginan Sia.
Dari pelukan Marc, Sia beralih ke Billy, membuat Billy terpaku melirik Marc dan perlahan mengelus punggung itu. "Tenangkan diri mu."
"Kau harus janji untuk tidak meninggalkan ku, meskipun wanita yang bernama Rane ada di depan mu."
Mana mungkin Billy bisa berjanji palsu. Jantung Piere memang ada di tubuhnya, tapi hati nya masih dikuasai Rane.
Ingin rasanya Billy menjelaskan, kalau ia sudah pernah mencoba dan berusaha mungkin untuk menerima Sia sebagai istri, tapi keberadaan jantung Piere yang merupakan kakak Sia, selalu menggagalkan. Tak ada percikan cinta sedikit pun yang ia rasakan ke Sia selama percobaan nya itu. Adanya kasih sayang seorang keluarga. Dan untuk Marc, diam-diam pun ia menyayangi pria gondrong kejam itu karena jantung sialan Piere.
Tak ingin memperburuk keadaan adiknya, Marc mengalah keluar dari ruangan.
Di luar, Marc berpapasan dengan Devon, teman akrab Billy sekaligus relasi bisnis Billy.
"Hai, Marc."
Disapa demikian, Marc cuma melirik parsel buah dan buket bunga di tangan Devon.
"Aku baru sempet menjenguk Billy karena baru pulang dari luar kota. Proyek di sana mengalami sedikit kendala. Kau sudah mau pulang__"
"Jangan masuk!"
"Hah?" Mulut Devon sedikit terbuka.
"Jangan masuk ku bilang. Di dalam ada Sia."
"Oh." Devon akhirnya paham.
"Ikut aku. Ada sesuatu yang perlu aku tanyakan tentang Billy."
Serius sekali muka muram tapi sialnya tampan itu.
Terpaksa Devon membalik langkah nya.
"Apa ada masalah?" Devon tidak sabar bertanya dalam langkah nya di samping Marc.
Marc tidak menjawab. Ia butuh tempat sepi untuk mengobrol.
Di depan langkah kedua pria tersebut, ada Rane pun yang berjalan hendak berpapasan.
"Itu...?" Mengenali wajah Devon, Rane berhenti dan buru-buru berbalik. Sial, Rane menabrak seorang suster yang membawa kursi roda kosong saking paniknya tak ingin dikenali Devon.
Jatuh nya Rane ke lantai, membuat atensi kedua pria itu tertuju penuh ke Rane yang sudah bersampingan.
"Nyonya, maaf." Suster itu ingin membantu. Tapi Rane menolak halus, seraya menunduk berusaha menutup separuh wajah nya dengan bantuan rambut panjang nya.
"Nyonya."
"Aku tidak apa-apa, Sus. Maaf juga telah menabrak mu."
Rane berani menjawab karena Devon sudah berlalu di depan sana.
"Di sini sudah sangat tidak aman," batinnya was-was.
"Apa kau kenal wanita yang bernama Rane?"
Di taman rumah sakit, Marc baru mengulik info dari Devon.
"Rane?" Devon mengulang nama itu yang asing tapi serasa tak asing sekaligus. Pernah dengar di mana ya? Pikir Devon, pikir.
"Rane? Rane? Ah, aku ingat!"
kasihan rane nanti