NovelToon NovelToon
Ace Disciple

Ace Disciple

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Tamat / Mengubah Takdir / Fantasi Isekai / Pendamping Sakti
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang tidak memiliki teman sama sekali, ingin merubah hidupnya. Buku warisan nenek nya menjawab tekadnya, 7 mentor atau guru yang berasal dari dunia lain yang jiwanya berada di dalam buku mengajari nya macam macam sampai dia menjadi orang yang serba bisa.

Kedatangan seorang gadis bar bar di hidupnya membuat dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya dan membuat dirinya menjadi yatim-piatu. Ternyata, semuanya ulah sebuah sekte atau sindikat yang berniat menguasai dunia dari balik layar dan bukan berasal dari dunia nya.

Akhirnya dengan kemampuan baru nya, dia bertekad membalas dendam pada musuh yang menghancurkan keluarganya dan menorehkan luka di keningnya bersama gadis bar bar yang keluarganya juga menjadi korban sindikat itu dan tentu juga bersama ke tujuh gurunya yang mendampingi dirinya.

Genre : Fantasi, fiksi, action, drama, komedi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Evan membuka matanya, dia menatap langit langit di atasnya, dia menoleh melihat ke meja untuk melihat jam digital di mejanya, waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi. “Krr...krr,” dia mendengar dengkuran halus di sebelahnya, Evan menoleh melihat wajah Bella yang tetap cantik walau sedang tidur berada tepat di sebelahnya. Peringatan Gerard dan kata katanya yang di bisikkan ke telinga nya, terngiang ngiang di benaknya,

“Jadi awalnya dia berniat memanfaat gue, kalau di pikir pikir bener juga, paginya gue di hajar ama Surya dengan alasan dia putus sama Bella gara gara gue sampai gue ga masuk sekolah, sorenya dia kerumah gue, seperti dia udah tahu apa yang terjadi ama gue, tapi hari ini dia beneran ngelawan si Surya dan ketakutan, gue jadi bingung, baru aja gue mikir mungkin dia beneran naksir gue,” ujar Evan dalam hati.

Evan bangun dan duduk dengan perlahan agar dia tidak membangunkan Bella, kemudian dia menurunkan kakinya dan berjalan keluar kamar, dia memakai bajunya dan jaket berhoodie yang dia taruh di depan, setelah menyambar pipa berat pemberian Gerard, dia keluar rumah untuk jalan kaki tanpa alas, berkeliling sampai 1 kilometer yang sudah menjadi rutinitas nya beberapa hari terakhir.

Sepanjang jalan, Evan terus berpikir apa tujuan Bella sebenarnya, banyak misteri yang menyelimuti Bella seperti, kenapa dia kabur dari rumah dan memilih menetap di rumahnya padahal Bella memiliki banyak teman lain di sekolah, dari siapa dia dapat uang, siapa pria yang dia benci seperti yang di katakan Gerard dan lain sebagainya, kesimpulannya dia merasa dia tidak mengenal Bella sama sekali.

“Bener, gue sama sekali ga tau apa apa soal Bella, untung aja gue ga cerita apa apa sama dia walau dia maksa, kayaknya mulai sekarang gue harus hati hati ama dia, walau gue mulai tertarik ama dia,” ujar Evan dalam hati.

“Dling,” tiba tiba sebuah pesan masuk ke dalam smartphone nya, dia mengambil smartphone dari kantung jaketnya kemudian melihat layarnya,

“Dimana ?” tanya Bella menggunakan pesan.

“Nah baru di pikirin nongol, berarti dia udah bangun,” ujar Evan dalam hati.

Evan tidak membalas pesannya dan memasukkan kembali smartphone nya ke kantung jaketnya, “Dling,” dia mengambil lagi smartphone nya dan membaca pesannya.

“Jawab,” Bella kembali mengirimi nya pesan.

Sekali lagi Evan tidak memperdulikannya, “dling...dling...dling,” rangkaian pesan masuk ke dalam smartphone dengan pertanyaan yang sama, akhirnya Evan membalas nya,

“Olah raga,” ujar Evan.

“Dimana ? jawab !” balas Bella.

“Jauh, tunggu aja, lagi jalan balik,” balas Evan.

“Sekolah ga ?” tanya Bella lagi.

“Sekolah,” balas Evan.

Tidak ada balasan lagi dari Bella, Evan memasukkan lagi smartphone nya ke dalam saku dan terus melangkah sambil mengayunkan pipa yang dia bawa. “Dling,” Evan kembali mengambil smartphone nya, dia membuka pesan dari Bella yang isinya, “nengok belakang,” langsung saja Evan menoleh dan berbalik, ternyata Bella ada di belakangnya mengenakan kaus tengtop dan celana pendek.

“Lah lo sejak kapan di belakang gue ?” tanya Evan.

Bella tidak menjawab, tapi dia langsung berlari ke arah Evan, “duaaak,” tinju Bella melayang ke arah Evan dan menghantam pipinya, tapi Evan tidak bergerak dan menerima tinju Bella mentah mentah dengan pipinya, Bella tersenyum lebar,

“Apa apaan nih ?” tanya Evan serius.

“Ngetes sori,” jawab Bella.

“Kenapa lo ikutin gue ?” tanya Evan.

“Lo keluar kamar diem diem, gue penasaran lo mau kemana, lo ngapain sih ? ga pake sendal lagi,” jawab Bella.

“Kan udah gue bilang olah raga,” ujar Evan.

“Ya udah, gue ikut,” balas Bella.

“Asli Bel, gue mau nanya serius ama lo, kenapa lo ngegandrungin gue kayak gini ?” tanya Evan.

“Hmm kenapa ya ? gue mau kenal lo, tuh jawaban gue,” jawab Bella.

“Gitu, bukan karena gue mirip ama orang yang lo benci ?” tembak Evan karena kesal mendengar jawaban Bella yang menurut dirinya tidak jujur.

Bella terkesiap dan langsung terdiam, wajahnya nampak kaget sekali mendengar ucapan Evan sampai mulutnya ternganga. Bella melangkah maju dan langsung menarik baju Evan,

“Lo mau apa ?” tanya Bella.

“Gue mau nanya serius ama lo, siapa yang lo benci ? kenapa lo kabur dari rumah ? jawab gue !” jawab Evan.

“Diem lo, ini mulai ga seru, dah gue cabut,” balas Bella berbalik.

“Trus lo mau apa ?” tanya Evan.

“Ga tau, ga usah nanya gue lagi, gue cabut dari rumah lo sekarang,” jawab Bella.

Evan berbalik dan melanjutkan rutinitasnya tanpa memperdulikan Bella di belakangnya, kemudian setelah dia kembali ke rumah satu jam kemudian, Bella dan kopernya sudah tidak ada di rumahnya. Evan merasa sedikit lega, namun ada sensasi rasa baru yang menyesakkan di hatinya dan dia tidak tahu apa. Dia mengabaikannya dan pergi berangkat ke sekolah seperti biasanya.

Setelah sampai di sekolah, dia tidak melihat Bella ada di kelas, tiba tiba dia mendengar beberapa teman sekelas mengobrol,

“Eh lo tau ga, si Surya masuk rumah sakit, lehernya patah katanya,” ujar seorang siswa.

“Bagus, kenapa ga mati sekalian, biar mampus tuh tukang palak,” balas siswa di sebelahnya.

“Katanya dia berantem trus di keroyok, emang bener ya ?” tanya seorang siswa yang baru nibrung.

“Tau, bodo amat, gue malah seneng dia di rumah sakit, orang itu sering bikin rusuh kan di sekolah kita,” ujar siswa kedua.

“Yoi bener, trus ntar pulang mau kemana nih ?” tanya siswa pertama.

Evan yang mendengar nya tersenyum, kemudian dia juga mendengar obrolan lain yang berada di dekatnya,

“Denger denger si Bella punya cowo baru ya ?” tanya seorang siswi.

“Ga tau, mungkin aja ya, lagian dia kok mau sih pacaran ama orang model si Surya,” jawab siswi di sebelahnya.

“Lah sama sama preman ini, biarin aja,” celetuk seorang siswa.

“Iya sih, emang pas kombinasinya, preman dan pelacur,” balas siswi yang pertama.

“Hehe iya bener, tau dah udah berapa cowo jadi korban dia, lagian kalau mau jadi pelacur mah ga usah sekolah juga kale,” ujar siswi lainnya.

“Sekolah pamer barang kale, hasil melacur hehe,” celetuk seorang siswa.

“Brak,” Evan berdiri dengan kencang dan tanpa sengaja menggebrak meja, dia berjalan keluar di iringi tatap mata teman sekelas yang kaget mendengar dirinya menggebrak meja, ketika sudah di luar,

“Kenapa ya gue, kok gue kesel Bella di panggil pelacur, mereka ga tau kalau Bella ga gitu, dia gemeter kemarin, soal dia dapet duit juga bukan dari sono,” ujar Evan dalam hati karena geram.

Evan berjalan keluar dari gedung sekolah dan ke taman samping, dia duduk di kursi untuk menenangkan dirinya. Perasaannya menjadi campur aduk karena mendengar gosip miring tentang Bella di telinganya dan dia merasa aneh kenapa dia marah.

Sementara itu, di dalam buku, Li Tian menggelengkan kepalanya sambil melihat ke buku hologram di depannya, sedangkan Gerard terlihat bangga,

“Gara gara kamu nih,” ujar Li Tian.

“Hah...maaf ya, aku tidak sabar melihat dia tidak menyadari yang sebenarnya,” balas Gerard.

“Tapi kita semua tahu kan, gadis itu bisa mengantar Evan ke tujuan nya,” balas Li Tian.

“Ya, tapi masalah di sini adalah Evan mengira kalau gadis itu jatuh cinta padanya, kenyataan nya terbalik, dia yang jatuh cinta pada gadis itu, jangan lupa, Evan itu selalu sendirian walau waktu itu ada nenek nya, sedikit di beri perhatian dia langsung jatuh cinta, biarkan dia belajar dan menyadari nya sendiri  agar tidak terlalu naif ke depan nya dan terjerat yang tidak tidak, sekarang biarkan dulu mereka berjauhan agar keduanya berpikir, karena kalau masih seperti ini, Evan akan jauh dari tujuan nya dan terperangkap cinta yang tidak ada,” ujar Gerard.

“Haaah...aku tidak bisa membantah mu, kamu ada benar nya juga, sekarang dia bisa fokus latihan, mereka sudah di ikat dan pasti akan bersama lagi dalam waktu dekat,” ujar Li Tian.

“Haha aku tidak seperti mu yang percaya benang merah takdir, semua harus kita raih menggunakan tangan kita sendiri, kalau saat ini Evan paham maksud ku membisiki nya, pertemuan mereka berikutnya, sang gadis akan buka pakaiannya demi Evan dan mau tidak mau Evan harus mengikat sendiri benang nya hahahaha,” ujar Gerard.

“Soal ini kita memang berbeda paham, jadi sebaiknya hentikan sampai di sini, sebelum kita berdua bertarung,” balas Li Tian.

"Hahaha setuju, bisa gawat kalau kita bertarung," balas Gerard.

1
Stay Stronger
/Scream//Scream//Scream/
Amara❤️
good job
Mobs Jinsei: makasih kakak
total 1 replies
Anna
udah aku beri kopi
Mobs Jinsei: makasih ya kak
total 1 replies
marrydiana
semangat kak, mampir juga ya di cerit aku❤️
Dian
Lanjut thor semangat❤️
Dian
Semangat thor,💪🏻💪🏻ayo saling dukung mampir jg ke karya aku “two times one love”❤️
Mobs Jinsei: Sudah mampir ya kak, makasih support nya /Pray/
total 1 replies
Aulia Nur
good job 🔥
darryl gunawan
Luar biasa 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!