Sekretaris Meresahkan
Sekretaris Meresahkan
Deskripsi
POV Devan
Mimpi apa aku semalam, mendapatkan sekretaris yang kelakuannya di luar prediksi BMKG.
"MAS DEVAAAAAAANNN!!!" Teriakan kencang Freya berhasil menarik perhatian semua orang yang ada di sekitarnya.
"Teganya Mas meninggalkanku begitu saja setelah apa yang Mas perbuat. Mas pikir hanya dengan uang ini, bisa membayar kesalahanmu?"
Freya menunjukkan lembaran uang di tangannya. Devan memijat pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Dengan langkah lebar, Devan menghampiri Freya.
"Apa yang kamu lakukan?" geram Devan dengan suara tertahan.
"Kabulkan keinginan ku, maka aku akan menghentikan ini," jawab Freya dengan senyum smirk-nya.
"Jangan macam-macam denganku, atau...."
"AKU HAMIL ANAKMU, MAS!!! DIA DARAH DAGINGMU!!"
"Oh My God! Dasar cewek gila! Ikut aku sekarang!"
Dengan kasar Devan menarik tangan Freya, memaksa gadis itu mengikuti langkah panjangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duo Toxic
Sepeda motor yang dikendarai Freya memasuki basement gedung apartemen Mega Tower. Setelah memarkirkan kendaraan roda duanya, Freya segera masuk ke dalam sambil menenteng helmnya. Sesampainya di lobi, Freya segera menghampiri Banu dan Mina yang sudah datang sejak sore tadi. Gadis itu segera mengajak keduanya ke unit apartemennya.
Banu memandangi unit apartemen studio yang menjadi tempat tinggal keponakannya ini. Walau hanya ada satu kamar saja, tapi apartemen ini sudah dilengkapi dengan perabotan seperti sofa,televisi, kulkas dan peralatan dapur.
"Di sini cuma ada satu kamar, Mang."
"Ngga apa-apa. Mamang tidur di sini aja, biar Mina sama kamu di kamar."
"Mamang sama Mina udah makan belum?"
"Belum."
"Ya udah nanti aku masak. Tapi aku mau mandi dulu, gerah."
Freya segera masuk ke dalam kamar. Gadis itu bergegas menuju kamar mandi. Tubuhnya sudah lengket dengan keringat. Ketika Freya sedang mandi, Mina memilih duduk di ruang tengah bersama ayahnya sambil menonton televisi.
"Si Frey beruntung banget dikasih fasilitas apartemen kaya gini."
"Makanya kamu minta kerjaan ke si Freya. Siapa tahu kamu bisa dapat fasilitas juga. Kamu lihat tadi si Frey bawa helm? Kayanya dia dapat fasilitas motor juga."
"Aku ngga sabar lihat Pak Santo bawa dia balik ke Bandung, jadi aku yang bakal warisin fasilitas ini."
Percakapan keduanya terhenti ketika meminta Freya keluar dari kamar. Gadis itu segera menuju dapur untuk memasak. Sementara Mina dan Banu bergantian menggunakan kamar mandi untuk membersihkan diri. Satu jam kemudian masakan hasil Freya sudah siap. Nasi hangat, mie goreng yang dipadu kocokan telur, irisan sosis, sawi dan kol. Lalu ada sardine yang diberi cabe rawit utuh. Terakhir ada tahu yang digoreng dengan dilapisi terigu.
Ketiganya langsung menikmati makanan dengan lahapnya. Walau menu yang dimasak Freya adakah menu sederhana, namun rasanya tetap juara. Dan jangan lupakan kerupuk yang selalu menjadi menu tetap untuk Freya.
"Frey.. ini semua fasilitas dari Bos kamu?" tanya Banu.
"Iya, Mang."
"Kamu tadi bawa helm. Emangnya kamu dikasih motor juga?"
"Iya. Rumah bosku ngga jauh dari sini. Setiap pagi aku harus ke rumahnya, kita berangkat bareng ke kantor. Pulangnya juga gitu, ke rumah Bos dulu baru pulang ke sini pakai motor."
"Enak banget. Emang kamu kerjanya apa sih?"
"Aku sekretaris wakil CEO."
"Apa?"
Jawaban Freya tentu saja mengagetkan Banu dan Mina. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Freya mendapatkan posisi bergengsi. Padahal gadis itu belum punya pengalaman kerja. Perasaan iri langsung menyusupi hati Mina. Kenapa sepupunya itu selalu beruntung. Dulu gadis itu juga berhasil menggaet hati Gavin, pria paling populer di sekolah.
Tak suka mendengar Freya dan Gavin akan menikah, Mina pun berusaha menggoda Gavin. Ternyata usahanya berhasil. Gavin sedang kesal karena Freya tidak memperbolehkan dirinya untuk memeluk atau mencium Freya. Dengan mudahnya Mina memperbolehkan Gavin melakukan itu padanya. Hanya saja ketika pria itu mengajak tidur bersama, Mina masih punya akal sehat untuk menolaknya.
Mengetahui perselingkuhan Gavin dan Mina, Freya pun memilih putus dari Gavin. Tak lama setelah itu, Pak Santo meminta ayahnya untuk menikahkan dirinya dengan Freya dengan alasan untuk membayar hutang. Tahu akan dinikahi pria tua, Freya pun memilih kabur dari rumah. Seminggu setelah Freya kabur, Gavin memutuskan Mina dengan alasan masih mencintai Freya. Dan ternyata kehidupan Freya setelah kabur jauh lebih baik. Membuat Mina semakin tidak menyukainya.
"Freya.. kamu bisa ngga mencarikan pekerjaan buat Mina?"
"Aku ngga janji, Mang. Tapi aku akan usaha deh."
"Yang tadi di kedai kopi siapa? Yang namanya Ganjar."
"Dia rekan kerjaku juga tapi beda divisi. Dia baru gabung beberapa hari yang lalu."
"Ganteng. Udah punya pacar belum?"
"Ngga tahu. Aku juga baru kenal."
"Kalau Bos kamu gimana? Aku mau dong ketemu Bos kamu."
"Duh mendingan jangan deh. Bos aku tuh mulutnya pahit banget. Ada aja omongannya yang ngga enak di telinga. Takut nanti kamu malah sakit hati."
"Tapi dia baik, buktinya ngasih kamu fasilitas kaya gini."
"Tapi ada bayarannya juga."
Baru saja Freya selesai berbicara, ponselnya berdering. Melihat nama sang pemanggil adalah Devan, Freya pun segera menjawabnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam. Kamu sudah di rumah?"
"Sudah, Pak."
"Proposal buat pembangun mall baru sudah kamu susun belum?"
"Sudah, tapi belum beres, Pak."
"Ada perubahan. Kamu ke rumah saya!"
"Sekarang Pak?"
"Iya sekarang. Masa tahun depan. Cepetan! Waktu kamu sepuluh menit!"
Panggilan segera berakhir begitu saja. Terdengar gerutuan Freya. Gadis itu kesal sekali Devan meminta datang ke rumah. Gadis itu segera menuju kamarnya untuk mengambil sweater. Setelah melapisi tubuhnya dengan sweater, gadis itu segera mengambil helm dan tas kecil untuk menaruh ponsel dan dompet.
"Mang, aku pergi dulu ya."
"Mau kemana?"
"Mau ke rumah Bos. Ada kerjaan mendadak."
"Ya sudah sana!"
Freya mencium punggung tangan Banu lalu keluar dari unit apartemennya. Banu dan Mina saling berpandangan setelah Freya pergi.
"Wah aku curiga si Freya jadi sekretaris plus-plus," celetuk Mina.
"Jangan ngomong sembarangan."
"Papa pikir aja, ngapain juga bosnya nyuruh ke rumahnya malam-malam begini. Pasti disuruh Nemani tidur. Kalau Pak Santo tahu Frey udah ngga perawan gimana Pa?"
"Waduh, bahaya juga ya."
Mendadak Banu jadi kepikiran ucapan anaknya. Kalau benar Freya menjadi sekretaris plus-plus Bosnya, apa Santo bisa menerima gadis kesayangannya sudah tidak perawan lagi? Di tengah lamunan Banu, ponselnya berdering. Panjang umur, ternyata Santo yang menelpon.
"Halo, Pak."
"Gimana? Sudah ketemu Freya? Kapan saya bisa jemput dia?"
"Saya sudah bertemu Freya, Pak."
"Benarkah? Baguslah. Segera kirimkan alamatnya, saya akan menjemputnya sendiri."
"Eh jangan dulu, Pak."
"Kenapa? Saya sudah tidak sabar untuk menikahi Freya. Kamu jangan permainkan saya!"
"Saya tidak mempermainkan Bapak. Tapi saya harap Bapak bisa bersabar. Freya sudah bekerja,dan dia tidak bisa keluar begitu saja, nanti kena denda. Lagi pula kalau kita bertindak gegabah, bukan tidak mungkin kalau dia mencoba kabur lagi. Bapak percayakan saja pada saya. Saya dan Mina akan tinggal dulu di sini beberapa hari. Kalau waktunya sudah tepat, nanti saya kabari Bapak."
"Awas kamu jangan bohongin saya."
"Tidak, Pak. Tapi mungkin Bapak harus menyiapkan uang untuk membayar denda kalau tiba-tiba Freya berhenti bekerja."
"Saya akan bayar!"
"Baiklah, tunggu kabar dari saya."
Banu menghembuskan nafas lega setelah panggilan dari Santo berakhir. Tiba-tiba saja terbersit dalam pikirannya untuk mengambil keuntungan dari situasi Freya saat ini. Pria itu bermaksud menambah jumlah uang penalty yang harus dibayarkan Freya jika mengundurkan diri. Dengan begitu dia bisa mendapatkan keuntungan juga. Segurat senyum langsung menghiasi wajahnya. Freya memang banyak mendatangkan keuntungan untuknya.
***
Jangan senang dulu, Banu😏
susulin mas Devan...