Hot Apocalypse

Setelah tiba kembali di benteng, mereka segera menurunkan barang-barang dari truk. Reina, yang selalu memperhatikan detail, mulai merasa ada yang aneh.

“Keitaro, kau tidak membawa apa pun? Apa yang kau beli tadi?” tanya Reina sambil memelototi Keitaro.

Keitaro menggaruk kepalanya, berpura-pura tidak peduli. “Oh, barang-barangku sudah kusimpan di inventaris sistem. Tidak perlu khawatir.”

Reina masih tampak curiga, tetapi sebelum dia bertanya lebih jauh, Ayane menepuk pundaknya. “Mungkin memang seperti itu. Keitaro selalu punya cara aneh kan. Sudahlah, mari kita simpan makanan ini di ruang penyimpanan.”

Reina menghela napas, tetapi akhirnya mengikuti Ayane menuju ruang penyimpanan makanan. Di sisi lain, Shoji sudah sibuk memeriksa furnitur dan perlengkapan strategi yang dibelinya. Dia tampak seperti anak kecil dengan mainan baru, penuh semangat mengatur barang-barangnya dan memasang kamera pengawas di berbagai sudut benteng.

Kenta sibuk membantu mengangkut furnitur ke dalam, sementara beruang mondar-mandir mengamati semua aktivitas dengan rasa ingin tahu.

Namun, Keitaro hanya berdiri di depan layar sistem yang mengambang, memikirkan sesuatu. Tiba-tiba, notifikasi muncul.

“Misi Sampingan: Usir tamu tak diundang menjauh dari benteng. Hadiah: 60 koin sistem.”

Wajah Keitaro langsung tegang. Dia segera menyadari apa yang terjadi. Saat menyelidiki perusahaan Nanami sebelumnya, dia telah diikuti.

Dari luar dinding benteng, terdengar suara benturan keras. Anak buah Nanami mulai menabrak pintu besar di dinding luar, mencoba menerobos masuk.

“Suara apa itu?!” Ayane berteriak dari ruang penyimpanan. Semua orang, kecuali Shoji, segera berkumpul di ruang utama dengan wajah penuh kecemasan.

“Seseorang mencoba masuk!” seru Reina, panik.

Keitaro segera mengeluarkan beberapa senjata dari inventaris sistem dan membagikannya kepada yang lain.

“Kenta, kau gunakan senapan ini. Reina, Ayane, kalian pakai busur X ini. Aku tahu kalian belum terbiasa dengan senjata api,” kata Keitaro dengan tenang sambil menyerahkan senjata kepada mereka.

“Apa yang akan kau pakai, Keitaro?” tanya Ayane, masih terlihat gugup.

Keitaro mengangkat sniper. “Aku akan menggunakan ini. Kita tidak akan membiarkan mereka masuk.”

Beruang, yang sejak tadi diam, mengeluarkan raungan keras dan mengambil posisi siap bertarung.

Namun, sebelum mereka sempat bergerak, suara ledakan besar terdengar dari luar. Dinding benteng bergetar hebat, membuat mereka semua panik.

“Apakah dindingnya hancur?!” Kenta berteriak dan mengintip ke luar.

sementara itu notifikasi sistem muncul.

“Misi selesai. Hadiah 60 koin sistem telah diberikan.”

"Dinding nya masih kokoh" sambung kenta

Keitaro melotot ke arah layar sistem, bingung. “Apa? Bagaimana bisa selesai? Ledakan apa tadi, dan kenapa dinding masih kokoh.”

Mereka segera keluar memastikan keadaan.

Tiba-tiba, suara familiar terdengar dari atas benteng.

“Semua sudah aman!” teriak Shoji, yang berdiri di atas dinding sambil memegang RPG di tangannya.

Semua orang langsung melihat ke arahnya dengan ekspresi terkejut.

“Shoji, apa yang kau lakukan?! Di mana kau mendapatkan itu?!” tanya Keitaro dengan nada campur heran dan kagum.

Shoji turun dari dinding dengan santai, meletakkan RPG di bahunya. “Aku membelinya dari militer. Sebagai ahli strategi militer, aku punya izin legal untuk membeli senjata seperti ini, kau tahu mereka berlarian ketika mengetahui aku memiliki senjata ini."

Keitaro sampai lupa bahwa Shoji memiliki latar belakang militer. Semua orang terdiam sejenak sebelum akhirnya tawa pecah.

“Shoji, kau benar-benar gila!” seru Kenta sambil tertawa keras.

Kepanikan mereka berubah menjadi rasa lega dan kegembiraan. Malam itu, meski lelah, mereka berkumpul bersama, berbagi cerita dan tawa.