Niat ingin mencari ibunya yang sudah pergi meninggalkannya sejak kecil, justru membuat Yona harus terjebak ke dalam kehidupan seorang mafia yang sangat misterius. Yang akhirnya membuat keduanya jatuh cinta. Namun hubungan mereka penuh liku dan berpengaruh besar pada proses pencarian ibu Yona.
Akankah cinta mereka berdua tetap bertahan setelah ibu Yona ditemukan? Atau harus berakhir demi Yona bisa berkumpul lagi dengan Sang Ibu?
Simak terus kelanjutan kisahnya.. jangan lupa follow akun ig author @dee_k9191
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee_K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Amarah, Kecewa, dan Rindu
“Yona? Apa kamu baik-baik saja?” Finn melambaikan tangannya di depan wajah Yona yang masih tampak melamun. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh gadis itu.
“Ehm, maaf Kak! Aku baik-baik saja,” jawab Yona.
“Lalu kenapa kamu melamun? Semalaman aku sangat mengkhawatirkan keadaan kamu,”
“Kak Finn tahu dari mana kalau aku sakit dan dirawat di sini?” tanya Yona penasaran.
“Kemarin aku sempat datang ke rumah kamu, setelah itu diberitahu oleh seseorang kalau kamu dilarikan ke rumah sakit. Akhirnya aku ke sini. Namun sayangnya kemarin malam kamu tidak bangun sama sekali. Mungkin efek obat yang diberikan dokter,”
“Apa? Kak Finn semalam ke sini? Kak Finn bertemu ayah?” tanya Yona terkejut. Finn menjawabnya dengan anggukan kepala.
Yona sungguh tidak mengerti, bagaimana mungkin bisa ayahnya mengijinkan Finn menemuinya. Bukannya sang ayah sangat tidak suka dengan Finn. Meskipun baru saja ia lihat sikap ayahnya masih dingin pada Finn, namun rupanya pria itu juga tidak mengusir atau menolak kedatangan Finn. Apakah ini pertanda kalau ayahnya mengijinkan Finn dengan dengannya.
“Sepertinya kamu belum makan pagi ini. Sini aku suapi dulu!” Finn duduk mengambil piring di atas meja.
Yona mengangguk samar. Tersenyum tipis pada Finn. Hati Yona menghangat karena perhatian Finn. Juga rasa rindunya terobati setelah beberapa waktu tidak bertemu sang pujaan hati.
Finn dengan sabar menyuapi Yona. Setelah itu mengambilkan obat yang harus diminum sang kekasih pagi ini.
“Terima kasih, Kak!” ucap Yona setelah selesai minum obat.
“Aku harap kamu segera membaik dan tidak sakit sakit lagi. Jaga kesehatan kamu, Yona!”
Yona mengangguk seraya tersenyum. Setelah itu Yona menceritakan sedikit tentang kisah masa lalu ayah dan ibunya. Yona sangat bersalah karena selama ini sudah menyakiti hati ayahnya dengan cara ia mencari ibunya secara diam-diam tanpa sepengetahuan sang ayah.
“Biarlah itu menjadi masa lalu ayah kamu. Yang terpenting mulai sekarang kamu harus membuat ayah kamu bangga.”
“Terima kasih, Kak!”
Obrolan mereka berdua terputus saat tiba-tiba Finn mendapat panggilan dari seseorang. Meskipun Finn ingin mengabaikan panggilan itu, namun orang itu terus menghubunginya. Kebetulan juga Jarvis sudah masuk kembali ke ruangan itu. Akhirnya Finn memilih pamit undur diri.
“Tetap jaga kesehatan! Semoga lekas sembuh!” pamit Finn dan Yona mengangguk.
Finn juga menganggukkan kepalanya sebagai tanda ia menghormati Jarvis. Meskipun pria itu masih bersikap datar padanya.
Selama empat hari Yona dirawat di rumah sakit. Keadaannya juga berangsur membaik. Dan selama itu juga, hampir setiap hari Finn datang menjenguk kekasihnya. Dan hari ini Yona akhirnya diperbolehkan pulang.
Selama perjalanan pulang, Jarvis yang duduk di sebelah Yona tampak fokus dengan gadgednya. Sepertinya pekerjaan pria itu sangat banyak. Karena memang selama Yona dirawat, Jarvis melewatkan banyak meeting penting demi menjaga Yona di rumah sakit.
***
Jendra dan Danita sudah berada di Indonesia sejak dua hari yang lalu. Sepasang suami istri itu tinggal di rumah milik Jendra yang sudah lama tidak pernah ia tempati. Dan selama dua hari ini Danita belum menemui Yona. Selain masih mencari alamat tempat tinggal mantan suaminya yang sekarang, Danita juga belum siap untuk bertemu dengan putri kandungnya itu.
Jendra baru saja pulang. Pria itu sebenarnya memiliki perusahaan di negara ini. Hanya saja selama ini ia serahkan pada orang kepercayaannya. Dan tidak banyak yang tahu kalau Jendra pemilik perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan minyak bumi. Karena selama ini Jendra fokus dengan bisnisnya di dunia gelap.
“Sayang, maafkan aku tadi keluar cukup lama,” ucap Jendra menghampiri istrinya yang kini sedang bersantai di halaman belakang rumah. Waktu senja seperti ini langit tampak bagus sekali dengan warnanya.
“Tidak apa-apa,” Danita tersenyum hangat menyambut kepulangan suaminya.
“Tadi aku mendapat informasi dari orang suruhanku untuk mencari alamat tempat tinggal Jarvis yang sekarang. Aku sudah mendapatkannya. Jarvis selama ini hanya tinggal berdua dengan putrinya. Tidak bersama Bu Ruth,” terang Jendra.
Danita diam, tidak menanggapi apa-apa. Dia ingat dengan sosok mantan ibu mertuanya yang saat itu sangat membencinya setelah mengetahui keretakan rumah tangga putranya yang disebabkan oleh dirinya. Saat itu Bu Ruth sangat emosi, bahkan sempat menyebut dirinya seorang pela*cur.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Jendra.
“Iya. Aku baik-baik saja. Lalu kapan kamu bisa mengantarku menemui putriku?” tanya Danita.
“Kapan kamu siapnya? Aku tidak memaksa kamu. Aku juga nanti akan meminta maaf pada putrimu atas ucapanku tempo hari,”
Danita masih tampak berpikir. Wanita itu berusaha menguatkan hatinya dan menerima segala konsekuensinya jika nanti Yona sangat membencinya setelah bertemu dengannya.
“Kapanpun aku siap bertemu dengan anakku,” jawab Danita.
Jendra menganggukkan kepalanya. Pria itu kemudian mendorong kursi roda istrinya dan membawanya masuk ke dalam rumah. Jendra akan melakukan pertemuan dengan Jarvis dulu sebelum mengajak istrinya. Setidaknya ia bisa bicara empat mata dengan mantan suami dari istrinya itu, agar nanti saat bertemu dengan Yona tidak ada penolakan.
Hari itu pun tiba. Dua hari setelah Jendra mengatakan pada Danita mengenai tempat tinggal Jarvis dan Yona yang sekarang, pria itu baru bisa mengajak Danita bertemu dengan Yona.
Kemarin Jendra sudah bertemu dengan Jarvis. Awalnya Jarvis sangat marah dan menolak untuk mengijinkan Yona bertemu dengan ibunya. Namun setelah Jendra berusaha membujuknya, akhirnya Jarvis mengijinkan. Jendra juga meminta maaf atas sikapnya pada Yona tempo hari. Dan mengenai keadaan Danita yang sekarang, Jendra tidak mengatakan apapun pada Jarvis. Baginya tidak itu penting.
“Ayah, memangnya siapa tamu yang akan datang?” tanya Yona yang saat ini sudah duduk di sofa ruang tamu.
Tadi sore Jarvis sempat mengatakan pada putrinya kalau akan ada tamu yang datang ke rumah. Jarvis sengaja tidak memberitahu putrinya kalau yang datang adalah mantan istrinya, yang tak lain adalah ibu Yona.
“Sebentar lagi kamu akan tahu,” jawab Jarvis tenang.
“Ayah pesan, nanti tolong hargai kedatangan tamu itu dan jangan pergi meninggalkan ruangan ini begitu saja,” imbuh Jarvis, semakin membuat Yona penasaran.
Tak berselang lama, sopir pribadi Jarvis yang berjaga di luar mengatakan kalau ada tamu yang ingin bertemu dengan majikannya. Jarvis menyuruhnya langsung masuk.
Jarvis dan Yona sama-sama mendengar suara derap langkah kaki yang mulai mendekat. Setelah itu tatapan keduanya tertuju pada pintu ruang tamu, di mana saat ini seorang pria sedang mendorong kursi roda yang diduduki oleh seorang wanita.
Jarvis sangat terkejut saat melihat keadaan mantan istrinya yang duduk di kursi roda. Sedangkan Yona, masih bertanya-tanya tentang siapa kedua orang yang datang itu. Karena selama ini Yona tidak pernah tahu wajah ibunya. Hanya saat masa kecilnya saja. Itu pun sudah lupa.
“Silakan masuk!” ucap Jarvis mempersilakan tamunya masuk. Tatapannya tertuju pada wanita yang duduk di kursi roda dengan tatapan sendunya.
“Ayah, siapa mereka?” tanya Yona.
Danita tidak bisa membendung air matanya lagi saat putri kandungnya sendiri tidak bisa mengenali wajah ibunya.
“Dia ibu kamu, Sayang!” jawab Jarvis. Seketika itu membuat wajah Yona berubah merah padam. Ada amarah, kecewa, dan rindu yang bercampur jadi satu.
.
.
.
*Happy Reading!!