Kinara Wirasti seorang wanita berusia 55 tahun, bertemu dengan kekasihnya di masa lalu yang bernama Anggara Tirta pria seumuran dengannya. Ternyata Anggara adalah mertua dari anaknya. Bagaimana kisah cinta mereka? Akankah bersatu di usia senja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Gagal Romantis
Walaupun Miranda adalah ibu kandungnya, Niko lebih percaya kepada Anggara. Ia tidak peduli dengan ibunya yang hanya menambah beban pikiran.
"Niko, istrimu sudah selingkuh dengan papah mu sendiri. Kamu harusnya buka mata!" Miranda berkata dengan keras.
Kinara dan Anggara yang mendengar hanya saling berpandangan, mereka memilih untuk diam. Keduanya engan berdebat dengan Miranda.
"Nara, kamu percaya sama aku kan?" bisik Anggara.
"Iya, Mas. Aku percaya," ucap Kinara pelan.
Diam-diam Anggara mencuri kesempatan untuk menggenggam tangan Kinara, sebagai bentuk perhatian dan kasih sayangnya.
Pemandangan itu tidak lepas dari kedua mata Niko, matanya membelalak tidak percaya. Sekarang terjawab sudah, siapa sebenarnya wanita yang dicintai oleh Anggara. Namun, Niko tidak akan pernah mengatakan kepada siapapun.
"Ibu, lebih baik pergi dari sini! Aku sudah pusing dengan masalah ini, lagipula untuk warisan aku tidak berhak." Niko mengusir Miranda.
"Jadi seperti ini didikan seorang Anggara Tirta! Sungguh memalukan!" Miranda merasa tidak dihargai.
Miranda meninggalkan rumah itu, dengan perasaan kecewa dan marah. Ia merasa sudah dikhianati oleh Anggara, tidak sesuai dengan kesepakatan dulu.
Niko juga mengusir Anggara dan Kinara, ia menginginkan waktu berdua bersama sang istri. Tanpa basa-basi ia berkata, "Pah, Mah, lebih baik kalian juga pulang. Kita ingin menghabiskan waktu berdua."
"Dasar anak durhaka!" umpat Anggara.
"Niko, kamu tega membiarkan mamah pulang sendiri? Ini sudah sore, kenapa tidak menginap disini saja?" tanya Angel.
"Rasanya tidak adil, Sayang. Kalau hanya ibu yang ku usir, kedua orang tua itu juga harus pergi." Niko berusaha bersikap membedakan.
"Mamah bisa pulang sendiri," sahut Kinara, tidak ingin merepotkan siapapun.
Anggara tersenyum tipis, ia keluar dari dalam rumah begitu juga dengan Kinara yang berjalan dibelakangnya.
Suasana di rumah sudah sepi, hanya ada suara Niko dan Angel yang sedang membereskan barang-barangnya. Setelah selesai, Niko mengajak Angel ke ruangan atas. Mereka duduk di balkon, depan kamar mereka.
Niko meminta maaf kepada istrinya, atas segala kesalahpahaman tadi. Ia tidak bermaksud untuk menyakiti Angel, hanya saja ingin istrinya bicara lebih dulu sebelum pergi.
"Sayang, aku tidak ingin melukai hatimu. Sebenarnya aku juga tidak begitu yakin dengan Sabila, dia selalu menghubungiku." Niko berkata jujur.
"Kenapa baru bicara sekarang, Nik? Sabila hanya duri dalam rumah tangga kita. Lagipula papah sudah tua, aku tidak tertarik." Angel menatap tajam suaminya.
"Siapa tahu, soalnya aku lihat kemarin ada tas wanita di ruang kerja papah." Niko menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Apa? Papah punya pacar?" Angel tidak menyangka, ia tersenyum.
Niko memeluk Angel, sudah beberapa hari mereka jarang bermesraan. Walaupun sekarang ia harus hidup dari nol lagi, tetapi Niko merasa bebas dan bahagia bisa mempunyai banyak waktu untuk berduaan.
"Jangan di sini, Nik. Dilihat oleh malu," ucap Angel.
Tanpa aba-aba Niko menggendong istrinya, membawa masuk ke dalam kamar. Ia membaringkan tubuh Angel dengan pelan.
***
Sementara itu, Anggara saat ini sedang merayu Kinara agar mau ikut pulang dengannya. Kinara sudah berjalan jauh, berkilo- kilo meter.
"Nara, jangan seperti anak kecil!" Anggara turun dari mobilnya.
"Mas, aku tidak ingin hubungan kita diketahui banyak orang. Aku malu." Kinara mengungkapkan ketakutannya, walaupun sedikit menyakiti hati Anggara.
"Maksudmu apa, Nara? Kamu mau mempermainkan aku!" marah Anggara, sambil memegang tangan Kinara.
Setelah kejadian tadi, perasaan Kinara menjadi tidak enak. Apalagi Angel tidak setuju kalau dia menikah, tetapi kebahagiaanya ada di Anggara. Rasa ragu kian menyelimutinya, usia juga menambah keraguan dalam diri.
"Nara, bicaralah! Kamu meragukan ku?" Anggara sangat berharap mereka bisa bersatu, membangun rumah tangga yang dari dulu diimpikan.
"Kamu yakin, Mas? Kalau anak-anak tidak setuju bagaimana?" tanya Kinara.
"Aku tidak butuh persetujuan mereka," balas Anggara, tidak mengambil pusing restu dari anak-anak.
Kinara menggelengkan kepalanya, kekasihnya itu terlalu egois jika sudah menyangkut dirinya. Karena sudah hampir dekat rumahnya, Kinara menolak naik mobil Anggara.
Anggara menjadi kesal, ia langsung menarik Kinara dan membawanya masuk ke dalam mobil. Bahkan ia tidak mempedulikan teriakan Kinara, maupun orang yang melihat kejadian itu.
"Mas, kita mau kemana? Jalan ke rumahku belok kanan," ujar Kinara.
"Sayang, aku ingin menunjukkan sesuatu untukmu," kata Anggara, ia sudah menyiapkan sebuah kejutan.
Anggara membawa Kinara ke sebuah restoran yang ada pemandangan danau dan lampu kerlap- kerlip di sekitarnya, suasana restoran terbuka begitu romantis. Udara malam yang dingin, menciptakan kesempatan untuk berbagi kehangatan.
Kinara menatap lembut Anggara, ia tidak menyangka akan diperlakukan begitu manis seperti ini. Ketika ia hendak duduk, Anggara menarik kursi untuknya.
"Mas, kenapa sepi? Aku takut," kata Kinara, melihat ke sekeliling tempat duduknya. Di area depan dan samping restoran begitu ramai pengunjung, tetapi di belakang hanya ada mereka berdua dan satu pelayan.
"Tempat ini sudah ku pesan," ujar Anggara.
"Untuk apa?" tanya Kinara menatap keheranan.
Anggara meminta Kinara agar tidak merusak moment romantis mereka, ia mematikan ponselnya dan ponsel milik Kinara.
Sambil menunggu pesanan mereka, Anggara mengeluarkan sebuah perhiasan. "Nara, menikahlah denganku."
Mata Kinara berkaca-kaca, ia menutup mulutnya yang menganga dengan kedua telapak tangan. Benar tidak disangka, Anggara serius melakukan semua.
Dari kejauhan, seorang wanita paruh baya tiba-tiba mendekat ke arah mereka. Siapa lagi kalau bukan Miranda, diam-diam ia mengikuti Anggara.
Miranda berjalan sambil bertepuk tangan, ia bersorak seolah tersakiti dengan pemandangan di depan matanya.
"Anggara, ternyata wanita miskin ini kekasihmu. Aku tidak menyangka." Miranda tersenyum sinis.
"Jaga ucapanmu! Dasar wanita ular!" Anggara berusaha melindungi Kinara.
"Lihat saja, besok akan ada berita heboh yang menggemparkan dunia. Seorang besan saling jatuh cinta, pernikahan anaknya jadi taruhannya." Ucapan Miranda membuat amarah Anggara bangkit.
Anggara memanggil beberapa orang kepercayaannya, agar segera menyeret Miranda keluar dari restoran. Ia juga meminta pertanggung jawaban pihak restoran, karena sudah menganggu ketenangannya. Padahal Anggara sudah meminta tempat pribadi dan membayar mahal.
"Mas, cobaan kita terlalu berat. Bagaimana kalau Miranda mengatakan ke Angel dan Niko? Aku takut," ungkap Kinara meneteskan air mata.
Anggara memeluk Kinara, ia berjanji akan membuat semua orang menyetujui hubungan mereka. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, Anggara akan mempertemukan dengan ibunya. Namun, Kinara menolak karena merasa tidak pantas.
"Nara, kamu jangan khawatir. Kita tetap akan bersama dan menikah secepatnya," ucap Anggara menenangkan.
Di dalam hati Kinara, banyak sekali yang dikhawatirkan terutama restu orang-tua dan anak-anaknya. Berada di pelukan Anggara, merasa lebih tenang walaupun banyak masalah yang akan dihadapinya.
"Kita pulang saja, Mas," ajak Kinara, hatinya sudah terlanjur bersedih.
Makin tua, makin jadi🤣
setuju kalian menikah saja
jamgan hiraukan angel
semoga segera dapat donor darah yg cocok dan bisa selamat
ayo semangat kejar kinara🥰
semoga kamu dapat restu anggara.. semangat