Yaya_ gadis ceria dengan sejuta rahasia.
Ia selalu mengejar Gavin di sekolah,
tapi Gavin sangat dingin padanya.
Semua orang di sekolah mengenalnya sebagai gadis tidak tahu malu yang terus mengemis-ngemis cinta pada Gavin. Namun mereka tidak tahu kalau sebenarnya itu hanya topengnya untuk menutupi segala kepahitan dalam hidupnya.
Ketika dokter Laska memvonisnya kanker otak, semuanya memburuk.
Apakah Yaya akan terus bertahan hidup dengan semua masalah yang ia hadapi?
Bagaimana kalau Gavin ternyata
menyukainya juga tapi terlambat mengatakannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Sekarang mereka berlima sudah berada di ruangan kepsek. Menunggu pak kepala sekolah bicara tentu saja. Yaya berdiri di tengah-tengah antara Manda dan Garrel. Ia melemparkan senyum manisnya ke Manda tapi cewek itu malah menunduk, pura-pura tidak melihat.
Manda adalah cewek introvert yang pemalu. Wajar kalau ia tidak merasa biasa berhadapan dengan seorang Yaya yang suka bikin rusuh dan tidak tahu malu. Bahkan cenderung sedikit takut-takut. Aneh, padahal Yaya sama sekali tidak menakutkan.
Yaya berbalik ke sebelah kanannya melirik Garrel sih ketua kelas. Tapi cowok itu tetap setia menatap kedepan dengan wajah datarnya. Hufft... Yaya membuang nafas jengkel. Nih orang-orang kok pada begini semua sih. Nggak asyik. Ia menyesal tidak berdiri di antara Gavin dan Bintang. Walau Bintang suka berdebat dengannya dan Gavin yang selalu cuek, setidaknya itu tidak membuatnya merasa canggung.
"Ekhemm." pak kepala sekolah berdeham. Laki-laki paruh baya itu menatap lurus ke lima siswa-siswi yang sejak tadi sudah berdiri sejajar didepannya.
"Begini. Kalian berempat tidak termasuk Yaya," mata sih kepala sekolah berpindah-pindah di antara Garrel, Manda, Bintang dan Gavin.
"Kalian berempat akan di utus mewakili sekolah ini untuk olimpiade sains minggu depan." lanjut lelaki tua itu.
"Hahh?" Yaya cengo. Mulutnya terbuka lebar menatap sih kepsek. Ia sadar otaknya memang di bawah rata-rata buat ikutan lomba, tapi kenapa ia harus ikutan dipanggil juga? Eh, tapi kan memang kepala sekolah hanya bilang ke empat teman sekelasnya itu. Tidak termasuk dia.
"Kenapa?" tanya kepala sekolah melirik Yaya.
Gadis itu tersenyum kikuk.
"Mm..begini pak. Kok saya dipanggil juga? Yang bakalan ikut lomba kan mereka." menurutnya ia tidak salah bertanya begitu. Ia penasaran dan butuh jawaban. Mungkin saja kan kepala sekolah hanya iseng ngerjain dia.
Hihihi. Yaya terkikik dalam hati. Pikirannya mulai ngawur. Tidak mungkin juga kan kepala sekolah mereka yang disiplin itu ingin bercanda dengan siswi yang di cap lebay seperti dirinya.
"Kamu akan ikut dengan mereka dan mengurus semua hal yang mereka butuhkan di sana nanti."
"Hah?" Yaya lagi-lagi melongo dengan wajah cengonya. Bintang memiringkan wajahnya sedikit melirik gadis itu sambil mengulum senyumnya. Raut wajahnya berbeda dengan tiga makhluk yang berdiri sejajar dengannya. Mereka tetap berdiri tegak dengan ekspresi sama-sama datar. Bintang sampai heran kok bisa yah nih tiga makhluk tahan dengan gaya kaku begitu.
"Kenapa, kamu keberatan?" suara kepala sekolah mereka sedikit meninggi menatap Yaya.
"Kamu kan selalu menempel sama Gavin. Sekarang jangan cuma urusin Gavin melulu. Anggap saja kamu sedang berbakti untuk sekolah ini."
entah kenapa Yaya merasa kesal ketika mendengar sih kepala sekolah bilang kata menempel. Tapi ia tidak bisa bilang apa-apa kan? Karena kebenarannya memang begitu. Bahkan kepala sekolah mereka tahu ia mengejar-ngejar Gavin.
Yaya memutar otaknya. Nggak apa-apa deh ngurusin mereka. Lagian paling-paling cuma beliin mereka makanan, nggak susah-susah. Kan ada Gavin juga. Ia tersenyum senang. Tahu aja sih kepsek.
"Ya udah pak, aku terima." seru gadis itu semangat.
Kepala sekolah tidak berkata apapun, hanya menyodorkan lembaran kertas di tangannya ke Garrel.
"Ini materi untuk kalian pelajari. Bapak harap kalian bisa bawa nama baik sekolah kita." kata kepala sekolah lagi. "Itu saja, kalian bisa balik ke kelas kalian sekarang." lanjutnya.
***
Tujuh hari kemudian di hari kamis, Gavin, Garrel, Bintang, Yaya dan Manda sudah berdiri di depan gedung SMA Garuda Jaya. Sekolah yang jadi tuan rumah penyelenggaraan lomba antar SMA. Ada berbagai macam lomba dari berbagai bidang. Seni dan Olahraga juga Sains.
Yaya dengar tim basket sekolah mereka juga ikut tanding hari ini. Berarti kakak tirinya sih Sara itu ada juga dong, dia kan tim basket putri di sekolah mereka yang sok jago. Yaya mendengus pelan. Semoga saja dia tidak bertemu dengan perempuan bermuka dua itu.
"Liat deh, mereka dari SMA CARISTA kan? Wahh, cowoknya beneran ganteng-ganteng banget ternyata..."
Yaya melemparkan tatapan tajam ke sekelompok siswi yang terus-menerus melirik ke arah mereka dengan tatapan memuja. Lebih tepatnya sih menatap Gavin, Bintang dan Garrel. Beberapa di antaranya bahkan terang-terangan menunjukkan ekspresi menggoda.
Yaya mengepalkan tangannya geram. Ia tidak peduli kalau mereka menggoda Garrel atau Bintang. Tapi ia tidak akan membiarkan Gavinnya di goda sama mereka. Tanpa aba-aba gadis itu berpindah ke sebelah Gavin dan menggandeng lengan cowok itu sambil melemparkan tatapan mautnya ke siswi-siswi yang masih menatap cowok itu sejak tadi. Tindakannya seolah ingin memperingatkan ke cewek-cewek itu kalau Gavin adalah miliknya.
Awalnya Gavin berniat melepaskan tangan Yaya dan menyuruhnya menjauh. Tapi tidak jadi. Ada terlalu banyak orang yang melihat mereka. Ia juga tidak mau Yaya ditertawai oleh siswi-siswi yang tidak ada kerjaan itu menurutnya.
"Gavin nih minum. Biar nanti dipanggung kamu nggak kehausan." Yaya menyodorkan aqua yang sudah di buka botolnya ke mulut Gavin tapi ditolak mentah-mentah sama tuh cowok. Mereka sekarang sudah ada di ruangan khusus yang dipersiapkan sekolah itu sebelum masuk ke aula perlombaan olimpiade.
Yaya tidak kehabisan akal. Meski terus menerus di tolak Gavin, ia terus mendapat ide lain. Bahkan sampai membuat Garrel dan Manda tercengang-cengang melihat kelakuan gadis itu. Berbeda dengan Bintang yang sudah terbiasa. Garrel dan Manda yang tidak pernah bergaul dengan cewek itu tentu saja terheran-heran. Yaya sungguh mampu membuat orang lain tercengang dengan semua tindakannya. Bahkan sampai sekarang cewek itu masih semangat membujuk Gavin.
"Ya udah, kalo gitu makan aja yah? Gavin belum makan kan?" pinta Yaya dengan nada ceria. Lagi-lagi Gavin mengabaikan. Matanya sibuk membaca lembaran kertas yang isinya soal semua.
"Hufft." gadis itu membuang nafas pelan. Segala cara sudah dia coba tapi tidak mempan juga.
"Yaya, lo tuh ya." itu suara Bintang. Yaya mengangkat wajahnya menatap cowok itu bingung.
"Kepala sekolah ngurus lo buat ngurusin kita semua bukan Gavin doang." lanjutnya dongkol.
Yaya menatap Bintang, Garrel dan Manda bergantian. Benar sih ucapan Bintang. Ia menyengir lebar lalu mengambil tiga botol air mineral dan dibagikan ke mereka.