Mempunyai paras cantik, harta berlimpah dan otak yang cerdas tidak membuat Alsava Mabella atau gadis yang kerap di sapa Alsa itu hidup dengan bahagia.
Banyak yang tidak tahu kehidupan Alsa yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu Alsa dari luarnya saja.
Sampai akhirnya kehidupannya perlahan berubah. Setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkannya di usianya yang terbilang masih sangat muda itu dengan lelaki yang sangat di kenalinya di sekolah.
Lelaki tampan dan juga memiliki otak yang cerdas seperti Alsa. Bahkan Dia juga menjadi idola di kalangan siswi di sekolahnya.
Mau menolak? Jelas Alsa tidak akan bisa. Bukan karena dia memiliki rasa, tetapi keputusan kedua orang tuanya adalah mutlak.
Follow ig riria_raffasya ✌️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pura-Pura Pingsan
Pagi ini Alsa sudah lengkap dengan seragam sekolahnya. Baik Alsa maupun Gerald memang hanya libur di satu hari pernikahannya saja. Tidak ada honeymoon atau yang lainnya. Pernikahan mereka lancar tanpa kendala saja itu sudah cukup.
Setelah sarapan bersama kedua orang tua Gerald di hotel. Alsa langsung pamit untuk berangkat. Bahkan Alsa menolak untuk berangkat bersama dengan Gerald, dia tidak ingin ada yang mencurigainya.
"Alsa!" panggil Icha dan Kia melihat Alsa yang sudah masuk ke dalam kelas.
Alsa tersenyum. Tetapi tidak ada semangat lagi. Setelah ke bangkunya Alsa langsung menundukan kepalanya di meja untuk tidur.
Icha dan Kia saling pandang bingung dengan tingkah Alsa. Tidak biasanya Alsa seperti ini. Apa ada masalah lagi dengan kedua orang tuanya?
"Al, are you okay?" tanya Kia khawatir.
Tidak ada jawaban dari Alsa. Karena dia masih menundukan kepalanya di meja.
Icha melirik Kia. Dia tersenyum seraya memikirkan cara untuk melihat keadaan Alsa.
"Al ada Ninda tuh," bisik Icha sengaja untuk membuat Alsa terbangun.
Dan benar saja. Alsa langsung mengangkat kepalanya. Melihat ke arah pintu dan sekeliling kelas. Merasa sudah dibohongi oleh Icha Alsa mendengus kesal.
"Lo bohongi gue?" tanya Alsa dengan nada kesal.
Bukan jawaban dari kedua sahabat Alsa, tetapi malah pelototan mata mereka melihat mata Alsa yang terlihat sangat hitam. Kantung mata Alsa terlihat sangat jelas.
"Lo! kenapa bisa mata lo panda gitu?" tanya Icha penasaran dan juga khawatir.
Alsa mengatupkan bibirnya. Dia tidak akan menjawab apa yang ditanyakan oleh Icha. Tidak akan lucu jika Alsa semalaman terjaga hanya karena takut Gerald tiba-tiba menyerangnya disaat sedang tidur.
"Alsa!" panggil Kia setengah berteriak.
"Iya-iya bawel! gue tadi malam nonton drakor," jawab Alsa berbohong.
Alsa terpaksa mengatakan jika dirinya menonton drakor. Karena memang saat ini tidak ada alasan lain yang lebih tepat.
Icha dan Kia salig pandang. Lalu tertawa secara bersamaan. Tertawa mengejek karena akhirnya seorang Alsa mau juga melihat film kesukaan mereka. Film-film yang diproduksi oleh negara tetangga sana.
Gue antisipasi dari ketos alay bege! puas kalian pada ngetawain gue sekarang? Batin Alsa melihat kedua sahabatnya masih saja tertawa mengejek.
Berbeda dengan Alsa yang sekarang begitu mengantuk gara-gara semalaman terus berjaga-jaga. Gerald justru senyam-senyum sendiri mengingat tadi malam Alsa yang tetap saja memaksakan terbuka matanya.
"Rald! woy!" seru Abim.
Mereka kini sedang berada di ruang osis. Ada yang harus mereka selesaikan. Gerald menagap Abim seraya mengangkat dagunya. Seperti bertanya 'apa'.
"Lo tadi senyam-seny-" kalimat Abim terhenti.
"Jangan nething lo," jawab Gerald asal.
Dan jelas saja dia tidak mau Abim melanjutkan kata-katanya yang nantinya akan membuatnya malu. Gerald sudah lebih dulu mencegahnya dan kembali bersikap datar.
Abim menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Menurutnya Gerald pagi ini sangatlah aneh. Dari awal berangkat sampai sekarang terus bertingkah aneh. Sebentar senyum sendiri dan sebentar marah atau bahkan mengelak dari tuduhan Abim.
Tidak lama Ninda datang. Seperti biasa dia akan bersikap begitu manis di depan Gerald. Jelas saja apa yang Ninda lakukan untuk membuat Gerald terkesan akan dirinya.
"Pagi semua, sorry gue telat," sapa Ninda dengan senyum manisnya.
Semua anak mengangguk. Tetapi ada salah satu anggota osis yang bernama Hani yang sedikit kesal dengan tingkah Ninda.
"Lo telat kali ini nggak masalah, tapi jangan bikin ribut lagi sama si Alsa. kita sebagai osis harus memberi contoh yang baik Nind," tegur Hani seketika membuat Ninda melotot.
Emosi Ninda mendidih. Dia mengepalkan tangannya kuat untuk menahan emosinya. Bisa-bisanya Hani malah menyalahkan dirinya atas pertengkaran Alsa dan dirinya. Harusnya Alsalah yang disalahkan. Semua orang juga tahu jika Alsa si pembuat onar.
"Gue nggak mungkin ribut kalau nggak dipancing sama tuh cewek, lo tahu sendiri kan gimana cewek pembuat onar itu?" jawab Ninda seakan keributan di antara mereka ialah salah Alsa seorang.
Gerald merasa kupingnya panas karena Ninda terus-terusan menyebutkan Alsa dengan panggilang cewek pembuat onar. Mau bagaimanapun Alsa sekarang tanggung jawabnya. Tetapi di depan teman-temannya dia tidak ada hak atas Alsa.
Gerald berdiri dari kursinya. Semua tatapan mereka beralih ke Gerald yang akan pergi keluar.
"Rald mau kemana?" tanya Abim.
"Mau ke kelas. Udah selesaikan?" jawab Gerald membuat Abim mengangguk dan ikut berdiri dari duduknya.
Berbeda dengan Ninda yang tampak kesal karena Gerald buru-buru pergi. Padahal dia baru saja datang.
Dengan satu tangannya dia masukan ke dalam saku. Gerald berjalan santai menuju kelas. Dari kejauhan terlihat Anaya yang sedang menatap Gerald. Tatapan Anaya saat ini sangat berbeda.
Gerald terus melaju bersama dengan Abim di sebelahnya. Sampai akhirnya jarak di antara Gerald dan Naya semakin dekat dengan langkah kaki Gerald yang terus maju.
"Rald," panggil Anaya.
Gerald berhenti. Tepat di depan Naya. Hanya ada beberapa langkah saja jarak mereka saat ini. Abim yang mengerti langsung pamit untuk ke kelas terlebih dahulu.
"Gue masuk dulu bro!" ucap Abim seraya menepuk pundak Gerald.
Naya menghela napasnya dalam. Gerald terlihat tidak seperti biasanya. Ada perasaan yang aneh pada diri Naya. Semacam perasaan untuk menjaga jarak dengan Gerald. Tetapi Naya tidak paham kenapa bisa dirinya berperasaan seperti itu.
"Boleh kita bicara sebentar?" tanya Naya pelan.
Gerald mengangguk. Lalu dia melangkah menuju ke belakang sekolah. Diikuti oleh Naya dari belakangnya.
"Mau ngomong apa?" tanya Gerald datar.
Pandangan Gerald tetap lurus ke depan. Tidak menatap Naya sama sekali. Entah kenapa menyadari jika setatus Gerald saat ini sudah menikah. Gerald tidak tega dan juga tidak mau terus membuat Naya berharap lebih dengannya. Meskipun tempo hari Naya sudah mengatakan sendiri jika dirinya akan menganggapn Gerald sebagai sahabatnya. Tidak berharap lebih lagi.Tetapi Gerald tidak cukup yakin dengan perkataan Naya itu.
Naya meremas roknya. Gerald benar-benar berubah. Dia harus berusaha untuk mendapat kepercayaan lagi dari Gerald. Dan membuat mereka dekat lagi seperti dulu.
"Lo kenapa kemarin tidak masuk?" tanya Naya ragu.
Jujur saja pertanyaan Naya ini pasti terdengar sangat receh. Tetapi dia memang tidak ada alasan lain untuk bisa dekat dengan Gerald saat ini. Naya juga penasaran kenapa Gerald sampai tidak masuk dan tanpa kabar.
"Gue kemarin ke rumah lo-," lanjut Naya terjeda.
Kali ini membuat Gerald menatap ke arah Naya dengan tatapan yang masih datar. Naya tersenyum, dengan dirinya mengatakan ke rumah Gerald. Akhirnya Gerald mau menatapnya. Meskipun wajah tampan Gerald tidak berekspresi sama sekali.
"Tapi nggak ada orang, jadi.....gue balik lagi," jelas Naya membuat Gerald menghela napas lega.
"Lo kemana Rald kemarin? apa sama Tanten Nimas dan Om?" tanya Naya lagi.
"Gue ada urusan Nay, apa sudah bicaranya? gue ke kelas dulu." Gerald melangkah dan pergi dari tempat itu. Meninggalkan Naya yang masih berdiri di tempatnya. Menahan sesak di dadanya dengan perlakuan Gerald yang begitu cuek dengannya saat ini.
Dengan tersenyum kecut Naya mencoba memukul pelan dadanya. Naya harus bisa mendapatkan kepercayaan Gerald lagi. Kalau bisa Naya akan berbuat sesuatu yang membuat Gerald kembali seperti dulu.
"Gue terima perlakuan lo sekarang Rald, tapi jangan salahin gue kalau gue mulai egois, gue akan mendapatkan lo entah dengan cara apapun itu," gumam Naya seraya menyeka air matanya dengan kasar.
Pelajaran sudah dimulai sedari tadi. Asla yang mendapat hukuman untuk berdiri di lapangan karena terus saja tidur di jam pelajaran kini sedang mengeluh.
"Ya elah tahu gini gue bolos aja," gumam Alsa seraya hormat di depan tiang bendera.
Alsa menendang-nendang angin yang berada di depannya. Rasanya masih sangat ngantuk sekali, Alsa ingin tidur saat ini.
Tiba-tiba muncul ide berlian dari otaknya. Alsa memang tidak pusing. Tetapi jika pura-pura pingsan agar dia bisa tidur di UKS tidak akan menjadi masalah bukan?
"Mana sih? nggak ada yang lewat apa buat bantuin ngangkay gue?" gumam Alsa lagi seraya melirik kanan dan kiri.
Tidak akan lucu jika Alsa terjatuh karena pura-pura pingsan tetapi tidak ada satupun yang menolong. Jelas saja karena sekarang masih di jam pelajaran. Semua siswa/i sibuk dengan pelajaran di kelas.
Senyumnya terukir ketika melihat dua orang cowok sedang berjalan. Meskipun tidak terlihat jelas, tetapi ini saatnya rencana Alsa dilakukan.
Bruk
Tubuh Alsa terjatuh. Cukup sakit karena itu hanya pura-pura saja. Alsa masih sadar sepenuhnya.
Tidak lama terdengar suara orang lari yang semakin dekat ke arahnya. Alsa yakin jika mereka menuju ke lapanga dan akan menolongnya.
Tetapi tubuh Alsa terasa belu ketika mendengar salah satu dari mereka menyebutkan nama cowok yang sangat dia benci saat ini. Cowok itu juga yang semalaman sudah membuat Alsa terus terjaga.
Mamp*s! misi yang sangat kacau Batin Alsa kesal dengan nasibnya saat ini.
Jangan lupa tinggalkan jejak guys, nanti kalau nggak sibuk aku double up buat ganti yang kemarin 🤗
Sebenarnya kasian si Naya tapi karena kenekatannya dan jadi cewek yg Lemah,Aku gak suka..