Hanin, gadis yatim piatu tak berpendidikan tiba-tiba di jodohkan dengan seorang Pria mapan. Awal nya semua mengira calon Hanin adalah Pria miskin. Namun siapa sangka, mereka adalah orang kaya.
Hanin begitu di sayang oleh mertua dan juga ipar nya.
Tidak ada siapa pun yang boleh menyakiti Hanin. Tanpa mereka sadari, Hanin menyimpan rahasia di masa lalu nya.
Yang penasaran, cus langsung meluncur. Baca nya jangan di loncat ya. Nanti Author ya nggak semangat nulis.
Selamat membaca, ☺️☺️☺️☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Semua keluarga lumayan terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Hanin. Tapi Hanin, ia biasa saja. Hanin tetap melahap sarapan pagi itu dengan baik tanpa melihat ke sana dan kemari.
Sedangkan yang lain, ada yang sudah tidak selera dengan sarapan yang ada di hadapan mereka saat ini.
Bu Ambar hanya tersenyum dalam hati. Selama ini, ia bahkan tidak berani berbicara jika keluarga sudah ngumpul.
Apalagi saat ini, yang ngumpul adalah keluarga besar suami nya yang jauh lebih kaya dari diri nya.
Tapi Hanin, ia membungkam mulut semua orang di pertemuan awal mereka.
"Alhamdulillah." Ucap Hanin sambil membaca doa selesai makan.
Dan kemudian, ia pun merapikan alat makan milik suami nya, agar tidak mengganggu pemandangan di depan mata.
"Terima kasih ya, Hanin."
"Iya Bang Abi. Alhamdulillah kita masih bisa menikmati sarapan pagi ini. Allah masih sayang kita."
"Maksud nya gimana? Kalau kami nggak menikmati makanan, Allah nggak sayang kami, gitu?" Tanya salah satu sepupu perempuan nya Aslan.
"Ya Hanin mana tahu. Semua itu hanya Allah saja yang tahu. Hanin cuma hamba."
"Ah, banyak bacot kau!"
"Bekicot? Kakak suka makan bekicot? Kalau bekicot banyak di tempat Hanin. Biasa nya jadi makanan ternak. Kalau Hanin sih nggak suka. Geli lihat lendir nya."
"Abi! Apaan sih istri mu ini. Kok nggak nyambung gini kalau di ajak bicara. Kamu pungut dimana gadis kampung kayak gini? Pasti nggak jelas deh asal-usul dan pendidikan nya."
"Kak Maya. Yang sopan kalau bicara. Kenapa tiba-tiba jadi bahas pendidikan dan asal usul istri nya Abi? Bukan nya kalian yang lebih dulu nyerang dia?" Ucap Abi tidak terima jika Hanin di hina.
"Ya harus nya dia diam aja dong. Nggak usah balas."
"Kenapa harus gitu? Kenapa Hanin harus diam aja kalau kakak dan yang lain nya menghina dia?"
"Sudah! Diam semua nya. Jangan ada yang bertengkar lagi. Uhuk. Uhuk."
Nenek mereka yang tadi duduk dan diam, tiba-tiba bicara dan terbatuk. Seperti nya nenek tua itu kesulitan bernafas.
Hanin yang melihat hal itu, langsung bangun dari duduk nya dan mencoba untuk membantu si nenek cantik.
Sedangkan yang lain nya hanya sibuk memegang ponsel dan mencoba menghubungi dokter keluarga.
"Nek, nenek masih bisa dengar Hanin?" Ucap Hanin mencoba berkomunikasi dengan nenek dan Nenek hanya mengangguk.
"Eh Hanin, kamu ini gimana sih? Udah tahu nenek udah sekarat, masih kamu ajak bicara."
"Diam! Suara mu berisik!" Hanin menyuruh wanita itu diam dan juga yang lainnya.
Hanin pun memeriksa seluruh tubuh sang nenek dan mengendong nya ke sudut ruangan.
"Hey, mau kamu bawa ke mana nenek kami."
Hanin tidak menjawab. Ia hanya berkonsentrasi pada si nenek yang mulai kesulitan bernafas.
Apalagi wajah nya sudah mulai pucat walaupun beliau menutupi nya dengan riasan yang tebal.
Hanin pun mendudukkan nenek itu di sebuah sofa. Untung saja ruangan itu sudah di pesan oleh keluarga mereka. Jadi, tidak akan ada orang lain yang masuk.
Crak....
Hanin merobek pakaian nenek yang membuat nenek itu kesulitan bernafas. Pakaian yang dikenakan benar-benar tidak tahu bagaimana cara membuka nya.
Jadi, Hanin hanya cari aman dan cepat. Supaya nyawa si nenek bisa di selamatkan.
"Haaaaa,,, pakaian ku.."
"Alhamdulillah,, akhirnya nenek bisa bicara dan bernafas lagi. Nek, besok-besok kalau pake baju, harus yang longgar. Supaya tidak menjepit da-da dan membuat nenek kesulitan bernafas."
"Ah, diam kamu. Lihat ini baju mahal ku. Harga nya ratusan juta."
"Jadi, nenek mau ma-ti aja daripada baju ini Hanin rusak?" Ucap Hanin saat itu.
"Kamu.. Berani sekali kamu berkata seperti itu pada nenek kami."
"Ya jadi harus gimana lagi? Kalau baju itu nggak di buka, nenek akan ma-ti."
"Kami lagi menghubungi dokter. Pasti sebentar lagi dokter akan sampai." sepupu nya Abi masih tidak mau kalah berdebat dengan Hanin.
"Mana dokter nya? Udah beberapa menit, dokter belum sampai. Udah mati duluan kalau kita menunggu dokter. Apalagi nenek tadi sarapan nya nggak sehat. Asam lambung pasti langsung naik."
"Jangan sok tahu kamu Hanin. Aku nggak mau tahu, bayar baju ku yang sudah kamu rusak ini." Ucap Nenek yang menolak tua itu.
"Iya. Nanti Hanin ganti baju nya. Nenek tenang aja. Nggak boleh marah-marah. Nanti sakit lagi kayak tadi. Nenek mau mati?"
"Hah! Enggak. Nenek masih belum mau mati. Masih banyak hal yang belum nenek lakukan. Kamu jangan bicara yang bukan-bukan, Hanin."
"Ma, harus nya Mama berterima kasih pada Hanin. Jika tidak ada Hanin, mungkin nyawa Mama tidak akan tertolong. Lihat lah anak-anak Mama dan cucu Mama yang lain, mereka hanya sibuk dengan ponsel mereka. Sedangkan Hanin, ia langsung menolong Mama saat itu juga. "
Bu Ambar memberi pengertian pada mertua nya itu. Supaya tidak menyalahkan Hanin lagi.
Bagaimana tidak sesak nafas. Baju yang di pakai nenek cantik berukuran mini. Sedangkan nenek itu sudah banyak lemak di perut nya.
Supaya bisa memakai pakaian seksi itu, si nenek rela memakai korset kecil. Dan hal itu lah yang memicu sesak nafas.
Apalagi tadi, sarapan nya pake sambal yang sangat pedas. Trus minum nya jus jeruk. Asam lambung langsung naik.
"Iya Nek. Hari ini, Hanin lah yang jadi penyelamat nenek. Harus nya nenek ngasih Hanin hadiah. Bukan nya malah memarahinya." Ucap Abi yang juga membela Hanin istrinya.
"Ah, cuma gitu doang. Aku juga bisa." Lagi, sepupu nya Abi nyeletuk.
"Kalau memang kamu bisa, kenapa tadi kamu nggak nolongin nenek? Itu tanda nya, kamu nggak sayang nenek. Kamu cuma sayang ponsel mu itu."
Kali ini, entah datang dari mana keberanian yang ada di dalam diri Abian. Selama ini, ia tidak pernah menanggapi perkataan saudara nya yang lain.
Entah karena Hanin yang sudah membuka jalan itu. Sehingga Abian menjadi pemberani seperti saat ini.
" Nek, minum air dulu ya. Pasti mulut nenek pahit kan."
Hanin datang membawa air putih hangat yang di campur madu. Ternyata, dia sempat menghilang sebentar dan menyiapkan semua itu.
Dan kebetulan juga, di atas meja mereka ada madu yang di letakkan di sana. Ya namanya juga sarapan nya orang kaya. Semua nya harus lengkap.
"Tuh, lihat nek. Apa ada di antara cucu dan anak nenek yang ingat memberi nenek minum?" Abi terus memprovokasi keadaan.
"Iya, nenek tahu. Sudah, jangan banyak bicara lagi. Nenek pusing dengar suara kalian bertengkar."
"Permisi. Maaf saya terlambat. Tadi sedikit macet. Maklum, masih pagi. Banyak anak-anak sekolah dan pekerja kantor." Ucap sang dokter yang tiba di sana.
Beliau pun langsung memeriksa nenek cantik. Beliau pun selesai memeriksa dengan cepat.
"Bagaimana dok? Apa nenek kami baik-baik saja?"
"Alhamdulillah, nenek sudah baik-baik saja. Tidak ada hal aneh seperti nya."
"Ya jelas baik. Tadi, menantu saya sempat menolong beliau. Jika terlambat sedikit saja, maka mertua saya akan mati, dok."
"Ambar!"
"Iya, Ma."
"Jadi, apa yang terjadi sebelum saya tiba di sini?"
Bu Ambar pun menceritakan apa yang telah terjadi pada Mama mertua nya. Dokter itu hanya mendengarkan saja apa yang di katakan oleh Bu Ambar.
"Jadi, yang mana orang nya?" Tanya sang dokter.
"Ini istri saya dokter. Namanya Hanin."
"Perkenalkan, nama saya Hanin, Pak Dokter."
"Hanin? Hanan dan Indah. Wajah mu memang tidak bisa bohong. Aku tidak salah lihat, bukan?"
"Bagaimana pak dokter tahu tentang nama almarhum orang tua Hanin?"
"Jadi, itu benar kau nak? Apa kamu berasal dari desa suka ramai?"
"Iya. Hanin dari sana. Selama ini tinggal sama Tante."
"Kamu tidak ingat Om? Ini Om Rama. Sahabat Ayah kamu Hanan."
Entah apa yang terjadi. Dokter Rama langsung mengeluarkan ponsel nya. Ia perlihatkan foto mereka yang sedang bersama.
Ada Hanin kecil juga di sana. Tersenyum bahagia.
"Ini foto terakhir kita. Paman mengira kamu juga meninggal dalam kecelakaan itu. Jadi, Hanin masih hidup."
Kepala Hanin langsung terasa begitu sakit. Ia tiba-tiba pusing dan langsung pingsan. Semua begitu cepat.
Kehadiran dokter, dan wajah Hanin yang begitu mirip dengan kedua orang tua nya.
Apakah masa lalu Hanin mulai terungkap?