Widuri memilih kabur dari rumah, pergi jauh dari keluarga kakeknya yang tiba tiba menjodohkannya dengan sesosok pria yang bahkan tidak dia kenal.
Akibat perbuatannya itu sang kakek murka, tidak hanya menarik uang sakunya yang fantastis, sang kakek juga memblokir kartu kredit, mobil bahkan kartu kartu sakti penunjang hidup dan modal foya foya yang selama ini Widuri nikmati.
Akankah Widuri menyerah ataukah bersikeras pada pendiriannya yang justru membuatnya semakin terjerumus masalah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaa_Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.21
"Ini tidak seperti yang kau bayangkan!" tukas Marcel, dengan cepat ia memposisikan tubuhnya dengan benar. "Tutup pintunya Ferdy!" tukasnya lagi melirik tajam gadis yang masih terperangah diambang pintu mobil.
"Maafkan aku Widuri," Ferdy menarik handle pintu, mendorong tubuh Widuri hingga gadis terhuyung ke belakang. "Maaf ... Maaf, aku tidak sengaja." katanya lagi berulang-ulang seraya membenahi kemejanya.
Widuri mengerjap-ngerjapkan kedua bola mata lentik miliknya melihat situasi didepannya, setelah melihat sepasang kekasih di cafe tadi kini dia juga melihat Marcel. Dan tak dapat di pungkiri jika fikirannya kacau saat ini.
"Sialan, aku menghindari pernikahan dengan seorang GA Y dan malah ... Astaga, bagaimana ini!" Bibir mungil komat kamit.
Dia ingin meminta bantuan Marcel terkait persoalannya, tapi apa yang baru saja dia lihat membuat rencananya berantakan.
"Ada apa lagi?"
Marcel tiba-tiba keluar dari mobil, menghampiri Widuri yang masih tertegun dalam fikirannya.
"Bodoh. Jangan pernah berfikir hal yang tidak-tidak! Aku bukan seperti itu...!" terangnya, seolah sangat perlu menjelaskan situasi.
"Kalau pun iya juga tidak apa, aku hanya kaget dan tidak menyangka," jawab Widuri.
Marcel mendengus kasar, lalu menoyor kepala Widuri yang menatapnya dengan aneh. "Hentikan fikiranmu. Aku ini normal... Bahkan sangat normal, kalau tidak untuk apa aku---,"
Ucapannya terjeda sampai situ saja setelah menyadari kalau tatapan Widuri semakin aneh, gadis itu menilik tubuh Marcel dari atas sampai bawah lalu berakhir pada wajah tampannya.
"Kenapa para pria menyia-nyiakan anugerah yang Tuhan beri. Padahal Tuhan itu menciptakan banyak wanita cantik ke dunia ini."
Marcel mendorong tubuh kecil milik Widuri hingga membentur mobil seraya membekap mulutnya kasar. "Tutup mulutmu. Sudah aku bilang kalau aku ini normal! Apa perlu aku buktikan. Hm?"
Ferdy yang telah selesai memakai kembali kemeja serta jas miliknya terperangah dibuatnya, dia tidak bisa keluar dari mobil karena pintu terhalang dua orang yang bersitegang.
"Apa perlu aku lakukan disini?" kata Marcel lagi dengan tatapan tajamnya, tanganya yang membekapan ia lepas lalu dengan kasar ia menyambar bibir Widuri.
Widuri yang tersentak langsung mendorong Marcel, tangannya mengudara ringan dengan hati yang dongkol.
Plak!
Bunyi tamparan terdengar keras terdengar, andai saja bisa direkam akan menjadi bukti kuat dan bisa melaporkannya sebagai pelecehan.
"Berani sekali kau. Kau fikir cara seperti itu bisa membuktikan kalau kau ini benar-benar normal?" sentak Widuri.
Marcel terpaku dengan tamparan yang mengagetkannya, begitu juga dengan Ferdy yang semakin terperangah dibuatnya. Tidak ada yang pernah melakukan hal seperti itu pada atasannya selama ini, bahkan wanita-wanita yang berusaha mendekatinya akan langsung menciut hanya karena tatapannya serta sikap dinginnya. Tapi gadis di depannya itu benar-benar berani.
"Lalu apa. Apa kau ingin ku tiduri agar tahu milikku normal atau tidak? Lantas seperti yang kau bilang, untuk apa memakai lubang yang salah kalau Tuhan sudah memberikan lubang yang benar?" tukas Marcel dingin, tajam dan sarkas, tak sedikit terpengaruh pada tamparan yang baru saja mendarat di pipi kirinya justru malah semakin membuatnya marah.
Ucapannya membuat Widuri semakin berang, tak hanya perbuatannya yang melecehkan tapi juga perkataanya.
Telunjuk Widuri menunjuk ke arahnya dengan emosi yang meningkat tajam. "Kau!"
"Apa. Bukankah kau ingin bukti?"
Ferdy yang berniat melerai keluar dari pintu sebelahnya, ia berlari kecil dan berdiri ditengah-tengah mereka.
"Sudahlah, lebih baik masalah ini kita selesaikan di tempat lain. Semua orang menatap kita sekarang,"
Tanpa mereka sadari sejak tadi orang-orang yang tengah melewati area itu memperhatikan, bahkan tak banyak yang mengarahkan ponsel guna mengambil video dan juga foto.
Ketenarannya mungkin dibawah rata-rata, tidak ada yang mengenal dia pula di kota ini, tapi seorang Marcel tidak akan mengambil resiko yang berat untuk masa depannya. Begitu juga dengan Widuri yang terperangah.
"Matilah aku! Masa iya gara-gara beginian viral nanti,"
Marcel jelas mendengar gumaman kecil gadis pemberani itu, dia melirik tajam ke arah orang dengan ponsel teracung. Tak lama pria itu menarik paksa tangan Widuri dan mendorongnya kasar ke dalam mobil,
"Kalau kau ingin selamat masuk dan jangan bicara lagi!" katanya saat tubuh Widuri ia jejalkan ke dalam mobil. "Kau urus mereka Fer!" katanya lagi sebelum akhirnya ia ikut masuk.
Marcel melajukan mobil secepat kilat, meninggalkan Ferdy yang menyelesaikan masalah sendirian di tempat itu. Widuri yang duduk dikursi sebelah hanya bisa diam menggerutu.
"Makanya jadi orang jangan bersikap seenaknya! Bagaimana kalau mereka punya video saat kau menciumku paksa tadi!"
"Itu karena kau yang memancingku untuk melakukannya!"
Widuri menolehkan kepala ke arahnya. "Lho... Padahal aku tidak minta bukti! Kenapa kau ingin sekali membuktikan diri? Lagi pula kalau pun benar kau seperti itu bukan urusanku!"
Marcel terdiam, giginya bergemeretak pelan hingga membuat garis rahangnya terlihat jelas. Benar apa yang dikatakan Widuri, untuk apa dia membuktikan dirinya yang bahkan Widuri tidak peduli akan hal itu. Kenapa dia justru yang peduli dan tidak ingin Widuri memiliki fikirannya.
"Kenapa diam. Yang aku katakan benar kan?"
"Lupakan saja, aku tidak mau membahasnya! Lagipula aku tidak peduli fikiranmu!" Marcel ingin menyangkal, malah jadinya serba salah. "Yang pasti aku normal, aku menyukai wanita asal kau tahu!"
"Ya sudah kalau tidak,"
Setitik garis melengkung terbit tipis dibibir Widuri saat mendengarnya, itu artinya ia memiliki kesempatan meminta bantuan.
"Kalau begitu....!"
"Jadi apa---,"
Keduanya bicara secara bersamaan, lalu saling menatap satu sama lain.
"Kau pasti akan meminta maaf karena telah menamparku tadi!" kata Marcel cepat, ia tidak kuat berlama-lama menatap Widuri.
"Ish...! Aku ingin meminta bantuanmu lagi!"
Widuri memejamkan kedua matanya seraya menggigit kecil bibir mungilnya, entah kenapa dirinya merasa tak tahu diri setelah menampar Marcel tadi dan kini malah meminta bantuan.
"Lagi. Bukankah hutangmu sudah besar dan karenamu aku hampir kena masalah!"
"Aku sangat butuh bantuanmu, tolonglah ...ini soal masa depanku!" Widuri mengiba, bahkan memohon dengan kedua tangan yang rekatkan didepan dada.
"Hanya kau harapanku satu-satunya!"
Marcel diam, dia hanya melirik Widuri sekilas dan menduga sesuatu terjadi perihal pernikahannya yang gagal.
"Tolong nikahi aku Marcel. Please!"
Marcel menginjak pedal rem dengan kuat, lagi-lagi gadis itu membicarakan hal aneh. Fikirannya melayang ke awal pertemuan mereka dimana Widuri juga mengatakan hal yang sama.
"Kau benar-benar gila!"
"Aku tidak gila, tapi kalau kau tidak mau melakukannya, aku bisa benar-benar gila!" jawabnya lantang, dia tidak punya pilihan lain walaupun harus mempermalukan dirinya sendiri.
"Aku tidak mau dan aku tidak peduli. Katakan dimana rumahmu dan aku akan mengantarmu pulang, aku tidak ingin berurusan denganmu lagi! Apalagi menikahimu."
"Ayolah Marcel, sekali saja tolong aku lagi!"
Marcel menggelengkan kepalanya, "Sudah lebih dari cukup aku membantumu! Tidak kali ini,"
"Tapi kau bilang kau normal bukan?"
"Tentu saja Widuri. Dan itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan masalahmu!" suara Marcel menggelegar, entah kenapa dengan fikiran gadis di sampingnya.
"Kau fikir pernikahan itu main-main?" katanya lagi dengan kembali melajukan kendaraanya.
"Saham... Bagaimana dengan saham sebagai bayarannya!" kata Widuri tanpa berfikir panjang.
Marcel berdecak tanda semakin kesal, harga dirinya hanya dihargai sebuah saham. "Saham kau bilang?"
Widuri mengangguk, tidak punya pilihan lain selain menerima tantangan Reno dengan mengorbankan saham yang dimiliki Reno sebagai taruhannya.
"Aku akan berikan saham kalau kau mau membantuku dengan cara menikahiku!"
cus lah update k. yg banyak