Nona kedua Li Yue An dari keluarga pejabat merusak nama baiknya, Kehormatannya membuat semua orang membenci bahkan mengucilkannya. Namun siapa Sangka siasat jahatnya membuat dirinya menjadi seorang Permaisuri. Setiap langkah yang ia ambil akan membuatnya mengorbankan semua orang yang peduli dengannya.
Di tahun ke sepuluh setelah Li Yue An menjadi seorang Permaisuri. Dia di jatuhi hukuman mati oleh Kaisar yang merupakan suaminya karena berkolusi dengan pemberontak.
Semua kebetulan seperti sebuah mimpi semata. Dia justru terbangun kembali saat usianya tujuh belas tahun. Dimana dirinya masih di perlakukan tidak adil oleh keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Garis keturunan Yun
"Yue er, saat ini kabar di ibu kota sudah terus menjalar tanpa bisa di putus lagi. Apa yang akan kamu lakukan?" meraih tangan lembut gadis dengan tatapan tenang meski rumor buruk terus menghantui dirinya. "Sikap Nyonya Li yang semakin dingin juga karena semua rumor yang beredar. Anak ku, kamu sudah di rugikan."
"Ibu selir, semua itu tidak ada hubungannya denganku. Aku juga tidak akan membuat klasifikasi untuk hal yang tidak aku lakukan. Setelah sekian waktu semua pasti akan menghilang dengan sendirinya," Li Yue An menggapai tanpa rasa khawatir.
Selir Shen menghela nafas lega. "Jika itu yang kamu pikirkan. Tentu aku juga ikut tenang. Oh iya, dimana orangtua angkat mu? Aku harus menyapa sebelum kembali," bangkit dari tempat duduknya. Dia menata kembali gaun yang ia kenakan.
"Ibu selir, aku akan menunjukkan jalan."
Meraka berjalan menuju ke dalam kamar utama yang selalu di gunakan Li Yue An. Di dalam kamar, wanita tua Ji bangkit dari tempat duduknya. Suaminya sudah tidur terlebih dulu karena rasa lelah akibat perjalanan panjang. Wanita tua itu mendekat dengan senyuman hangatnya.
Selir Shen mendekat dan langsung memegang kedua tangan renta wanita di depannya. "Nyonya. Aku selir Shen, juga ibu dari Yue er."
Wanita tua Ji terlihat senang mendapatkan kehangatan dari seorang wanita cantik di depannya. "Panggil saja aku Bibi Ji. Kamu sangat cantik," mengelus lembut tangan halus milik selir Shen.
"Bibi Ji, aku akan kembali ke halaman kediaman ku. Besok kita mengobrol bersama," Selir Shen menatap lembut.
"Tentu, tentu. Kamu bisa datang kapan saja," ujar wanita tua Ji bersemangat. "Pak tua sudah tidur. Aku akan membangunkannya," saat dia ingin melangkah mendekati suaminya. Lengannya di tahan selir Shen.
"Bibi Ji. Paman pasti juga sudah lelah. Besok aku akan datang untuk menyapa lagi. Sekarang kalian bisa istirahat lebih dulu. Aku akan kembali dulu."
"Ibu, aku akan mengantarkan Ibu selir keluar."
Li Yue An dan Selir Shen keluar dari kamar utama.
"Fei er, Sui er, kita kembali. Besok kalian bisa datang untuk bermain bersama kakak ketiga lagi," Selir Shen memanggil dengan suara mendayu lembut.
"Baik," Nona keempat dan Tuan muda kelima pergi mengikuti ibu mereka.
Para pelayan juga sudah selesai merapikan kamar dan pergi mengikuti Selir Shen.
Li Yue An masuk kedalam kamar melihat semua sudah sangat rapi juga bersih. Gadis itu duduk di kursi merenggangkan tubuhnya yang sudah lelah. Adik ketiganya Li Xiao An mendekat ikut duduk bersama. "Kakak kedua. Biar aku saja yang tidur di tempat ini. Kakak bisa tidur di kamar tamu."
Li Yue An tersenyum, "Tidak masalah. Kamu bisa tidur di kamar tamu. Agar bisa lebih dekat dengan ibu dan ayah. Biar aku di sini bersama Cui."
Adik ketiganya tidak bisa membantah lagi.
"Besok kita pergi ke istana Shu An untuk bertemu kakek. Kakek pasti senang melihat kamu datang," ujar Li Yue An menatap lembut. Dia melihat wajah adiknya yang terlihat muram. "Apa kamu tidak nyaman tinggal di sini?"
"Aku hanya merasa kehidupan kakak lebih sulit dari ku. Di sini kakak perempuan harus hidup dengan sangat hati-hati. Aku mendengar percakapan kakak dengan Ibu selir," menatap tidak tega. Sekalipun kakak perempuannya hidup di antara kemewahan. Tapi dia harus selalu mendapatkan ketidakadilan dari Nyonya kediaman yang merupakan ibu tirinya. Sedangkan Li Xiao An meskipun dia hidup dalam kemiskinan. Tapi ibu dan ayah angkatnya sangat mencintainya. Kehangatan keluarga kecil terasa sangat erat.
"Xiao An benar-benar sudah dewasa. Sudah mengerti kesusahan kakaknya," mengelus lembut kepala adiknya.
Pemuda itu menatap ragu.
Pelayan Cui datang membawa keranjang berisi buah apel juga angur. Pisau kecil juga ada di dalamnya. Dia meletakkannya di atas meja. Li Yue An mengambil satu buah apel mengupasnya pelan. "Ada apa? Katakan saja!"
"Kenapa kakak tidak memberitahu ibu selir," menatap kakak perempuannya. "Jika kakak perempuan dan Jenderal Lie Mingyu saling jatuh cinta."
Li Yue An menghentikan gerakan tangannya untuk beberapa saat karena terkejut. Saat dia melanjutkan mengupas buah apel di tangannya. Dia berkata, "Kami tidak memiliki hubungan seperti itu. Dia hanya menjalankan tugasnya dan kakak datang ke perbatasan selatan untuk mencari mu," mengulurkan buah apel yang sudah di kupas kearah adiknya.
"Tapi, bukan itu yang aku lihat. Aku tahu kakak menyukainya," Li Xiao An mengambil buah apel dari tangan kakak perempuannya.
Kresss...
Satu gigitan besar terlihat pada buah apel.
Li Yue An tersenyum tipis. Pandangannya jatuh kebawah pada kedua tangan yang ada di di bawah meja. Saat dia mengangkat wajahnya kembali, "Sudah malam. Kamu juga harus istirahat. Besok kakak ajak kamu berkeliling ibu kota."
"Benarkah?" adik ketiganya telihat girang. "Waktu kecil aku selalu ingin pergi ke ibu kota Ruan. Semua orang selalu menyebutkan ibu kota memiliki banyak keindahan bangunan, tempat-tempat merah, dan makanan enak tiada tandingannya."
Tawa kecil terdengar dari Li Yue An. "Kakak akan mengabulkan semua keinginan mu saat kita keluar besok."
"Baik. Janji," mengulurkan jari kelingkingnya.
Li Yue An juga mengulurkan jari kelingkingnya lalu mengikatnya di jari kelingking adik ketiganya. Tuan muda ketiga Li Xiao An langsung berlari pergi dengan gembira meninggalkan kamar kakak perempuan menuju kamar tamu.
Sekitar pukul sebelas malam Li Yue An baru saja selesai menyela wajahnya setelah di bilas dengan air hangat. Kain handuk di berikan kepada pelayan Cui.
"Nona kedua bisa istirahat sekarang. Saya akan mematikan lilinya," Pergi ke arah setiap ujung ruangan meniup lilin. Saat semua lilin padam pelayan Cui menata tempat tidurnya di ujung lainnya. Dan membaringkan tubuhnya. Dia sangat mudah tertidur dan terbangun saat ada gerakan kecil.
Li Yue An membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ruangan kamar tidak sepenuhnya gelap karena cahaya lentera dari luar masih bisa menjadi penerangan. Selimut tebal sudah menghangatkan tubuhnya. Namun pikirannya masih saja tidak tenang. Tahun baru tinggal tiga bulan lagi. Dia tidak bisa memastikan apakah kakak pertamanya akan mengikuti jejaknya atau tidak. Mengambil bukti kejahatan keluarganya dan membuat keluarga Li menjadi hancur.
Kedatangan adik ketiganya yang merupakan cucu kandung dari Kaisar terdahulu Yun Jin. Pasti akan mengakibatkan gejolak di pemerintahan. Dia tahu Kaisar saat ini sangat bijaksana juga tegas. Tapi Li Yue An tidak sepenuhnya yakin Kaisar Wen Quan akan diam saja saat garis keturunan Yun tidak terputus. Perang dalam kegelapan di pemerintahan akan membuat adik ketiganya berada di dalam bahaya. Kini gadis itu mulai merasa takut dengan keputusannya membawa Li Xiao An kembali ke ibu kota.
Jika tidak ada kendala cerita akan selalu di update setiap hari dengan jam yang tidak menentu. Di pastikan tamat sampai akhir dalam jangka waktu kurang dari satu bulan☺️