Tidak ada manusia yang bisa menebak takdirnya sendiri termasuk Gibela, seorang gadis biasa di takdirkan menjadi pelindung negeri luar yang disebut Dunia Magis. Gibela adalah orang terpilih pemilik anugrah kekuatan Bulan dan Bintang. Pimpinan Gedung Pod (Power of Destiny) dari Negeri Putih atau pemilik anugrah yang bernama Guru Hayeo menunjuknya jadi ketua grup 3F (Five Friend Fod) yang artinya lima sekawan Gedung Pod diantaranya yaitu Gibela, Yeni, Clara, Rayhan, dan Boy. Gibela memiliki keistimewaan dibandingkan pemilik anugrah lainnya, kekuatan yang luar biasa dan kecantikannya membuat banyak pria tertarik padanya termasuk Siyoon dan Raja Kegelapan. Tidak peduli berapa banyak kekuatan jahat yang datang Gibela selalu bisa menghancurkannya meski berkali-kali hampir kehilangan nyawa namun sejarah masa lalu Dunia Magis menyisakan racun dan menyebabkan kekuatannya menghilang. Apa Gibela bisa melawan kekuatan jahat tingkat tinggi itu ? Apakah Gibela bisa hidup dan bahagia bersama keluarg
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gibela26 Siyoon93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Ragu
Semua orang menikmati makan malamnya, sesekali Nijie dan Boy mengatakan lelucon yang membuat suasananya menjadi hangat. Setelah selesai makan semua orang berkumpul di depan api unggun yang dibuat Siyoon dan Rayhan, walaupun udaranya begitu dingin tidak menyurutkan kebersamaan mereka. Semua orang mengenakan jaket tebal untuk menjaga suhu badan mereka tetap hangat.
“Oppa nyanyiakan sebuah lagu !” pinta Yeni.
“Lagu apa ?”
“Apa saja boleh.”
“Baiklah,!” Gino mengambil gitar lalu memberikannya pada Siyoon.
Disaat sedang menikmati alunan musik tiba-tiba ada yang datang mengejutkan mereka.
“Ternyata disini, Aku aku …..” napasnya tidak beraturan (ngos-ngosan).
Ternyata dia adalah Dion, Dion datang tepat didepan mereka sehingga Fohe yang kagetan melocat untungnya Joong duduk disampingnya.
“Senior Dion …” Gibela berjalan mendekat.
“Ehh itu …..” terbata-bata.
“Duduklah …” Rayhan mengambil kursi untuknya.
“Minumlah dulu !” Yeni memberikan secangkir air putih.
Dion langsung meminumnya sampai habis tak tersisa.
“Katakan perlahan ada apa ?”
“Ketua Gi, seseorang datang ke gedung pod.”
“Siapa ?”
“Raja Artha dari Kerajaan Kegelapan Jersvile.”
“Apa ?” teriakan Boy, Clara, dan Yeni.
Seketika membuat member BBS saling menatap satu sama lain, saat tatapan Hae tertuju pada Joong yang menggendong Fohe matanya mulai mengedip beberapa kali.
“Hehe …” Fohepun langsung turun dari pangkuan Joong.
Joong adalah member termuda di BBS tapi dia paling kuat diantara semua member selain itu badannya lebih besar daripada para Hyungnya.
“Sedari tadi aku menghubungi Ketua Gi tapi tidak aktip dan kalianpun tidak ada yang merespon.
Lalu aku pergi ke Vila tapi tidak ada siapapun disana,” jelas Dion yang perlahan tenang.
“Ponselku lowbet !” Gibela mengecek ponselnya begitupun dengan Yeni, Clara, Boy dan Rayhan.
“Ponselku mode senyap,” Rayhan memasukan ponselnya kesaku celana.
“Oh tidak sepertinya kami tidak mendengarnya, maaf senior …” ucap Yeni.
“Senior tau dimana kami ada disini ?” tanya Clara.
“Saat aku berkeliling mencari kalian di area penginapan seseorang datang dan memberitahu kalau kalian ada disini bersama BBS.”
“Siapa ?”
“Aku tidak bertanya siapa namanya setelah mengetahui kalian berada dimana aku langsung bergegas pergi.”
“Untuk apa dia datang ?”
“Dia ingin bertemu dengan Ketua Gi. Dia berkata tidak akan pergi sebelum bertemu.”
“Maksa banget sih,” Clara kesal.
“Kalian tunggu disini !” perintah Gibela.
“Tapi …” Yeni nampak khawatir, Rayhan segera memberikan isyarat untuk percaya pada Gibela.
“Ehh Ketua Gi tunggu !!” Dion menyusul Gibela yang menghilang lebih dulu.
“Dia pasti baik-baik saja,” tambah Boy meyakinkan Yeni.
“Apa yang terjadi dan adik kecil kenapa dia tiba-tiba menghilang ?” tanya Gino.
“Tolong jangan beritahu orang lain tentang ini !”
“Sebenarnya kami bukan manusia biasa seperti kalian, kami diberi kepercayaan untuk menjaga keistimewaan dalam bentuk kekuatan. Kami dilatih oleh Guru Hayeo seorang pemilik Gedung pod dari dunia magic,” tambah Rayhan menjelaskan.
“Kalian lihat (menarik lengan baju) ini adalah tanda kekuatan yang kami miliki,” sambung Boy.
“Jadi yang selama ini kita tebak benar ?” tanya Jimie, semua member BBSpun menganggukkan kepala dengan muka masih tidak percaya.
“Gibela adalah pemilik anugrah terunik dan terkuat,” sela Yeni.
“Diantara kalian ?”
“Di Dunia magic, karena itu banyak yang mengejarnya.”
“Dijadikan istri ?”
“Bukan hanya itu tapi juga untuk di manfaatkan.”
“Dan untuk di bunuh,” sambung Clara santai.
“Apa ?”
“Sebelumnya musuh menyerang gedung pod untuk mengambil alih tapi kekuatan mereka tidak sebanding dengan Gibela sehingga mereka terbunuh ditangannya.”
“Entah kenapa Gibela selalu dipertemukan dengan orang-orang yang tidak baik, seperti Raja Artha itu. Kita gak tau tujuannya apa mendekati Gibela,” tambah Yeni.
“Resiko jadi orang cantik pasti jadi incaran para buaya,” dengan nada dingin Clara mengatakannya.
“Selain itu adik kecil sangat hebat pasti banyak yang ingin menjatuhkannya,” sela Hae.
“Wah ternyata adik kecil kita ini sangat luar biasa,” ucap Fohe.
“Ada cara untuk membantu adik kecil tidak ?” tanya Nijie.
“Jangan khawatir ketua kami bukan orang yang mudah kalah. Raja Kegelapan tidak mungkin menyakitinya,” ujar Rayhan.
“Kenapa kamu begitu yakin ?”
“Jika dia ingin melakukannya pasti sudah dari awal.”
“Benar juga.”
“Kita tunggu saja disini !” Rayhan mengambil secangkir kopi.
“Baiklah kami juga percaya akan kemampuan adik kecil,” Joong bangkit dengan semangat.
Di Gedung Pod
Raja Artha datang ke gedung pod bersama Jendral Patrik dan 20 prajurit tingkat menengah. Raja Kegelapan dan Jendral Patrik menunggu di ruang tamu gedung pod ditemani Guru Hayeo serta Senior Erik dan Dimas. Mereka berbincang-bincang sedikit mengenai kejadian masa lalu, selain itu Guru Hayeo bertanya bagaimana perkembangan kerajaan dibawah pimpinan Hero sebagai Raja Kegelapan yang baru menjabat.
“Luar biasa baru 1 tahun menjadi Raja sudah banyak kemajuan,” puji Guru Hayeo.
“Hal penting apa yang membuat Raja Artha jauh-jauh datang kemari ?” sesampainya Gibela di ruang tamu gedung pod.
“Lama tidak bertemu gadis baik hati atau nona Gibela pemilik anugrah terhebat,” sapa Raja Kegelapan.
“Katakanlah !” pinta Gibela lalu duduk di sofa samping Guru Hayeo.
“Sepertinya kamu sangat sibuk,” tersenyum sambil menuangkan teh untuk Gibela.
“Maaf Guru merepotkanmu …” Gibela tidak menggubrisnya.
“Tidak masalah, dimana Dion ?”
“Oh tadi dia datang bersamaku tapi entah kemana lagi dia pergi,” melihat ke pintu masuk.
“Siapa sangka gadis yang aku temui dihutan belakang itu ternyata murid terbaik di gedung pod.”
“Terima kasih atas pujiannya,” jawab Gibela dingin.
“Masih sama (tersenyum). Kamu menyukainya ?”
“Kalung,” tambahnya melihat gadis yang didepannya menampilkan ekspresi tidak mengerti.
“Oh itu, lumayan …”
“Aku harap kamu bisa memakainya saat acara perayaan nanti.”
“Maksudmu ?”
“Kamu harus datang !!” memberikan undangan berwarna hitam keemasan.
“Kalau gak mau ?”
“Tidak masalah, aku bisa membatalkan acaranya.”
“Apa kamu bercanda ?”
“Aku serius.”
“Baiklah.”
“Tidak sulit bukan. Oh iya Jendral Patrik akan menjemputmu,” hendak pergi meninggalkan ruangan.
“Hemn …”
“Baiklah kalau begitu aku pamit sampai jumpa lagi,” Raja Artha meninggalkan ruangan di ikuti Jendral Patrik dan semua prajurit yang dibawanya.
“Dia sudah gila atau gimana sih ?” gerutu Gibela.
“Tergila-gila Ketua Gi hahaa …” jawab Dion datang, mata tajam Gibela langsung meliriknya.
“Jangan macam-macam Dion kalau kamu gak mau jadi serangan harimau,” ledek Guru Hayeo.
“Permisi Guru, ini dari Raja Kegelapan untuk Ketua Gi,” ucap murid berbaju hitam membawa bingkisan.
“Berikan padaku !” Dion mengambil bingkisannya.
“Baik.”
“Kalau ini gimana ?” datang 2 murid mengenakan baju yang sama membawa peti berisi mas dan berlian.
“Waaaww dia mau melamar Ketua Gi atau apa ?” Dion mengerutkan keningnya.
“Bawa kesini simpan disana !” dengan perintah Guru Hayeo kedua murid itu menyimpannya di samping meja sofa.
“Kalian kembalilah !”
“Baik Guru,” meninggalkan ruang tamu.
“Kamu benar-benar akan pergi ?”
“Entahlah Guru …”
“Kerajaan Kegelapan sangat berbahaya bagi pemilik anugrah.”
“Tapi tidak bagiku,” tegas Gibela.
“Bawalah seseorang bersamamu.”
“Tidak Guru aku pergi sendiri saja, sangat merepotkan jika membawa orang lain.”
“Percuma terus-terusan membujuknya dasar keras kepala, sebaiknya mencari cara lain,” gumam Guru Hayeo.
“Murid kesayangan yang paling merepotkan,” ucap pelan Dion.
“Aku bisa mendengarmu Senior.”
“Hehe …”
“Cuman mengantar undangan rela menunggu lama, setelah bertemu denganmu dia langsung pergi efortnya sungguh luar biasa.”
“Secara tidak langsung Guru mendukungnya ?”
“Bukan begituh Gi tapi dilihat-lihat sepertinya dia pria yang baik,” menggoda Gibela.
“Haist Guru ini sudahlah aku kembali.”
“Kemana ?”
“Mencari pria lain yang lebih baik dari dia.”
“Astaga muridku yang satu ini,” tertawa pelan mendengar ucapan Gibela.
“Guru muridmu yang satu ini sangat sangat unik,” ucap Dion yang melihat Gibela pergi.
Member BBS dan teman-temannya masih berkumpul di depan api unggun. Sambil mengobrol menunggu Gibela mereka membakar jagung dan juga marsmello.
“Malam semakin larut tapi Gibela masih belum kembali, apa perlu kita menyusulnya ?” tanya Yeni.
“Sebentar lagi juga datang,” jawab Rayhan santai.
“Lebih manis jagung atau marsmelo ?” tanya Fohe.
“Marsmelo,” jawab Jimie, Hae dan Joong.
“Jagung,” jawab Gino.
“Kenapa ?”
“Karena marsmelo memang manis,” jawab Joong menjilat bibirnya.
“Marsmelo manis karena gula sedangkan jagung manis alami,” jawab Gino.
“Tetap saja marsmelo yang lebih manis wlee,” Joong menjulurkan lidahnya.
“Jika dibandingkan denganku mana yang lebih manis ?”
“Tentunya adik kecil yang paling manis di dunia ini.”
“Lohh ko …” Joong baru menyadari Gibela yang baru saja datang.
“Gi kamu tidak apa-apa ?” Yeni yang melihatnya langsung berlari mendekat.
“Aku baik-baik saja.”
“Syukurlah,” Yeni bernafas lega.
“Sudah aku katakan kalau ketua kita itu lebih kuat dari yang kita tau,” dengan PD Boy mengatakannya.
“Kapan kamu mengatakannya ?”tanya Clara.
“Tadi.”
“Ehh malah kabur dasar Boy.”
“Raja Kegelapan membuat keributan ?”
“Dia hanya datang berkunjung.”
“Baguslah kalau gak aku pastikan hidupnya tidak akan damai,” sahut Nijie.
“Udah pasti dicincang habis jika terjadi sesuatu dengan adik kecil,” sambung Hae.
“Seharusnya kami juga ikut, lumayan kan buat santapan malam ini,” sahut Jimie yang sedang membakar jagung bersama Siyoon.
“Ihh ngeri.”
“Haahaha …”
“Aku siap jadi pisikopat,” Gino menyeringai.
“Tolong buatkan undangan kematian untuknya,” Fohe ikut-ikutan memperaktikan seperti malaikat maut.
Gibela adalah orang yang paling beruntung, banyak yang sayang padanya meski musuh mengincar nyawanya. Dengan dorongan dan dukungan mereka Gibela menjadi lebih kuat dan terus bertahan demi orang-orang yang dia sayangi. Kekuatannya semakin bertambah saat bersama mereka, dalam hatinya selalu berkata ‘Aku harus menjadi orang yang kuat supaya bisa melindungi mereka,’ meski pemikirannya sering kali menghancurkan kepercayaan dirinya itu.
“Huaah (menguap) waktunya tidur,” mata Boy sudah tidak bisa bertahan.
“Tidur duluan baaaayy….” tambahnya jalan sempoyongan ke tenda. Mereka mendirikan 4 tenda diantaranya 1 tenda di tempati Gibela, Yeni dan Clara; tenda kedua ditempati Boy, Rayhan dan Gino; tenda ketiga ditempati Nijie, Siyoon dan Fohe terakhir tenda ke empat di tempati Jimie, Hae dan Joong.
“Ehhh tunggu !” Gino menyusulnya.
“Mau ke toilet dulu gak ?”
“Ayoo ..” ajak Clara.
“Mau ikut gak Gi ?” tanya Yeni.
“Kalian pergi saja, aku mau mencari udara segar dulu.”
“Baiklah, jangan lama-lama.”
“Sisanya simpan dimana ?” tanya Fohe memegang jagung mentah.
“Masukkan kesini !” jawab Siyoon membawa box penyimpanan makanan berwarna ungu.
“Mau kemana Gi ?” tanya Rayhan.
“Cari angin …” jawab Gibela menoleh.
“Okey, eh bentar sejak kapan angin dicari bukannya disini juga sudah berangin ? ahk sudahlah Gibela mungkin butuh waktu sendiri.”
Sembari berjalan pelan Gibela melihat sekeliling, kini Gibela berada di dekat jurang. Tidak jauh dari tempatnya berdiri ada pohon pinus besar, tanpa berpikir panjang dia meloncat kedahan besar. Batang pohon dengan diameter 20 cm terlihat kuat menahan berat badan Gibela yang 48 Kg itu. Untuk sesaat Gibela memejamkan matanya, suara malam pegunungan terdengar jelas di telingannya dan sinar terang bulanpun ikut menemaninya.
“Apa menyenangkan berada disana ?” terdengar dari bawah pohon suara seseorang.
“Siyoon Oppa …”
“Nee aku Siyoon bukan makluk astral,” candanya.
“Sedang apa disana ?”
“Harusnya aku yang bertanya,” walaupun Siyoon tidak melihat ke atas terlihat jelas senyumannya.
“Jurangnya terlihat curam yah ?” Siyoon dengan sengaja mendekati jurang.
“Jangan melakukan hal bodoh !” Gibela langsung turun mendengar perkataannya.
Karena tergesa-gesa kakinya menginjak dahan kecil sampai patah dan diapun kehilangan keseimbangan. Untungnya Siyoon sigap menangkapnya ‘Hati-hati !’ suara lembut Siyoon tepat di telinganya Gibela. Saat hendak menurunkan Gibela kaki Siyoon menginjak bunga pinus, seketika mereka langsung terjatuh ketanah. Gibela menyadari dirinya jatuh tepat di atas Siyoon dia langsung berdiri tapi kerudungnya mengait di kancing baju Siyoon sehingga membuatnya semakin dekat dengan Siyoon, dedak jantung mereka terdengar nyaring alunan musik romantispun seakan diputar menambah suasana semakin indah anginpun berhembus dan membuat bunga kertas berjatuhan diatas mereka.
“Sorry sorry …” lagi lagi bunga pinus jatuh mengenai badan Gibela dan menyadarkannya.
“Biar aku saja.”
“Ehh …” Gibela kaget melihat Siyoon mencopot kancing baju miliknya lalu menyimpannya di saku celana.
“Terlalu nyaman yah ?” tanya Siyoon.
“Hah ?” Gibela tidak mengerti maksudnya, Siyoon memberikan kode kalau Gibela masih menindih badannya.
“Sorry sorry …” Gibela segera berdiri.
“Kamu tidak apa-apa ?” tambahnya.
“Ahkk sakit sekali ?” memegang lengang kirinya.
“Coba aku lihat !” saat Gibela memeriksa Siyoon tersenyum manis.
“Haist membuatku takut saja,” memukul lengan Siyoon.
“Aku baik-baik saja.”
“Kenapa kamu disini ?”
“Jalan-jalan malam.”
“Hemn masa ? atau jangan-jangan kamu membuntutiku ?”
“Tidak untuk apa aku melakukannya, di tenda membosankan jadi aku memutuskan untuk berkeliling melihat permandangan malam disini terus tanpa disengaja melihat seseorang di atas pohon tadinya aku kira ….”
“Kira apa ?”
“Itu loh ..” tangan Siyoon digerak-gerak menakuti seperti hantu.
“Jadi maksud kamu aku ?” Siyoon langsung memalingkan muka menghindari tatapan Gibela.
“Seandainya boleh sudah aku lempar,” nada kesal Gibela.
“Uuuh takut …” seakan ketakutan lalu Siyoon tertawa lepas, Gibela ngedumel sambil berjalan ke ujung tebing lalu dia duduk di atas hamparan rumput yang hijau.
“Langit malam yang indah,” Siyoon merebahkan tubuhnya tepat disamping Gibela yang sedang duduk.
“Menurutmu ada berapa bintang dilangit ?” tambahnya menatap langit yang dipenuhi bintang.
“Entahlah …” Gibela ikut merebahkan tubuhnya.
“Bintangnya sangat banyak kenapa bulannya cuman satu ?” tambah Gibela menunjuk bulan yang bersinar terang membentuk bulat sempurna.
“Jika bulannya banyak bintang-bintang tidak akan terlihat.”
“Benar juga walaupun bintang jumlahnya banyak tapi ukurannya kecil sedangkan bulan ukurannya besar jika bulan ada banyak mungkin cahaya bintang tidak akan terlihat.”
“Tuh kamu tau, tapi jika bintang tidak ada maka bulan akan kehilangan keindahannya.”
“Seperti ….” sebelum melanjutkan kalimatnya Siyoon memotong.
“Seperti kamu bersinar terang tapi tanpa adanya keluarga dan teman-temanmu sinar itu tidak akan ada artinya. Kamu bukan seperti bulan tapi kamu seperti cahayanya tanpa adanya dirimu mereka hanya akan melihat kegelapan.”
“Cahaya terang tapi saat ini cahaya itu meredup.”
“Maka carilah cara agar membuatnya terang kembali.”
“Kehabisan cara.”
“Kehabisan cara ? tidak ada yang namanya kehabisan cara yang ada itu adalah orang yang menyerah dan orang yang terus berjuang.”
“Tapi aku …..”
“Percayalah pada dirimu sendiri dan yakinkan orang-orang didekatmu. Aku tau sangat tidak mudah bagimu untuk sampai dititik sekarang ini. Jika mau mengeluh katakanlah dan jika lelah istirahatlah tapi jangan menyerah. Kamu sudah berhasil sampai di fase sekarang bukan ? lalu kenapa harus takut lagi.”
“Keberuntunganku sangat besar yah.”
“Kenapa ?” Gibela menjawab Siyoon dengan senyuman.
“Ada bintang jatuh, lihat disana ! Cepat buat permohonan sebelum menghilang !” pinta Siyoon, Gibela memejamkan mata dan menyebutkan keinginannya dalam hati.
“Apa pemintaanmu ?”
“Rahasia.”
“Baiklah, kebanyakan orang percaya jika ada bintang jatuh lalu membuat permohonan keinginannya akan terwujud.”
“Benarkah ? tapi aku tidak terlalu mempercayainya.”
“Tidak percaya,” Siyoon mengangkat alisnya.
“Oh tadi aku hanya ingin membuktikan benar atau tidak.”
“Sulit terlihat baik-baik saja di depan mereka bukan ?”
“Begitulah …”
“Aku juga begitu di depan fans. Menurut fans kesalahan kecil adalah hal wajar sedangkan haters akan menjadikannya masalah besar. Hidupku tidak tenang, dimana dan kapanpun keberadaanku selalu menjadi bahan expost mereka.”
“Ada baiknya jadi dirimu, tidak melakukan apapun tetapi uang terus mengalir.”
“Semua itu berkat Rymi dan kerja keras semua member. Sebelum menjadi seperti sekarang kami harus menelan cacian dan makian orang-orang belum lagi hinaan dan hinaan yang mereka lontarkan. Kami harus tidur ditempat yang sempit juga sumpek, sekujur tubuh kami menjadi sakit saat bangun di pagi hari. Halang rintang terus berdatangan di sela kemajuan band kami seperti penculikan waktu itu, kami hampir saja menyerah lalu kamu datang menyelamatkan kami.”
“Jika aku tidak datang ?”
“Mungkin kami tidak selamat setelah itu akan muncul pengganti BBS.”
“Tidak mungkin ada The Nex BBS.”
“Kenapa ?”
“Walaupun persis tapi tidak akan sama.”
“Sudah jauh lebih baik ?” tanya Siyoon berbalik melihat Gibela.
“Hemn terima kasih,” Gibela menoleh sehingga mata mereka saling tertuju satu sama lain.
“Jika butuh seseorang untuk bercerita cari saja aku jangan diam diri sendirian hal itu tidak akan mengurangi beban pikiranmu,” Gibela menganggukkan kepala dihiasi senyuman tipis. Secara bersamaan mereka menghadap ke langit menikmati keindahan bintang dan bulan.
“Semuanya pasti terlalui,” saat melihatnya ternyata Gibela sudah memejamkan mata (tertidur), Siyoon melepaskan jaket miliknya lalu menyelimutkannya pada Gibela. Gibela yang merasakan sentuhan jaket Siyoon yang digunakan untuk menyelimutinya langsung tersenyum dengan mata terpejam. Semenjak Gibela mendapatkan kekuatan pemilik anugrah tidurnya tidak pernah nyenyak selain itu butuh waktu yang lama untuknya sampai tertidur tapi kali ini dengan mudahnya dia tertidur tepat disamping Siyoon. Tanpa terasa malam semakin larut, Siyoon masih memandang langit-langit malam di temani kerlap kerlip bintang, di sejukkan angin malam dan di terangi sinar bulan tanpa disadari perlahan matanya terpejam. Kini bulan berganti menjadi matahari, perlahan matahari keluar kehangatan cahayanya mulai menyentuh wajah Gibela dan Siyoon.
“Bulannya kenapa berubah menjadi warna jingga, tunggu itu bukan bulan …” melihatnya kembali.
“Eh iya (segera melihat Siyoon) saat tidurpun masih saja tampan, bulu matanya begitu lentik dan panjang,” Gibela hendak menyentuhnya tapi sebelum itu terjadi Siyoon terbangun lalu memegang tangan Gibela.
Untuk beberapa saat mereka saling memandang “Sorry itu …”
“Aaahhhhh…….” terdengar teriakan seseorang.
“Itu suaranya Clara,” Gibela dan Siyoon berlari menuju tempat mereka mendirikan tenda.
Dimalam hari ada seekor kadal memasuki tenda mereka tanpa diketahui Clara dan Yeni. Saat Clara terbangun dan membuka selimut kadalnya berada di kakinya, dia sangat terkejut sampai berteriak.
“Ada apa sih Cla ini masih pagi loh,” Yeni mengosok matanya, tanpa menjawab Clara menunjuk kadal yang sudah terlempar olehnya ke dekat barang-barangnya Gibela.
“Waaaahhhhh,” Yeni terbirit-birit mendekati Clara.
“Ada apa ?” Boy membuka resleting tenda.
“Ituuuu !” menunjuk kadal yang berjalan mendekati kaki Boy.
“Astaga,” karena terkejut Boy terjungkal ke belakang.
“Kenapa ?” tanya Joong. Mendengar teriakan Clara semua member BBS beserta Ray dan Boy langsung bangun untuk mengeceknya. Joong datang menggulung selimut miliknya begitupun dengan Hae, Fohe, dan Jimie sedangkan Nijie dan Gino memegang guling berbeda dengan yang lainnya Rey dan Boy hanya mengenakan jaket.
“Kamu tidak apa-apa ?” Rayhan membantu Boy berdiri.
“Its Okay.”
“Didalam tenda ada kadal berukuran besar …” Rayhan masuk ke tenda untuk menangkapnya.
“Ohh kadal ternyata,” Fohe mengangguk-nganggukan kepala.
“Eh apa ? ko bisa masuk kedalam tenda, sekarang kadalnya dimana ?” loncat keatas meja. Gino dan Nijie langsung menepuk jidat mereka sendiri sedangkan Hae, Joong dan Jimie menggelengkan kepala mereka. Fohe tidak suka dengan serangga seperti toke, cicak, lebah kadal bahkan kupu-kupu.
“Mau digoreng atau di sop ?“ canda Rayhan keluar dari tenda membawa kadal yang ditangkapnya.
“Dibakar aja ….” Jawab Nijie.
“Apa ???”
“Tidak aku hanya bercanda ko,” Nijie duduk di kursi.
“Ehh ko cuma mereka berdua ?” Hae menyipitkan matanya.
“Dimana adik kecil ?” tanya Jimie mengecek kedalam tenda.
“Aku juga tidak melihatnya,” jawab Joong.
“Dia tidak kembali dari semalam,” sahut Yeni keluar tenda bersama Clara.
“Entah dimana dia tidur,” sambung Clara.
“Sebentar lagi juga balik,” ucap Rayhan setelah mencuci tangan.
“Sepertinya adik kecil bersama Siyoon Hyung,” sela Hae.
“Hah ?”
“Benar soalnya Siyoon Hyung juga tidak ada.”
“Coba telpon mereka !” pinta Nijie.
“Nomernya tidak aktip.”
“Apa mungkin terjadi sesuatu pada mereka ?” Fohe terlihat cemas lalu turun dari meja.
“Aku berharap mereka baik-baik saja.”
“Jangan khawatir Gibela pasti baik-baik saja,” sela Rayhan.
“Selama ini belum pernah ada seseorang yang berhasil menyakitinya,” sambung Boy.
“Hal ini bukan pertama kalinya terjadi,” tambah Yeni.
“Gibela tidak mudah untuk dikalahkan,” Clara mengatakannya dengan penuh keyakinan.
“Terima kasih sudah begitu percaya padaku.”
“Giiiiii kamu dari mana aja ?
“Sorry membuat kalian khawatir.”
“Yoon kamu tidak apa-apa ?”
“Hemn aku baik ,” jawab Siyoon.