Nancy tak menyukai kala sang papa menjalin hubungan dengan Dania yang dikenalkan sebagai calon istrinya. Nancy mencari tahu latar belakang Dania hingga akhirnya ia mengetahui kalau Dania masih berstatus sebagai istri orang! Ketika kebusukannya terbongkar Dania berkilah akan segera bercerai dengan suaminya yang sekarang, Putra Wardhana namun Nancy tak memercayai itu hingga akhirnya Dania dan Putra benar-benar bercerai. Selepas bercerai, Nancy mulai mendekati Putra untuk misi membuat Dania cemburu karena sang mantan suami kini dekat dengannya. Akankah misi Nancy akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Ingin Harta
Dania merasa kesal bukan main dengan balasan yang dilakukan oleh Nancy. Dirinya sama sekali tidak menyangka bahwa Nancy bisa dengan mudahnya membalikan perkataannya dan kini Nancy malah menyinggung soal apa yang pernah ia perbuat di masa lalu.
"Bukankah aku sudah meminta maaf atas apa yang pernah aku lakukan di masa lalu? Kenapa kamu masih ungkit apa yang pernah aku lakukan? Apakah itu artinya kamu nggak memaafkan aku?"
"Siapa yang bilang aku nggak memaafkanmu? Suamiku sendiri sudah memaafkan apa yang kamu lakukan padanya namun barusan aku hanya mengatakan fakta, harusnya kamu gak tersinggung dong."
"Namun tetap saja itu namanya kamu belum memaafkan aku!"
Marita datang saat mendengar adanya keributan lain di ruang tengah dan kemudian wanita itu langsung bertanya apa yang terjadi. Dania tentu saja langsung menyalahkan Nancy namun Nancy langsung mengatakan kalau Dania sendiri yang cari gara-gara dengannya.
"Aku sama sekali nggak mencari masalah denganmu."
"Sudahlah, jangan habiskan energi kamu untuk mendebat orang seperti dia," ujar Putra yang sejak tadi diam dan mengamati namun lama kelamaan ia jengah juga dengan sikap Dania yang suka membalikan fakta.
"Kamu benar, memang gak ada manfaatnya kita berdebat dengan manusia seperti ini."
Nancy kemudian menggandeng tangan Putra untuk pergi dari rumah ini sementara itu Dania nampak kesal bukan main. Ia sudah bersumpah akan segera membalas apa yang Nancy lakukan padanya saat ini.
"Wanita itu benar-benar menguji kesabaranku, dia pikir dia itu hebat apa? Awas saja nanti."
"Mama sebenarnya heran sekali sama kamu, kenapa sih kamu sepertinya suka sekali cari masalah dengan mereka? Ingat ya tugas kamu itu untuk mendapatkan harta si tua bangka itu dan bukan fokus pada Nancy dan Putra."
"Tentu saja aku ingat misiku kenapa bisa sampai ada di rumah ini namun mereka selalu saja mengangguku!"
"Bukan mereka yang menganggu namun kamu yang suka cari masalah! Jujur saja sama Mama, kamu cemburu melihat mantan suamimu itu menikah dengan Nancy?"
****
Dania yang mendengar tuduhan yang dilayangkan oleh sang mama barusan sontak saja tertawa dan mengatakan bahwa Marita hanya menuduh hal yang konyol.
"Mama sama sekali gak menuduh kalau memang sikapmu gak mencurigakan seperti ini!"
"Mama ini kenapa sih? Siapa juga yang cemburu? Jangan menebar fitnah! Aku sama sekali gak cemburu pada mantanku!"
Rupanya perdebatan antara Marita dan Dania sampai juga ke telinga Hanggono yang secara tak sengaja melintas di belakang mereka. Dania sontak terkejut dan kemudian segera menghampiri Hanggono dan bergelayut manja di lengan suaminya.
"Sayang, kamu jangan dengarkan apa yang mamaku katakan barusan. Dia itu sudah tua jadi omongannya suka ngelantur."
Marita nampak terkejut dengan ucapan Dania barusan namun tentu saja karena ada Hanggono di sana maka Marita sama sekali tak mendebat apa pun yang Dania katakan. Marita gegas pergi meninggalkan Dania dan Hanggono berdua saja.
"Kamu ini bicara apa? Aku sama sekali gak mendengar apa pun," kilah Hanggono.
"Benarkah?" ujar Dania berbinar.
"Kok sepertinya kamu senang sekali ketika mendengar kalau aku gak mendengar apa pun barusan?" tanya Hanggono dengan nada curiga.
"Oh bukan apa-apa, hanya saja apa yang tadi aku dan mamaku bicarakan adalah sesuatu hal yang gak penting."
****
Hanggono tentu saja bukan orang bodoh, ia sudah mendengar semua sepak terjang Dania selama ini dan ia juga sudah mencari tahu kebenaran soal Dania. Hanggono masih diam dan tak mengatakan apa pun soal dirinya yang sudah tahu sepak terjang Dania dan ia masih mengamati apa yang sedang direncanakan oleh Dania dan Marita yang mana tentu saja keduanya tak akan jauh menginginkan hartanya.
"Aku mau bertanya padamu."
"Apa yang mau kamu tanyakan, Mas?"
"Apakah kamu cemburu pada mantan suamimu?"
"Kenapa kamu menanyakan hal aneh begitu? Siapa yang cemburu pada mantanku? Sekarang kan aku sudah punya yang lebih baik dari mantanku."
Hanggono nampak tersenyum sekilas menanggapi apa yang dikatakan oleh Dania barusan dan tanpa banyak bicara, pria itu langsung menarik tubuh Dania untuk mendekat ke arahnya. Dania sendiri nampak terkejut dan tak menyangka dengan gerakan Hanggono yang tiba-tiba ini namun Dania tak berusaha melawan dan membiarkan Hanggono melakukan apa pun yang pria ini inginkan padanya.
"Apakah kamh suka permainanku?" bisik Hanggono.
"Tentu saja."
Dania sebenarnya jijik mengatakan hal itu namun demi harta Hanggono maka ia harus menjilat pria tua bangka ini dan berusaha menyenangkan hatinya. Hanggono nampak tersenyum puas dengan jawaban Dania barusan dan tentu saja tanpa membuang banyak waktu, ia melucuti pakaiannya dan juga pakaian Dania.
****
Nancy dan Putra sedang menikmati makan siang bersama di sebuah restoran dekat kantor, mereka berdua tak membicarakan masalah kantor melainkan masalah personal mereka. Putra berusaha meyakinkan pada Nancy bahwa satu-satunya wanita yang ia cintai saat ini adalah Nancy dan Dania hanya masa lalunya saja.
"Aku percaya padamu dan aku harap kamu mengatakan yang sejujurnya."
"Tentu saja, aku mengatakan yang sejujurnya. Percayalah."
Nancy bisa melihat ketulusan sekaligus keseriusan dalam manik mata Putra yang teduh itu hingga membuatnya bisa lega. Suaminya ini memang selalu memperlakukannya dengan baik dan kalau ada sesuatu hal pasti akan dibicarakan dengan baik tanpa adanya nada tinggi apalagi sampai main tangan seperti yang dituduhkan oleh Dania.
"Aku mau ke toilet dulu."
Nancy menganggukan kepala dan membiarkan suaminya pergi ke toilet dan sembari menunggu Putra ke toilet, Nancy memainkan ponselnya hingga seseorang datang menghampirinya yang tidak lain adalah Natasha.
"Hai Nancy, sendirian aja?"
"Nggak kok, aku sama suamiku cuma sekarang dia lagi ke toilet dulu."
Nancy dan Natasha terlibat dalam obrolan seru hingga tak menyadari kalau Putra sudah kembali dari toilet.
"Mas, ini temanku, Natasha. Dia dateng lho waktu kita menikah," ujar Nancy memperkenalkan Natasha pada sang suami.
"Oh begitu? Maaf saya gak mengenali kamu, soalnya waktu itu tamunya banyak," ujar Putra saat berkenalan dengan Natasha.
"Nggak apa kok, saya maklum," ujar Natasha.
****
Dania melepaskan diri dari Hanggono yang sejak tadi memeluknya erat dari belakang, ia tentu saja melakukannya dengan gerakan pelan dan tak ingin membangunkan suaminya. Dania berjalan menuju kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya. Dania melihat pantulan dirinya di cermin dan merasa jijik pada dirinya sendiri karena sudah berulang kali disentuh oleh Hanggono.
"Aku melakukan semua ini tentu saja bukan karena aku mencintai pria tua bangka itu. Aku melakukan semua ini demi hartanya."
Dania buru-buru keluar dari dalam kamar mandi setelah selesai membersihkan dirinya, ia melihat Hanggono masih tidur lelap di atas kasur. Perlahan Dania berjalan menuju kasur itu dan meraih bantal yang ada di sebelah Hanggono.
"Dasar pria tua menjijikan."