Virginia menjual keperawanan yang berharga pada Vincent demi menyelamatkan nyawa adiknya yang saat ini sedang koma. Namun, Vincent yang sedang mengalami prahara dalam hubungannya dengan sang mantan istri, menggunakan Virginia untuk membalas dendam pada sang mantan istri.
Vincent dengan licik terus menambah hutang Virginia padanya sehingga anak itu patuh padanya. Namun Vincent punya alasan lain kenapa dia tetap mengungkung Virginia dalam pelukannya. Kehidupan keras Virginia dan rasa iba Vincent membuatnya melakukan itu.
Bahkan tanpa Vincent sadari, dia begitu terobsesi dengan Virginia padahal dia bertekat akan melepaskan Virginia begitu kehidupan Virgi membaik.
Melihat bagaimana Vincent bersikap begitu baik pada Virgi, Lana si mantan istri meradang, membuatnya melakukan apa saja agar keduanya berpisah. Vincent hanya milik Lana seorang. Dia bahkan rela melakukan apa saja demi Vincent.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cium Aku Saat Aku Mau
Vincent tidak menggubris Lana yang masuk ke rumah. Egipun dituntutnya tidak berhenti walaupun sudah siap melepaskan diri darinya.
"Bisakah kalian melakukan itu di tempat tertutup?" Lana berhenti ketika tak ada tanda-tanda Vincent melihat keberadaan dirinya. "Setidaknya ada asisten rumah tangga yang bisa melihat perbuatan menjijikkan kalian."
Vincent menangkup wajah Egi yang sudah sangat siap menjauhi dirinya. "Kau dulu bahkan aku lihat dalam keadaan telanjangg."
"Tapi—"
"Kau akan bilang kalau kau melakukannya di hotel?"
Bibir Lana mengatup rapat.
"Kau juga akan bilang setidaknya tidak ada orang melihat selain aku? Lalu jika aku tidak melihatmu hari itu, kamu akan bersikap seperti biasa, memeluk dan mencium ku dengan tubuh kotormu!"
"Vincent," ujar Lana setelah berhasil menemukan suaranya kembali. "Tolong jangan seperti anak-anak yang masih labil! Kau sudah dewasa, usia kita sudah lebih dari cukup untuk mampu membedakan mana yang asli mana yang palsu! Aku sudah menjelaskan semuanya kepadamu, kan? Kamu juga punya andil atas kesalahan yang aku buat! Stop menyalahkan aku terus!"
Lana sejurus menatap Egi. "Kita selesaikan ini dengan berdamai, Vincent! Jangan libatkan Virgi dalam urusan kita! Dia tidak tahu apa-apa!"
Vincent melepaskan Egi, memberi wanita itu sebuah senyum penuh kasih dan hangat. Begitu tulus sampai Lana muak melihatnya.
"Pergilah ke kamar—"
Egi melompat dari pangkuan Vincent dan terbirit-birit ke kamar. Vincent menatapnya senang.
Pria itu berdiri tepat ketika Egi menutup pintu.
"Semua bisa aku wujudkan asal ...," ucap Vincent seraya melangkah ke depan Lana. "kamu membawa pria itu ke depanku, jika ucapan kalian bersesuaian, maka aku akan memikirkan usulanmu! Satu tahun ini aku sudah memintamu melakukan itu, kan? Tapi kau tidak pernah mau dengan banyak alasan. Hanya orang bodoh yang percaya kalau kau dipaksa hari itu, lalu kau pergi begitu saja."
"Vincent, pernah tidak kamu berpikir—"
"Tidak! Aku tidak pernah berpikir kamu melakukan semua itu demi aku! Lana, kamu pergi 3 tahun lamanya! Brie berada di rumahsakit waktu itu, sampai aku tidak tahu bagaimana menghadapi semuanya sendirian. Aku sudah pernah memaafkan kamu, berharap kamu bertahan demi Brie! Aku memberimu waktu sebanyak yang kamu mau, tapi aku ingin kamu kembali padaku bukan karena kamu ada masalah dengan pacar barumu! Aku ingin kamu kembali padaku karena kamu telah menyesali semuanya, tapi yang kamu lakukan justru menunjukkan sikap murahan di depanku!"
Lana terpaku. Jadi Vincent menyadari kalau dirinya tarik ulur? Vincent yang selama ini bersikap lempeng itu ternyata karena dia tahu dirinya hanya mencari aman semata di sini.
"Lana, aku tahu kamu membatalkan perceraian dengan Brie sebagai alasan! Tapi ketahuilah, Lana ... pertama kali aku melihatmu kembali, aku sudah tahu kamu tidak pernah berubah sedikitpun."
Tangan Lana mengepal. "Kalau sudah begitu, kenapa harus ada Virgi diantara kita? Bukankah kita bisa menganggap semua selesai dan kita besarkan Brie bersama?"
"Virgi seharusnya tidak mengganggumu jika kau disini hanya berniat membesarkan Brie bersama denganku!" Vincent menunjukkan sikap kejamnya lagi.
Lana menggigit bibir. Vincent benar. Tapi dia tidak pernah mau Vincent berpaling darinya. Setidaknya setahun ini, pria itu tidak melukainya.
"Lana, kamu disini hanya sebagai Ibu Brie, bukan istriku lagi meski kamu membatalkan perceraian seribu kali!" Vincent segera meninggalkan Lana yang berdiri gemetar.
Begitu Vincent menutup pintu, Lana melepaskan napasnya yang tertahan oleh sesak. Air matanya tumpah.
"Vincent, aku tidak akan pernah membiarkan kamu terus bersama Virgi!" tekatnya dalam hati
...
"Saya datang bulan, Dokter!" Egi mencicit saat Vincent masuk seraya melepas kancing bajunya.
Vincent menatap Egi dengan senyum miring. Anak ini pikir dia akan melanjutkan yang tadi, padahal semua itu dia lakukan karena Lana mengikutinya pulang. Dia tahu setelah dicampakkan, Lana pasti akan mengemis padanya.
Bahkan dia sudah tahu kalau Lana berniat membatalkan perceraian. Vincent membiarkan saja. Jika mereka rujuk maka akan semakin mudah membalas Lana. Semakin sakit dan semakin seru.
"Bagaimana sekolahmu?"
Egi melihat wajah Vincent yang lelah. Tergambar betapa pria ini sangat tertekan.
"Saya menyukainya, terimakasih, Dokter." Jika boleh Egi ingin bersujud di kaki Vincent. Sekolah adalah keinginan dia yang paling atas.
Vincent membuka baju begitu saja. "Andrea bilang kamu boleh menambah jam pelajaran jika kamu tidak keberatan."
"Dokter, bukan saya keberatan, tetapi saya masih menyesuaikan. Banyak hal baru yang ingin saya pelajari lebih dulu sampai saya paham."
Egi mengikut gerakan langkah Vincent. "Sekali lagi terimakasih."
Vincent membuka lemari untuk mengambil handuk. Bibirnya membentuk sebuah senyum.
"Oh ya, Dokter, saya mencari tahu tentang bagaimana El bisa kecelakaan."
Vincent menoleh, menatap Egi tajam.
"Saya sudah mendapat rekaman CCTV dari toko yang berseberangan dengan lokasi El celaka!"
Egi kehilangan napas saat Vincent menatapnya semakin tajam.
"Bolehkah saya minta bantuan Dokter untuk mengantar saya ke kantor polisi? Plat nomor kendaraannya terlihat jelas."
Pikiran Vincent kemana-mana. Dia takut Egi pergi sebelum Lana merasakan bagaimana rasanya dikhianati. Memang benar, Vincent mengganti bercinta dengan cukup Egi tinggal bersamanya, dan membuat Lana sakit hati.
Benar, dia belum puas melihat Lana yang masih baik-baik saja. Dia ingin Lana mengarahkan pisau ke lehernya sendiri. Dia ingin Lana memohon dan bersimpuh di kakinya untuk mengakhiri semua ini.
Vincent ingat tatapan Lana saat memilih pergi dulu. Itu sama dengan saat ini, saat Lana menatapnya dengan ekspresi tinggi.
"Saya tidak akan kemana-mana, Dokter! Saya hanya ingin tahu siapa pelakunya. Bahkan mungkin kedepan, saya akan lebih sering meminta bantuan Dokter."
Vincent mengangguk tanpa sadar.
Egi mengusap tengkuknya. "Bahkan saya belum bisa membayar hutang saya karena—"
"Jujur saja, aku ingin membungakannya," canda Vincent setelah lega mendengar ucapan Egi bahwa dia tidak akan kemana-mana. "10 persen!"
Mata Egi membeliak lebar. "Dokter!"
"Jika saya sudah bosan, mungkin organ kamu masih laku dijual!"
Astaga!
"Dok ... ter!"
Vincent tertawa kecil saat melihat kepanikan di wajah Egi. "Tapi karena kamu anak baik, jadi cukup cium aku saja ketika aku mau!"
Hah?
Ga mungkin di buat cuma selembar
Di kira Vincent ga punya power .
Emosi ga terpancing, jawabnya tepat
ada uang ga bener mungkin yang di makan keluarga sehingga anak JD berkelakuan ga bener.
Ayo lah tegas. kasih pelajaran biar kali ini benar benar belajar dengan benar.