Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 : Ikatan Diatas Kertas.
Jam menunjukkan pukul lima sore ketika Bara sampai di rumah. Dengan langkah terburu-buru Bara masuk ke dalam rumah. Diruang tengah, Arumi sedang mengobrol dengan kakeknya, sekaligus menemani Cia yang sedang belajar.
"Mas, kamu sudah pulang?" tanya Arumi saat melihat kehadiran Bara disana, kakek dan Cia ikut menoleh ke arahnya.
Bara hanya menjawab dengan sebuah anggukan. "Emm, Sayang, Mas mau mandi,"
Kalimat itu sontak langsung membuka tiga orang yang sedang duduk itu memfokuskan kembali pandangannya pada Bara. Mbak Mirna yang sedang mengelap meja pun ikut menoleh ke arah Bara. Ya Tuhan, wajah Arumi benar-benar mirip dengan kepiting rebus sekarang mendengar ucapan Bara barusan.
"Ma-mandi?" tanya Arumi terbata, bisa-bisanya lelaki ini berkata sevul-gar ini dihadapan kakek, bukankah ini sangat memalukan. Beruntung Cia kembali fokus dengan belajarnya karna memang pr'nya masih banyak yang belum dikerjakan, jika tidak gadis kecil ini pasti sudah meledeknya.
"Iya temenin Mas mandi yuk!"
Lagi-lagi Arumi dibuat salah paham dengan ucapan Bara. Arumi menelan salivanya kasar, kakek yang mendengar hanya senyum-senyum sendiri. Padahal niat Bara mengajak Arumi karena ingin mengajaknya masuk ke dalam kamar dan menanyakan keadaan gadis itu. Bara merasa sedikit khawatir setelah asisten Roy menelfonnya tadi.
Arumi merasa sangat canggung, dia menoleh ke arah kakek yang sedang tersenyum. Sungguh, Arumi sangat malu sekali.
"Kakek, Rumi pamit ke kamar dulu," pamitnya.
"Ya, ya, silahkan," jawab kakek Abian sambil mengangguk-angguk kepalanya, senyumnya bahkan tak pudar sedikitpun dari wajahnya.
Arumi pun segera berdiri dan menghampiri Bara, satu tangannya langsung diraih oleh Bara. Sesampainya di dalam kamar, Bara kembali melepaskan tangan Arumi.
"Asistenku bilang kamu tidak jadi berbelanja. Wanita itu mengganggumu lagi?" tanya Bara dengan tatapan serius.
"Aku tidak sengaja bertemu dengannya. Tiba-tiba aku jadi tidak mood untuk berbelanja, itu saja," jawab Arumi pelan.
"Dia menampar kamu?" tanya Bara, Arumi hanya diam. "Selama kamu bersamaku, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kamu. Aku akan membuat perhitungan dengannya,"
"Tidak, jangan, aku sudah tidak ingin berurusan lagi dengannya. Lupakan saja, lagipula aku juga sudah melupakan masalah tadi,"
Bara menghela nafas panjang, "Jika dibiarkan tidak menjamin dia tidak akan kembali membuat ulah bukan? Aku sudah bela-belain pergi meninggalkan pacarku hanya karena kamu, sekarang kamu malah meminta aku untuk melupakan?"
Arumi mengernyitkan keningnya, "Jadi kamu baru ketemuan sama pacar kamu?"
Bara tidak langsung menjawab, dia membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah sofa sambil melepaskan jasnya dan menaruhnya disana, sementara Arumi mengekor di belakangnya.
"Apa pacar kamu marah?" tanya Arumi lagi. Boleh aku bertanya sesuatu?"
Tiba-tiba Bara membalikkan tubuhnya, membuat Arumi terkesiap kaget dan langsung menghentikan langkahnya mendadak, hampir saja dia menabrak Bara.
"Tanya apa? Bukankah sejak tadi kamu sudah bertanya," ucap Bara sambil melepaskan dua kancing kemeja atasnya dan menggulung bagian lengannya sampai ke siku.
Arumi menatap Bara lekat, dari wajahnya terlihat sekali jika lelaki itu seperti sedang banyak masalah, mungkin saja Bara baru saja bertengkar dengan pacarnya.
"Kenapa kamu tidak cerita saja pada pacar kamu tentang perjanjian kontrak kita, jadi pacar kamu tidak salah paham dengan hubungan kita ini," ucap Arumi.
"Tidak semudah itu," jawab Bara singkat, "Besok aku temani kamu berbelanja," ucapnya sambil berjalan ke sisi ranjang dan meletakkan ponselnya di atas nakas.
"Tidak perlu, lebih baik aku pulang saja ke rumah dan mengambil barang-barangku disana," tolak Arumi.
Bara kembali berjalan mendekati Arumi. "Aku tidak mengijinkan kamu pulang kerumahmu dulu untuk sementara waktu. Sebaiknya kamu menghindari orang-orang seperti mama tiri dan kakak tirimu itu dulu. Aku tidak yakin mereka tidak akan mungkin tidak membuat masalah denganmu."
Setelah mengatakan itu Bara melenggangkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi, dia menyalakan shower dan mengguyur tubuhnya dibawah guyuran air. Bara kembali teringat dengan Monica. Seandainya Monica bisa lebih mengerti dan memahami keadaannya, mungkin tadi dia tidak perlu pergi dengan cara seperti tadi dan membiarkan Monica-nya menangis sendirian.
_
_
_
Setelah mengurung putranya selama tiga hari didalam kamar, malam ini atas permintaan istrinya akhirnya Tuan Reza membukakan pintu kamar untuk putranya. Selama dikurung, Randy terus berteriak-teriak serta memukul-mukul tembok untuk melampiaskan kemarahannya. Dia juga membanting-banting barang didalam kamar, alhasil kamarnya sekarang seperti kapal pecah.
Randy berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang tengah. Raut wajahnya masih menunjukkan kemarahan dan kekecewaan.
"Seharusnya mama dan papa melarang Arumi untuk menikah dengan pria lain kemarin!"
Pandangan Tuan Reza beralih dari layar ponselnya dan menatap wajah putranya yang sedang berdiri tidak jauh darinya.
"Melarang bagaimana? Arumi sendiri yang menginginkan pernikahan itu terjadi. Kalau kamu tidak membuat masalah, pasti kamu yang sudah menikahi Arumi kemarin!" ujar Tuan Reza diakhiri dengan helaan nafas berat.
"Pokoknya aku tidak terima! Aku akan mencari Arumi dan membawanya kembali padaku, bagaimanapun caranya!!"
Tuan Reza segera berdiri, "Jangan membuat masalah lagi kamu Randy!! Apa tidak cukup kamu sudah membuat keluarga kita malu, hah?!!"
"Tidak Pa, pokoknya aku akan tetap mencari Arumi. Aku yakin jika Arumi juga pasti masih mencintaiku. Dia menikahi pria itu karena terpaksa!" Dengan nafas menggebu-gebu, Randy melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Randy! Jangan pergi kamu Randy! Jangan buat masalah lagi!!"
Tuan Reza terus berteriak memanggil Randy tapi tidak dihiraukan oleh putranya itu. Nyonya Herlina yang juga ada disana mencoba untuk menenangkan suaminya setelah kepergian Randy dengan mobilnya.
"Argghhh....!!"
Beberapa kali Randy memukulkan tangannya ke setir mobil dan mengacak-acak rambutnya kasar. Seandainya satu bulan lalu dia tidak tergoda dengan kemolekan tubuh Delia, mungkin sekarang hubungannya dengan Arumi masih baik-baik saja, bahkan mereka sudah menikah.
Randy kembali teringat dengan kejadian satu bulan lalu, malam itu Randy tidak sengaja bertemu dengan Delia dijalan dan mengantarkan wanita itu pulang sampai ke rumah. Delia bahkan menawarkan Randy untuk ikut turun dan masuk ke dalam rumahnya dan menawarkan minum.
Setelah meminum minuman yang diberikan oleh Delia, tiba-tiba Randy tidak bisa menahan hasratnya pada wanita itu hingga mereka melakukan untuk pertama kalinya di dalam kamar Delia, kebetulan Delia memang hanya tinggal sendirian di sebuah rumah kontrakan. Dan sejak saat itu Randy merasa ketagihan dengan permainan Delia dan mereka kembali melakukannya hingga beberapa kali. Dan yang terakhir saat di kamar apartemen Randy, malam saat Arumi memergoki hubungan gelap mereka berdua.
"Maafkan aku Rum... Aku sangat menyesal... Harusnya aku bisa menahan diriku dari godaan. Aku tidak ingin kehilangan kamu Rum, aku sangat mencintai kamu..." Dengan berderai air mata, Randy melaju kencang mobilnya menuju ke arah apartemennya.
...🔥🔥🔥...
di tunggu lho kiss nyaa... ehhh
🤭
balas semua sakit hati mu Rum...
air mata mu terlalu berharga untuk menangisi laki laki penghianat seperti Randy...