NovelToon NovelToon
Permainan Tak Terlihat

Permainan Tak Terlihat

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Pemain Terhebat / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Permainan Kematian
Popularitas:987
Nilai: 5
Nama Author: Faila Shofa

Permainan Tak Terlihat adalah kisah penuh misteri, ketegangan, dan pengkhianatan, yang mengajak pembaca untuk mempertanyakan siapa yang benar-benar mengendalikan nasib kita

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faila Shofa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

yang tersembunyi

Diana dan Adrian berlari secepat mungkin, bersembunyi di balik pepohonan besar yang mengelilingi taman belakang sekolah. Mereka tahu bahwa waktu mereka semakin sempit. Max dan orang-orang di belakangnya tidak akan berhenti sampai mereka berhasil menghentikan upaya mereka untuk mengungkapkan rahasia kelam itu.

"Kenapa mereka mengejar kita begitu keras?" Diana berbisik, suaranya terengah-engah. "Apa yang mereka takutkan?"

Adrian melirik ke sekitar, memastikan tidak ada orang yang mendekat. "Mereka takut kita akan menemukan bukti yang bisa menghancurkan mereka. Itu sebabnya mereka tidak akan membiarkan kita pergi begitu saja."

Diana mengangguk, merasa semakin cemas. Mereka sudah terlalu dekat untuk mundur, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka sedang berjalan di ujung jurang yang sangat berbahaya. Mereka harus segera mencari jalan keluar, dan itu harus cepat.

"Tapi kita nggak bisa terus bersembunyi," kata Diana dengan tegas, berusaha menenangkan dirinya. "Kita perlu bukti, Adrian. Kalau tidak, semuanya akan sia-sia."

Adrian memandangnya, wajahnya serius. "Aku tahu, Diana. Tapi kita nggak bisa beraksi terburu-buru. Kita harus berpikir dengan hati-hati."

Mereka memutuskan untuk menuju ke tempat yang lebih aman dan jauh dari sekolah. Nanda, yang selalu menjadi orang yang mereka percayai, harus mereka temui. Dia mungkin memiliki lebih banyak informasi yang bisa membantu mereka menemukan cara untuk menghentikan Max dan kelompok yang berbahaya itu.

Setibanya di rumah Nanda, mereka segera masuk tanpa bicara banyak. Nanda duduk di ruang tamu, matanya tampak serius dan penuh kekhawatiran. "Kalian berhasil keluar?" tanyanya cepat. "Aku sudah mendengar suara berisik di luar. Ada apa?"

Diana dan Adrian duduk di seberang Nanda, saling bertukar pandang sejenak. "Max... dia sudah tahu. Dia tahu kita mencari bukti. Dan dia mencoba menghentikan kita," kata Adrian dengan nada gelisah.

Nanda menyeringai pahit. "Aku sudah curiga dia akan menghalangi kalian. Tapi kalian nggak bisa menyerah sekarang. Kalau mereka tahu kita sudah tahu banyak, mereka pasti akan mencari cara untuk menghancurkan kita."

Diana mengerutkan kening. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa langkah kita berikutnya?"

Nanda terdiam sejenak, memikirkan rencana yang lebih matang. "Kalian harus kembali ke sekolah. Kita perlu mencari satu bukti penting yang bisa membuktikan keterlibatan mereka. Ada sebuah ruang arsip yang tersembunyi di gedung tua sekolah. Di sana, ada dokumen penting yang mungkin bisa mengungkap semuanya. Itu adalah kunci untuk menghentikan mereka."

Diana merasa ragu. "Tapi kalau kita kembali ke sana, mereka bisa saja menangkap kita lagi."

"Makanya kita harus sangat hati-hati," jawab Nanda. "Aku akan bantu kalian, tapi kita harus melakukannya dengan cepat dan diam-diam."

Mereka pun berencana untuk kembali ke sekolah malam itu juga. Mereka sudah tidak punya banyak waktu, dan kesempatan untuk menemukan bukti semakin menipis. Nanda memberikan mereka beberapa alat untuk menyusup ke ruang arsip tanpa terdeteksi. Mereka harus melewati beberapa penjaga dan memasuki gedung tua yang terletak di bagian paling belakang sekolah.

Ketika malam tiba, Diana, Adrian, dan Nanda menyelinap kembali ke sekolah dengan hati-hati. Langit gelap tanpa bintang, dan hanya lampu-lampu jalan yang redup yang menerangi jalan mereka. Mereka menyelinap melalui lorong-lorong gelap dan akhirnya sampai di gedung tua yang tampak terabaikan. Dinding-dindingnya berlumut, dan pintu-pintu terkunci rapat. Namun, mereka sudah mempersiapkan diri.

Diana membuka pintu dengan hati-hati, dan mereka melangkah masuk, merasakan udara dingin dan lembab yang menyambut mereka. Suasana di dalam sangat sunyi, membuat langkah kaki mereka terdengar begitu jelas. Mereka menyusuri lorong yang penuh debu, menuju ke ruang arsip yang terletak di bagian belakang gedung.

"Di sini," bisik Nanda. "Dokumen itu harus ada di dalam lemari arsip ini."

Diana dan Adrian mendekati lemari arsip besar yang terbuat dari besi. Mereka membuka pintunya, hati mereka berdegup kencang. Setiap detik berlalu terasa seperti bertahun-tahun. Mereka mulai mencari, menelusuri tumpukan dokumen yang ada di dalamnya. Setelah beberapa menit yang menegangkan, Adrian akhirnya menemukan sebuah berkas yang mencuri perhatian.

"Bingo," katanya pelan, memegang berkas yang tampaknya sudah tua. "Ini dia, ada bukti penting."

Diana menatap berkas itu dengan cemas. Mereka tahu ini adalah momen penting. Namun, saat mereka hendak keluar dari ruangan itu, suara langkah kaki terdengar mendekat. Mereka tersentak kaget, dan Nanda segera menutup pintu lemari arsip dengan cepat. Mereka berdiri diam, mencoba untuk tidak membuat suara.

Max dan beberapa anak buahnya muncul di ujung lorong. Mereka tampak sedang mencari sesuatu, atau mungkin mencari mereka. Diana dan Adrian merasa jantung mereka hampir berhenti berdetak.

"Jika kita ketahuan di sini..." Diana berbisik dengan panik.

Adrian meraih tangan Diana dengan erat. "Kita harus keluar. Sekarang."

Mereka bergerak perlahan, mencoba bersembunyi di balik tumpukan barang dan lemari lainnya. Max dan orang-orangnya semakin dekat, langkah kaki mereka semakin terdengar jelas. Diana dan Adrian berdoa agar mereka tidak ditemukan. Mereka tahu, jika mereka tertangkap sekarang, semuanya akan berakhir.

Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa seperti berjam-jam, Max dan anak buahnya berbalik arah, pergi tanpa menyadari kehadiran mereka. Diana dan Adrian saling pandang, merasa lega, meskipun ancaman belum berakhir.

Mereka segera keluar dari ruang arsip, membawa berkas itu dengan hati-hati. "Kita berhasil," kata Adrian, meskipun masih ada kecemasan di wajahnya. "Tapi kita harus cepat pergi dari sini. Mereka akan tahu kita di sini."

Diana mengangguk, memutuskan untuk tidak menunda-nunda lagi. Mereka segera keluar dari gedung tua dan berlari menuju tempat yang aman.

Malam itu, mereka merasa lebih dekat dari sebelumnya untuk mengungkapkan kebenaran. Namun, mereka juga tahu bahwa bahaya masih mengintai mereka. Apa pun yang mereka lakukan selanjutnya, mereka harus siap menghadapi konsekuensinya.

Malam semakin larut, namun ketegangan yang mereka rasakan seolah tak bisa hilang. Diana dan Adrian duduk di ruang tamu rumah Nanda, menatap berkas yang mereka temukan dengan cemas. Hati mereka berdebar-debar, menunggu untuk membuka dan melihat apa yang tersembunyi di dalamnya.

Nanda duduk di samping mereka, wajahnya penuh kekhawatiran. "Kalian yakin ini yang kita butuhkan? Bukti yang bisa menghentikan mereka?" tanyanya, suaranya penuh harap.

Diana mengangguk perlahan. "Ini satu-satunya petunjuk yang kita punya. Kita harus membuka ini sekarang juga."

Adrian meraih berkas itu dengan tangan yang sedikit gemetar, lalu membuka dengan hati-hati. Di dalamnya terdapat beberapa lembar dokumen yang sudah menguning, dengan tanda tangan dan nama-nama yang tidak asing bagi mereka. Nama-nama itu adalah para pejabat sekolah, termasuk beberapa orang yang dekat dengan Max. Namun, satu nama yang tercatat di bagian bawah surat itu mengejutkan mereka.

"Ini... ini nama kepala sekolah," kata Diana terkejut, matanya membesar. "Kenapa dia terlibat?"

Adrian meliriknya dengan cemas. "Ini lebih buruk dari yang kita kira. Kepala sekolah? Kalau benar dia terlibat, maka semuanya jauh lebih besar dari yang kita duga."

Nanda yang mendengarnya juga tampak terkejut. "Ini bisa berarti mereka sudah merencanakan semuanya jauh-jauh hari. Kita harus hati-hati. Jika benar kepala sekolah terlibat, itu berarti orang-orang berkuasa di sekolah ini tahu tentang apa yang terjadi."

Diana menyelidiki lebih lanjut, menemukan beberapa dokumen yang menggambarkan transaksi keuangan yang mencurigakan, serta beberapa instruksi yang menunjukkan keterlibatan mereka dalam hal-hal yang ilegal. Namun, ada satu hal yang mencolok. Terdapat satu lembar surat yang menyebutkan tentang sebuah acara besar yang akan berlangsung di sekolah, yang akan melibatkan beberapa orang dari luar, dan itu disebut sebagai "langkah terakhir" dalam "proyek besar."

"Proyek besar?" tanya Adrian bingung. "Apa maksudnya?"

Diana mengamati surat itu dengan lebih cermat. "Mungkin ini yang mereka sebut sebagai 'proyek' yang mereka jalankan selama ini. Ini lebih dari sekadar permainan, ini tentang sesuatu yang lebih besar."

Tiba-tiba, suara ketukan di pintu membuat mereka terkejut. Mereka langsung berdiri dan saling pandang. Nanda bergerak menuju jendela, mengintip ke luar, dan wajahnya berubah pucat. "Mereka datang! Kita nggak bisa lama-lama di sini."

Diana dan Adrian buru-buru menyembunyikan berkas itu di bawah meja. Mereka tahu, jika Max atau orang-orangnya menemukan bukti itu, mereka akan kehilangan kesempatan terakhir untuk mengungkapkan semuanya.

"Jangan panik," kata Adrian, berusaha untuk tetap tenang. "Kita keluar lewat belakang, cepat."

Mereka bergerak dengan cepat, keluar dari rumah melalui pintu belakang yang menuju ke kebun kecil. Mereka tahu, mereka harus menyembunyikan diri, setidaknya sampai mereka bisa mencari cara untuk menghubungi orang yang bisa membantu mereka. Nanda mengikuti mereka dengan langkah cepat, tetapi saat mereka hampir mencapai pagar belakang rumah, terdengar suara mobil berhenti.

Max. Mereka tahu itu suara mobil Max.

Mereka berlari menyelinap ke area belakang, bersembunyi di balik semak-semak yang cukup tebal. Diana merasakan ketegangan yang mencekam, takut mereka bisa saja ditemukan kapan saja. Nanda mengintip melalui celah di antara semak-semak, melihat dua orang yang turun dari mobil.

"Max, dan... seseorang lagi," bisik Nanda, mengenali pria yang turun dari mobil bersamanya. "Itu salah satu orang yang ada di dokumen tadi. Orang yang sering berhubungan dengan kepala sekolah."

Adrian dan Diana saling pandang. Mereka tahu, mereka tidak punya banyak waktu. Jika orang-orang itu masuk ke rumah, mereka bisa kehilangan jejak.

Mereka memutuskan untuk bergerak cepat, mencari jalan keluar. Mereka berlari melalui kebun belakang dan melompat ke pagar yang lebih rendah di sisi lain. Namun, saat mereka hampir keluar dari halaman rumah, tiba-tiba sebuah tangan menahan lengan Diana.

"Jangan bergerak," suara itu terdengar begitu familiar, dan saat Diana menoleh, dia melihat wajah yang sudah sangat dikenalnya—Max.

"Kenapa kamu di sini?" Max berkata dengan suara datar, seolah-olah tak ada emosi yang terlibat. "Aku sudah bilang, kalian nggak akan menang."

Diana dan Adrian merasa cemas, namun mereka tahu tidak bisa menyerah begitu saja. "Max, kamu nggak harus begini. Kamu bisa berhenti, ini nggak terlalu jauh lagi," kata Diana dengan suara memohon.

Max tersenyum sinis. "Aku sudah terlalu dalam terlibat. Dan aku tidak akan membiarkan kalian menghancurkan semuanya."

Diana menggigit bibirnya, berusaha menahan ketakutan. "Kamu tahu apa yang mereka lakukan. Kamu tahu ini lebih besar dari sekadar kita. Kenapa kamu masih mau ikut?"

Max terdiam sejenak, matanya menghindar dari pandangan Diana. "Aku nggak punya pilihan, Diana. Kalian nggak tahu betapa kuatnya orang-orang ini. Mereka bisa menghancurkan hidupku dalam sekejap."

Adrian melangkah maju, berusaha meyakinkan Max. "Kamu masih punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya, Max. Kalau kamu mau bantu kita, kita bisa ungkap semuanya. Kita bisa hancurkan rencana mereka."

Max menatap mereka dengan ragu, kebingungan terlihat di matanya. Namun, dia akhirnya mengangguk pelan. "Baiklah. Aku akan bantu kalian. Tapi kita harus bergerak cepat."

Tanpa banyak bicara, Max membawa mereka menyusup melalui lorong-lorong sempit di sekitar rumah, menjauh dari pandangan orang-orang yang sedang mencari mereka. Mereka tahu bahwa ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk mengungkapkan kebenaran yang sudah terlalu lama tersembunyi.

Namun, meskipun mereka mulai melihat secercah harapan, mereka juga tahu bahwa jalan yang mereka pilih tidak akan mudah. Bahaya masih mengintai di setiap sudut, dan mereka harus bersiap menghadapi apapun yang akan datang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!