SEKUEL dari Novel ENGKAU MILIKKU
Biar nyambung saat baca novel ini dan nggak bingung, baca dulu season 1 nya dan part khusus Fian Aznand.
Season 1 : Engkau Milikku
Lanjutan dari tokoh Fian : Satu Cinta Untuk Dua Wanita
Gadis manis yang memiliki riwayat penyakit leukemia, dia begitu manja dan polos. Mafia adalah satu kata yang sangat gadis itu takuti, karena baginya kehidupan seorang mafia sangatlah mengerikan, dia dibesarkan dengan kelembutan dan kasih sayang dan mustahil baginya akan hidup dalam dunia penuh dengan kekerasan.
Bagaimana jadinya ketika gadis itu menjadi incaran sang mafia? Sejauh mana seorang pemimpin mafia dari organisasi terbesar mengubah sang gadis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengingat Penyiksaan Lama
“Papa.” Sean yang sedang sibuk dengan pekerjaannya menoleh ke arah pintu ruangan, di sana sudah ada Zoya yang baru saja pulang dari kampus.
“Cepat kamu pulang Zee.”
“Iya pa, papa lagi sibuk ya?”
“Lumayan tapi ini udah mau selesai, ada apa nak? Kok tumben kalau ke kantor kamu nggak bilang papa dulu, kan papa bisa minta sopir buat jemput kamu.”
“Sengaja nggak kasih tau, aku kangen papa.” Sean menatap lamat-lamat wajah putrinya, jika Zoya sudah mengatakan kangen seperti ini, berarti ada sesuatu yang membuat hati putrinya gundah.
“Sebentar ya nak, papa kelarin dulu kerjaan papa nanti kita makan siang bareng.”
“Pesan makanan aja pa, nggak usah keluar.”
“Oke.” Sean memesan makanan lalu kembali fokus pada pekerjaannya, sedangkan Zoya rebahan di sofa sambil memainkan ponselnya, wajah Zoya pucat karena tadi dia kembali mimisan dan lupa membawa obat, jadilah Zay yang pulang untuk mengambil obat Zoya.
Setengah jam akhirnya pekerjaan Sean selesai juga, dia menutup laptop kerjanya dan bergabung dengan Zoya menyantap makanan yang datang lima menit lalu.
“Papa dulu sama mama sering cekcok nggak? Maksud aku itu, saat papa sama mama udah damai dan nggak ada dendam lagi.”
“Namanya juga rumah tangga nak, ya jelas kadang ada cekcoknya, nggak mungkin bakalan damai terus.”
“Apa mama pernah berpikir untuk ninggalin papa?”
“Ya dulu pernah, perkara mama kamu pengen hamil.”
“Gimana ceritanya?”
“Jadi sebelum hamil kalian, mama itu kan pernah keguguran jadi beberapa bulan setelah itu dia pengen hamil lagi untuk mengobati hatinya saat kehilangan Raha, kakak kalian. Karena mama itu melahirkan operasi, papa takut kalau dia hamil dalam waktu dekat, jadi papa diam-diam kasih pil pencegah kehamilan untuk mama, dia marah besar saat tau dan kepikiran dia untuk pisah sama papa.”
“Terus? Papa bujuk mama gimana?”
“Mama kamu itu sangat spesial nak, kalau papa udah memelas minta maaf, ya bakalan dimaafin sama dia.” Zoya mengangguk, karena selama ini dia juga melihat kedua orang tuanya begitu, Sonia memang gampang untuk memaafkan seseorang terlebih lagi Sean.
Hal itu bukan dimanfaatkan oleh Sean dengan berbuat kesalahan terus, malah Sean berusaha untuk menjaga hati Sonia.
“Pa, kok papa dulu bisa cinta sih sama mama? Sampai segitunya pula.”
“Papa ketemu mama kamu itu ketika dia SMP, kami satu sekolah, soalnya sekolah kami itu dari tingkat SMP langsung ke SMA. Dia wanita baik, ceria, mudah bergaul, pintar dan sangat cantik. Dia jadi idola banyak pria waktu itu, papa berusaha mendekati mama kamu dan dia welcome sampai kami menjalin hubungan dengan baik.”
“Terus opa misahin papa sama mama?”
“Iya.”
“Apa selama menikah, papa nggak pernah selingkuh dari mama?” Sean hanya tertawa.
“Cerita dong pa, aku pengen tau cerita papa sama mama.”
“Emang Zay nggak cerita sama kamu?”
“Aku udah sering minta dia cerita, dia banyak gaya, banyak alasan.” Sean tersenyum lalu menceritakan kisahnya dengan Sonia dulu tanpa ada yang dia tutupi. Betapa tabah dan kuatnya hati Sonia kala itu menerima sikap Sean.
“Terakhir kali papa menyiksa mama kamu itu saat kami datang ke pesta, papa membawa mama untuk menghadiri pesta salah satu rekan kerja papa. Malam itu mama kamu terlihat sangat cantik Zee, semua mata tertuju padanya yang membuat papa cemburu, malam itu juga papa hampir membunuh mama kamu.”
Flashback On
Pesta begitu meriah, tangan Sean tak lepas untuk menggenggam tangan Sonia, dia tidak ingin ada pria lain yang menggoda atau menatap liar istrinya.
“Aku mau ke toilet sebentar Sean.”
“Jangan lama.”
Sonia pergi ke toilet, sebenarnya dia merasa sakit dibagian punggungnya, semalam Sean mendera kakinya hingga sedikit membengkak, jadilah Sonia tidak nyaman dengan rasa sakit di kakinya itu.
Sonia menyibakkan gaun yang dia kenakan, betis putih Sonia begitu banyak bekas kemerahan. Sonia meringis kesakitan karena kakinya begitu ngilu, setelah puas menangis, dia kembali ke tempat dimana suaminya duduk tadi.
“Aduh, maaf maaf, saya tidak sengaja.” seorang pria tak sengaja menabrak Sonia hingga Sonia sedikit terdorong, Sean melihat kejadian itu dengan tatapan tidak suka dan cemburu.
“Iya nggak papa.”
“Kamu baik-baik aja?”
“Ya saya baik-baik aja.” Gaun Sonia sedikit tersingkap yang menampakkan kalau betisnya ada bekas memar dan pria itu dapat melihat dengan jelas.
“Kaki kamu kenapa memar begitu?” Pertanyaan pria tersebut memancing amarah Sean, dia langsung mendekati Sonia dan menarik Sonia dengan kasar untuk meninggalkan lokasi pesta itu.
“Sean, sakit,” ringis Sonia ketika tangannya di tarik kuat oleh Sean.
“Masuk.” Sonia memasuki mobil dan diikuti oleh suaminya, di dalam mobil Sean sama sekali tidak bicara sepatah katapun pada Sonia, hal itu membuat Sonia takut karena sudah dipastikan Sean akan marah besar padanya saat sampai di rumah nanti.
“Masuk ke kamar kamu, aku akan menyusul nanti ke sana,” titah Sean yang dituruti oleh Sonia.
Sonia mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur, dia seakan bersiap untuk menerima amukan Sean padanya malam ini.
Selang lima menit, Sean memasuki kamar Sonia, dia mengunci kamar itu, di tangan kanan Sean sudah memegang sebuah cambuk yang biasa dia gunakan untuk mencambuk Sonia.
Sonia tak berani menatap suaminya, jantungnya berdegup dengan cepat, sakit di tubuhnya semalam masih terasa.
“Apa kau sengaja memperlihatkan lukamu itu agar semua tau kalau kau mendapat kekerasan hm?” Suara Sean memang lembut namun terdengar sangat menakutkan, terlebih oleh Sonia.
“Aku benar-benar tidak sengaja Sean, dia menabrak ku.”
“Dia menabrak mu atau kau yang menabrakkan diri padanya?” Sonia hanya diam, percuma dia menjawab karena bagaimana pun jawaban yang dia katakan tetaplah salah di mata Sean.
“JAWAB SIALAN.” Teriak Sean sambil melayangkan cambuk itu ke tubuh Sonia berkali-kali, Sonia hanya menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit, dia bahkan tidak mengeluarkan suara sama sekali.
Baju yang dikenakan oleh Sonia sampai robek dibagian punggung, cambuk itu mengenai wajah Sonia hingga meninggalkan bekas luka memanjang di pipinya.
Tak puas dengan cambukan saja, Sean menarik kuat rambut Sonia hingga kepala Sonia terhuyung dan sedikit pusing.
“Kau sangat bisa membuat aku marah Sonia, apa kau begitu murahan sampai kau mendekati semua pria hah?” Sonia hanya bisa menangis, membela diri pun akan tetap salah di mata Sean.
Sean mendorong tubuh Sonia hingga membentur meja kaca yang ada di dalam kamar itu, meja tersebut sampai pecah karena kuatnya dorongan Sean di tubuh Sonia.
“Aaakkhh,” erang Sonia, selama ini dia menyiksa Sonia, baru kali ini Sonia mengerang sakit.
Sean kembali menarik tubuh Sonia dan kembali mencambuknya hingga dia puas, karena emosi sudah menguasai Sean, dia bahkan membawa sebuah pisau untuk mengakhiri hidup Sonia.
Sean mencekik kuat leher Sonia hingga wajah Sonia membiru karena kehabisan nafas, tak puas dengan hal itu, Sean mengambil pisau yang telah dia bawa lalu menusukkannya ke bahu Sonia.
“Seaann, sakiitt.” Tangis Sonia ketika pisau itu menancap sempurna di bahu kirinya.
“Aku akan mengakhiri rasa sakit mu itu Sonia, malam ini adalah malam terakhir kau menderita.” Sean mencabut pisau itu dengan kasar dari bahu istrinya sehingga darah langsung muncrat dan mengenai wajah Sean.
Sean dengan emosi mengayunkan pisau itu ke arah leher Sonia namun dengan sekuat tenaga Sonia berusaha untuk menahan tangan Sean.
“Tolong maafkan aku Sean, tolong jangan bunuh aku sekarang, aku masih ingin hidup bersamamu, bukankah kau memberi aku waktu selama 5 tahun untuk membalaskan sakit hatimu itu, tolong jangan bunuh aku sekarang, aku mohon.” Sean seketika tersadar dengan kelakuannya, rasa cemburu yang besar tadi membuat Sean kesetanan hingga hampir membunuh Sonia.
Sean membuang pisau yang ads di tangannya lalu menjauh dari Sonia, dia melihat Sonia berusaha untuk bangun dengan kondisi yang begitu parah.
“Aku bukan ingin melawan mu atau membuat kamu marah Sean, aku hanya tidak mau menjawab karena semua percuma, kau akan tetap marah padaku, tolong izinkan aku untuk mendampingi kamu sampai semua sakit hatimu padaku hilang, jika memang suatu saat aku akan mati, aku tidak mati di tanganmu.” Sonia terus memohon dan mencoba untuk memberikan pengertian pada suaminya.
“Kenapa kau masih mempertahankan rumah tangga ini Sonia? Apa yang kau inginkan sebenarnya?”
“Aku sudah kehilangan ayah dan ibuku, aku sudah lama tidak bermanja dengan mereka, hanya kau harapan terakhirku untuk bermanja Sean, aku hanya ingin disayangi dan dicintai olehmu lagi, tolong biarkan aku tetap mendampingi kamu, aku mohon jangan bunuh aku Sean, aku berharap suatu saat nanti bisa memiliki anak darimu.” Sean mendekati Sonia dan memeluk Sonia dengan rasa sesal yang begitu mendalam di hatinya, rasa cemburu Sean tadi membuatnya gelap mata.
“Maafkan aku Sonia, harusnya kau tidak menikah denganku, harusnya kau menikah dengan Vanno, dia begitu baik padamu.”
“Tapi aku tidak mencintainya Sean, aku hanya ingin berumah tangga denganmu.” Sean mengeratkan pelukannya pada Sonia, dia menangis sesenggukan karena telah menyiksa Sonia sedemikian rupa hingga hampir membunuh istrinya itu.
Tubuh Sonia melemah, pelukannya di tubuh Sean terlepas, Sean menatap Sonia yang saat ini telah pingsan. Sean panik, dia langsung membawa Sonia ke rumah sakit, di punggung Sonia juga tertancap kaca.
Flashback Off
Sean menghapus air matanya begitu juga dengan Zoya yang mendengar cerita dari papanya.
“Tidak ada wanita sekuat mama kamu dalam menghadapi papa nak, bagaimana papa akan terpikir untuk selingkuh dari dia? Tidak ada wanita manapun di dunia ini yang bisa menggantikan mama kamu dalam hati papa, tidak ada dan tidak akan pernah ada. Kamu bisa lihat di punggung mama kamu, bekas luka itu masih ada.” Sean terus mengusap air matanya.
“Maafin Zee ya pa, aku udah bikin papa mengingat hal itu lagi.” Sean merangkul putrinya, Zoya juga terisak dalam pelukan Sean.
“Papa hanya takut jika karma menimpa keluarga kita akibat perbuatan papa ini Zee, itu kenapa saat kamu mengatakan kalau kamu menyukai Gavino, papa menolaknya. Papa hanya takut jika Gavino menyakiti kamu, karena papa sangat tau bagaimana dunia mafia, itu sangat kejam.”
“Tapi Gavino nggak pernah nyakitin aku.”
“Kan kamu belum jadi istrinya, ya mana kamu tau, kalau seandainya nanti dia sedang kalut atau sedang emosi, dia menyakiti kamu, papa nggak mau hal itu terjadi sayang.” Zoya semakin memeluk Sean, dia paham apa yang dirasakan oleh Sean saat ini.
Klek
Sean dan Zoya langsung melihat ke arah pintu, ternyata Sonia datang sambil membawakan makanan untuk Sean.
“Kenapa? Kok pada nangis?” tanya Sonia saat melihat mata anak dan suaminya merah dan sembab.
“Biasa, Zoya bilang kalau dia mau segera menikah, aku jadi sedih makanya kami nangis bersama.” Zoya melirik Sean dengan mata membulat, dia tidak terima jika dirinya dijadikan kambing hitam oleh papanya.
“Bisa banget papa bohongnya,” bisik Zoya yang membuat Sean terkekeh.
“Nikah aja yang dibahas, selesaiin dulu kuliah kamu Zee.” cetus Sonia.
“Bukan mama, siapa juga yang mau nikah, papa ini ngarang aja.”
“Oh iya aku bawain makanan untuk kamu sayang, aku bosan di rumah tadi, makanya aku ke sini.” Sean mengecup kening istrinya.
“Udah ah, berasa jadi nyamuk aku di sini, Zee pulang dulu ya ma, pa.” Zoya berdiri dari duduknya.
“Bareng aja nanti pulangnya.”
“Nggak deh ma, aku udah minta Gaby buat jemput, dia udah di jalan.” Zoya mencium pipi Sonia dan Sean lalu keluar dari ruangan papanya.
“Sayang.” Sean melirik istrinya.
“hm?”
“Beliin aku bakso dong, aku lagi pengen makan bakso,” minta Sonia dengan manja.
“Loh emang nya kamu ke sini tadi nggak beli bakso?”
“Aku mau makan sama kamu.”
“Pesan atau kita ke warung bakso?”
“Pesan aja, aku mau makan di sini.”
“Oke.”
Sean memesan bakso yang diinginkan oleh Sonia, lalu dia memakan cake buatan Sonia. Sean memeluk erat Sonia dan mengecup seluruh wajah istrinya itu dan mengucapkan maaf serta terima kasih berkali-kali pada Sonia.
“Aku mencintaimu Sonia, sangat mencintaimu.” Sean menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Sonia.
“Aku juga.” Balas Sonia lalu dia merasakan kalau lehernya basah karena air mata Sean, dia paham apa yang dirasakan oleh suaminya itu.
“Semua sudah berlalu sayang, jangan diingat lagi.” Sonia mencium tangan suaminya itu dengan lembut lalu mengusap pipi Sean.
...***...