Karena tidak ingin menyakiti hati sang mama, Garren terpaksa menikahi gadis pilihan mamanya.
Namun baru 24 jam setelah menikah Garren mengajukan perceraian pada istrinya.
Tapi perceraian mereka ada sedikit kendala dan baru bisa diproses 30 hari kedepan.
Bagaimanakah kisahnya? Apakah mereka akan jadi bercerai atau malah sebaliknya?
Penasaran? Baca yuk! Mungkin bisa menghibur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode dua empat.
Ponsel Garren berdering, Garren segera mengambil ponselnya dan menjawab panggilan tersebut.
"Hmmm, katakan!"
"Tuan, Amara menemui istrinya Ethan, saya merasa dia punya rencana."
"Terus awasi dan laporkan jika ada hal yang mencurigakan."
"Baik Tuan, saya akan mengawasinya."
"Bagus, aku akan transfer bonus untuk kamu bulan ini."
Belum sempat pria itu mengucapkan terima kasih, Garren sudah lebih dulu mematikan sambungan teleponnya.
Kemudian ia mentransfer bonus untuk pria yang memantau gerak-gerik Amara. Garren harus ekstra hati-hati lagi.
Karena bisa saja Septy adalah incaran Amara untuk balas dendam. Garren membuka kamera pengintai yang terhubung dengan ponselnya.
"Kok gelap? Perasaan kemarin sudah aku pindahkan," gumam Garren.
Merasa tidak puas hati, Garren pun bangkit dari duduknya dan keluar dari ruangannya. Ia langsung masuk ke ruangan Septy tanpa mengetuk pintu.
"Astaghfirullah, Mas! Kebiasaan masuk tidak mengetuk pintu terlebih dahulu. Lama-lama aku bisa jantungan." Omel Septy.
Garren hanya nyengir tanpa merasa bersalah sedikitpun. Matanya tertuju pada kamera tersembunyi yang ternyata tertutup oleh blazer Septy yang tergantung.
"Apa dia tahu jika aku memasang kamera tersembunyi?" batin Garren.
"Ada apa Tuan?" tanya Septy.
"Oh tidak. Kenapa pakaian mu digantung disini?" tanya Garren, kemudian mengambil blazer milik Septy.
"Gak apa-apa kok Tuan, tadi aku merasa sedikit gerah, jadi blazer nya ku lepas dan ku gantung disitu."
"Gerah darimana? AC nya dingin begini," batin Garren.
Garren pun menghampiri Septy dan memakaikan blazer ke Septy dengan alasan nanti masuk angin. Padahal Septy sudah memakai baju kemeja.
Septy pun menurut saja saat Garren memakaikan blazer ke tubuhnya. Setelah itu Garren pun pamit, tapi sebelum keluar ia mengecup kening Septy.
Saat Garren keluar, Septy tertawa cekikikan dan menutup kembali kamera tersembunyi itu dengan benda lain.
"Siapa suruh memasang kamera tersembunyi?" batin Septy.
Garren kembali dibuat heran, karena kamera nya masih gelap. Akhirnya iapun menyadari jika Septy sudah mengetahui semuanya.
Sementara disisi lain ...
Amara sedang bertemu dengan Novia istrinya Ethan. Ia akan memprovokasi Novia untuk melabrak Septy. Saat ini mereka sedang berada di sebuah cafe.
"Ada apa kamu mengajakku bertemu?" tanya Novia.
Amara memperlihatkan foto Septy dan Ethan yang telah ia edit sedemikian rupa. Kemudian ia tersenyum sinis.
"Bagaimana menurutmu?" tanya Amara.
"Tidak mungkin, selama ini Ethan tidak pernah bersama wanita lain."
"Apa bukti ini belum cukup? Jika kamu mau bekerjasama denganku untuk menyingkirkannya. Ayo!"
"Siapa wanita ini?" tanya Novia.
"Namanya Septy, dia bekerja di perusahaan milik Garren. Kamu ajak dia ketemuan dan kita labrak bareng-bareng."
Novia berpikir keras. "Aku akan tanyakan ini pada suamiku. Jika benar dia seperti ini? Maka ...."
"Mana mungkin suamimu mau mengakuinya? Jangan terlalu percaya dengan laki-laki seperti itu." Amara terus memprovokasi Novia.
Tanpa mereka sadari, pergerakan mereka sudah diketahui oleh orang suruhan Garren yang duduk selisih satu meja.
Pria itu juga diam-diam merekam percakapan mereka. Kemudian mengirimkan nya ke Garren.
Kemudian pria itu menerima pesan dari Garren untuk segera membereskan Amara. Pria itu hanya tersenyum dibalik maskernya.
"Bagaimana? Apa kamu setuju? Dia juga menggoda Garren di perusahaan. Hebat 'kan wanita ini. Bahkan suamimu pun tergoda olehnya." Amara terus memprovokasi Novia.
Hingga akhirnya Novia pun mulai terpancing. Dalam hati Amara bersorak senang karena berhasil memprovokasi Novia.
Setelah selesai Amara segera pergi dari cafe tersebut. Saat hendak masuk kedalam mobil, seorang pria membekapnya dari belakang.
Amara belum sempat bersuara, tapi sudah pingsan duluan. Pria itu membawa Amara kesuatu tempat.
Kemudian pria itu mengirimkan pesan kepada Garren bahwa dia sudah berhasil menangkap Amara.
Garren yang mendapat pesan dari bawahannya pun segera keluar dari ruangannya dan berjalan terburu-buru. Ia akan ke tempat bawahan membawa Amara.
Garren melajukan mobilnya setelah keluar dari gerbang. Ia ingin segera sampai ke tempat tersebut.
Sementara orang yang membawa Amara sudah berada di sebuah gudang. Amara diikat dalam keadaan pingsan.
Kemudian pria itu menyiramkan air kepada Amara, hingga Amara pun tersadar. Amara melihat seorang pria dengan senyum menyeringai.
"Siapa kamu? Dimana aku? Apa yang akan kamu lakukan?"
"Tenanglah Nona, kamu akan baik-baik saja."
"Tidak ... tidak! Lepaskan aku!"
"Tidak semudah itu Nona, karena kamu sudah berurusan dengan tuan Garren."
Amara tergaman saat mendengar nama Garren. "Tidak ... tidak mungkin!
"Apa yang tidak mungkin? Karena kamu sudah mengusik ketenangan ku," tanya Garren yang baru saja datang.
Amara melotot saat melihat Garren berjalan mendekati dirinya. Ia tidak menyangka jika Garren akan bertindak seperti ini.
"Kamu pikir aku akan lengah? Dengan membiarkan mu lepas agar kamu sadar. Tapi malah merencanakan sesuatu."
Amara menggeleng kuat, ia tidak ingin berakhir seperti ini. Ia benar-benar tidak tahu jika Garren bisa bersikap kejam seperti ini.
"Bereskan dia, aku tidak ingin dia berkeliaran lagi!"
"Baik Tuan!"
Garren tidak ingin membunuhnya, tapi akan mengirimkan nya ke RSJ. Bawahan Garren pun menyuntikkan sesuatu ke lengan Amara.
Dalam hitungan detik, Amara pun kembali pingsan. Garren pun segera pergi dari situ sebelum Septy menyadarinya.
Garren melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi agar segera sampai di perusahaan.
Saat tiba di perusahaan, ternyata Septy sudah berada di lobby perusahaan untuk pergi ke kantin.
"Sayang?" Garren berlari kecil menghampiri Septy.
Septy menoleh lalu mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu jika Garren sedang keluar. Ia pikir Garren masih didalam ruang kerjanya.
"Tuan, aku ingin makan siang di kantin."
"Kita makan diluar yuk! Sekali-kali agar tidak di kantin terus."
Para karyawan memekik tertahan saat melihat manisnya Garren memperlakukan istrinya. Mereka tidak menyangka, dibalik sikap dingin tuan nya, ternyata sangat romantis.
Begitulah penilaian para karyawan yang melihat keduanya. Namun mereka tidak berani bersuara.
"Tapi aku sudah janji dengan Sierra, Mas," kata Septy.
"Batalkan saja, lain kali baru makan bersama Sierra," ujar Garren.
Kebetulan Sierra juga baru keluar dari dalam lift. Septy pun meminta maaf jika dirinya tidak bisa menemani Sierra.
Sierra tentu saja tidak keberatan, ia mengerti jika tuan nya ingin bersama istrinya. Sierra tersenyum lalu mengatakan. "Tidak apa-apa."
Garren segera membawa Septy kesebuah restoran milik Aliando. Disana pemandangan nya indah dengan suasana alam seperti pedesaan.
"Kita mau kemana? Kok jauh banget?" tanya Septy saat mereka sudah dalam perjalanan.
"Tempat kak Aliando, kita akan makan disana," jawab Garren.
Septy tidak bertanya lagi, ia pasrah dibawa suaminya kemanapun. Hingga akhirnya mereka tiba disebuah restoran yang mereka tuju.
"Ayo sayang." Garren menggandeng tangan Septy masuk kedalam restoran tersebut.
Qirani yang melihat Garren dan Septy datang pun tersenyum. "Tumben kemari?" tanyanya.
"Biar Septy tahu tempat ini," jawab Garren.
Merekapun dibawa kesebuah rumah kecil, Septy memandang kagum tempat ini. Jika dari depan seperti restoran mewah pada umumnya.
Namun saat masuk kedalam dan keluar lagi kebelakang, ternyata terdapat rumah-rumah kecil seperti gubuk.
semngat thor..
itu sih yg aq tau dari ceramah nya UAS