Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Dominict berjalan menyusuri koridor istana dengan percaya diri dan langkah tegap menuju aula istana.
Hari ini ia di perintahkan untuk menghadap Raja Auguste di aula istana.
Sesampainya di pintu menuju aula istana para penjaga membukakan pintuku untuk Dominict.
Di sana sudah ada Mentri dan Petinggi istana lainnya, tampak menatap Dominict dengan tatapan sinis, namun Dominict tak menghiraukan tatapan orang-orang di sana terhadap dirinya. Bahkan di sana juga ada Pangeran Benedict menatapnya tajam.
Sesampainya ia di hadapan Raja Auguste, Dominict memberi hormat dengan menunduk lalu berlutut memberi hormat pada Sang Raja.
Tiba-tiba.....
" PLAK!! "
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Dominict, yang di lakukan oleh Sang Raja, Dominict tampak terdiam dan tak melawan tindakan Sang Raja.
" Dominict! Semala ini kau menjadi orang kepercayaanku. Tapi... Apa? Kau berani menodai putriku yang seharusnya kau lindungi. "
Dominict terdiam mendengar penjelasan Sang Raja, yang menjadi alasan kenapa ia di panggil dengan begitu mendadak.
Tampak raut kemarahan di wajah Raja Auguste, ia tak percaya orang yang selama ini ia percaya mampu menodai Sang Putri Kerajaan.
" Yang Mulia, semua ini salah paham. Saya tak pernah melakukan hal seperti itu. " Dominict mencoba berkilah dan membela diri dari tuduhan Sang Raja.
" Kau masih berkilah tak melakukanya!! "
Kata Sang Raja meninggikan suara menunjukan kemarahan dan kekecewaan yang mendalam terhadap Dominict.
" Yang Mulia. Saya dan Putri Ana tak melakukan hal sehina itu, saya dan Putri Ana hanya.... "
" Cukup Dominict! Aku tidak ingin mendengar apapun lagi! "
Belum sempat Dominict menyelesaikan kalimat pembelaannya Sang Raja sudah memotong perkataannya.
" Sebagai bentuk tanggung jawabmu.... Kau harus menerima konsekuensi atas perbuatanmu, Dominict. "
Lanjut Sang Raja, menatap dingin Dominict.
" Hukum cambuk dia! Dan.... Mulai hari ini... aku melarangmu untuk bertemu dengan, Anastasya lagi. perintah ini mutlak jika sampai kau melanggar maka kau akan membayar dengan kepalamu. " Titah, Sang Raja, menatap Dominict dingin tanpa perasaan.
Dominict terkejut dengan perintah itu, namun sebaliknya dengan Pangeran Benedict tampak ia menyunggingkan senyum kemenangan di wajahnya.
Dominict yang melihat reaksi Pangeran Benedict langsung mengerti bahwa ini ada kaitannya dengan Sang Pangeran.
Tak lama beberapa penjaga istana menarik dan menyeret Dominict keluar dari aula istana dengan paksa untuk menjalani hukumannya.
sementara itu di koridor istana, Sebastian tampak sedang terburu-buru. Tampak nafasnya tersengal.
" Yang Mulia!! "
Teriak Sebastian memasuki ruangan tampak ia sangat panik. Putri Ana terkejut melihat Sebastian yang panik bertanya apa yang sedang terjadi hingga Sebastian menjadi begitu panik.
" Ada apa, Sebastian? "
" Gawat! Yang Mulia! Jendral Dominict akan di hukum! " kata, Sebastian panik Sabil berusaha menenangkan dirinya.
" A... Apa?! kenapa tiba-tiba... Dominict akan di hukum? "
Tampak Putri Ana terkejut dengan berita itu.
" itu karena... Yang Mulia.... Saya takut malam itu ada yang melihat Jendral keluar dari kamar Anda, Yang Mulia. dan melaporkan hal ini pada Yang Mulia Raja. " jelas Sebastian, cemas.
Setelah mendengar penjelasan dari Sebastian, Putri Ana bergegas menuju ke lapangan militer kerajaan yang berada di bekang istana, yang kini di jadikan tempat berlangsungnya hukuman cambuk untuk Dominict.
Di sana banyak orang berkumpul, termasuk pegawai istana yang ingin melihat Sang Jendral Istana akan di hukum karena telah menodai Putri Kerajaan.
Dengan terburu-buru Putri Ana menuju ke lapangan pelatihan militer di mana Dominict akan menerima hukumannya. Namun belum sempat Putri Ana sampai di sana beberapa penjaga istana menghalanginya agar tak membiarkan Putri Ana melihat proses hukuman Dominict.
" Apa-apaan ini! Biarkan aku lewat! " Perintah, Putri Ana, namun Para Penjaga tampaknya tak menggubris perintah itu.
" Maafkan kami, Yang Mulia. Kami tak bisa membiarkan Anda lewat. " Kata, Para Penjaga istana yang menghalangi Putri Ana.
" Kalian ini... "
Tiba-tiba sebuah tangan menarik lembut tangan Putri Ana.
" Ana. Apa yang kau lakukan di sini? Kau tidak seharusnya memaksa mereka, mereka sedang menjalankan tugas mereka untuk melindungimu. " Ucap, Pangeran Benedict memegang lembut tangan Putri Ana.
" Pangeran?! " Menyadari Pangeran Benedict yang menarik tangannya.
" Dominict, sudah melakukan kesalahan dengan telah melakukan hal yang tak pantas terhadapmu, Ana. " Lanjut, Pangeran Benedict coba menjelaskan.
" Tapi... Dominict... "
" Sudah! aku tahu perasaanmu saat ini, Ana. Aku juga berusaha untuk melindungimu, Ana. " ucap, Pangeran Benedict lembut lalu membawa Putri Ana pergi dari sana dan tak membiarkan Putri Ana melihat proses hukuman Dominict.
Sesaat Pangeran Benedict melirik Dominict yang tampak seragamnya sedang di lucuti, semua atributnya yang menunjukan bahwa ia adalah seorang jendral istana di lepaskan satu persatu, kemudian ia di paksa berlutut di tengah lapangan untuk menerima hukuman cambuk yang telah di titahkan oleh Sang Raja.
Dominict melihat Pangeran Benedict membawa Putri Ana pergi, tergurat jelas tersenyum kepuasan di wajah Sang Pangeran melihat Dominict menerima hukuman dari sang Raja Auguste.
Di tengah lapangan algojo yang akan memberi hukuman pada Dominict terlihat ragu untuk memberikan hukuman padanya. Namun Dominict memberikan isyarat agar tetap melakukan hukuman cambuknya.
Kemudian Algojo mengayunkan cambuknya ke tubuh Dominict dengan cepat.
Merasakan hempasan cambuk di tubuhnya, Dominict tampak meringis sesaat setelah tubuhnya menerima cambukan.
Hukuman itu di terima Dominict cukup lama, hingga tubuhnya terluka dan Dominict masih bertahan meski harus menahan sakitnya ketika setiap cabukan harus mendarat di tubuhnya.
" Ayah! Aku mohon hentikan hukuman itu, Dominict tidak bersalah dia hanya...... " jelas, Putri Ana pada Ayahanda-Nya.
" Ana. Ayah inginan melindungimu. Dominict memang pantas mendapatkannya setelah apa yang telah ia perbuat terhadapmu, Sayang. "
" Tapi.... "
" Ana.. Ayah hanya ingin melindungimu, meskipun Dominict adalah orang kepercayaanku. Tapi tindakannya sudah kelewat batas. Bagaimana mungkin dia berani menyentuhmu seperti itu! " Jelas, Sang Raja mencoba menjelaskan.
" Tapi... Ayah Dominict tidak melakukannya dia... "
Belum sempat Putri Ana menyelesaikan kalimatnya.
" Cukup, Ana! Ayah berharap padamu dan ayah juga tahu kau dekat dengannya, tapi ayah harap kau tidak memiliki hubungan seperti itu dengannya. " Kata, Sang Raja lagi tampak raut wajahnya kecewa.
Putri Ana tahu Ayahanda-Nya merasa masih tak percaya dengan apa yang telah di lakukan Dominict pada Putri Ana.
" Tapi... Ayah, Dominict memang tidak melakukan apapun! Dia hanya memriberiku surat undangan pernikahan saja. Jadi ayah jangan hukum dia seperti ini. "
Putri Ana mencoba terus meyakinkan Raja Auguste, ayahnya untuk mempercayainya.
" Ana. Ayah ingin kau mengerti. Sebagai seorang Jendral istana, apa pantas dia masuk ke dalam kamar tidur seorang Putri Kerajaan yang seharusnya dia lindungi dan jaga kehormatannya? " Auguste, masih mencoba tetap sabar.
" Tapi.... "
" Cukup, Ana!! Ayah tidak ingin dengar apapun lagi! Sebelum ayah bertindak lebih jauh lagi. Ayah mungkin saja akan mencopot jabatannya! Dan mulai hari ini dan seterusnya ayah melarangmu bertemu dengannya dalam bentuk apapun!! "
Tampaknya Auguste sudah benar-benar tak bisa menahan amarah dan kekecewaannya dengan tindakan Dominict dan tak mau mendengarkan apapun penjelasan dari Putri Ana.
~o0o~
Malam harinya, stelah upaya meyakinkan Raja Auguste tidak berhasil Putri Ana mencoba menemui Dominict diam-diam, meski telah mendapatkan peringatan dari Auguste, Ayahnya sepertinya Putri Ana tak mau menuruti perintah tersebut.
Putri Ana mengendap-endap dan berusaha bersembunyi dari pandangan para penjaga istana dan menyelinap ke biro militer bahkan Sebastian pun tak mengetahui Putri Ana pergi dari kamarnya.
Sementara itu, di dalam kantornya Dominict tampak menahan sakit dan pedih pada luka di tubuhnya akibat hukuman cambuk yang ia terima.
" Aku tahu kau di sana! Katakan apa yang kau inginkan! " Kata, Dominict masih sambil membersihkan luka di tubuhnya.
Dominict, tampak menyadari ada seseorang di luar ruangan kantornya.
" Hebat. Kau tahu aku di sini. "
" Aku bisa merasakan aura membunuh darimu, Pangeran. "
Bersambung......
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung