(Warning !! Mohon jangan baca loncat-loncat soalnya berpengaruh sama retensi)
Livia Dwicakra menelan pil pahit dalam kehidupannya. Anak yang di kandungnya tidak di akui oleh suaminya dengan mudahnya suaminya menceraikannya dan menikah dengan kekasihnya.
"Ini anak mu Kennet."
"Wanita murahan beraninya kau berbohong pada ku." Kennte mencengkram kedua pipi Livia dengan kasar. Kennet melemparkan sebuah kertas yang menyatakan Kennet pria mandul. "Aku akan menceraikan mu dan menikahi Kalisa."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 30
Seorang wanita cantik turun dari mobil hitam. Dia melangkah masuk ke sebuah rumah mewah. Dia membuka kaca mata hitamnya dan seorang pelayan menyambutnya.
"Nyonya Helen sudah menunggu anda. Mari saya antarkan."
Kalisa mengangguk, dia pun masuk dan mengekori wanita setengah baya itu menuju lantai atas. Dia membuka pintunya dan melihat seorang wanita dengan memakai dress warna hitam. Di depannya ada seorang pria.
"Mama, kenapa dokter itu ada di sini?"
"Kennet sudah memiliki anak." Satu kalimat itu membuat Kalisa melebarkan kedua matanya. Dadanya terasa panas dan terbakar. "Apa maksud Mama? Aku dan Kennet tidak memiliki anak, tidak mungkin kami memiliki anak karena aku ..."
"Bukan, Livia. Dia sudah melahirkan anak Kennet."
Air mata Kalisa turun. Dia menggigit bibir bawahnya. Kedua tangannya mengepal kuat.
"Aku akan membawa anak Kennet dan dia akan menjadi pewaris Kennet." Dia melirik menantunya itu. Dialah yang memisahkan mereka, ia tidak suka pada wanita kampung seperti Livia. Ia hanya menyetujui karena suaminya. "Kau tidak bisa mengandung dan anak-anak Livia adalah pewaris sahnya."
"Tidak Ma, Mama kita bisa mengadopsi."
"Apa kau pikir aku gila? Aku sudah merencanakan semuanya dengan matang dan kau menyuruh mengadopsi anak?" Dia pura-pura mati di kecelakaan itu namun ia sebenarnya hidup. Seandainya saja Kalisa memiliki anak, ia tidak perlu repot-repot mengambil anak Livia. Dan beruntungnya dia memiliki lima anak kembar. Bahkan Kennet sudah lama mengetahuinya dan putranya yang bodoh itu masih saja mengejar Livia.
Ia kira Kalisa akan mengandung, dan ia akan muncul ketika cucunya lahir. "Aku sudah memikirkannya bahwa anak Livia ..."
"Bagaimana dengan Livia? Tanya Kalisa. Ia tidak rela wanita itu datang lagi. Ia sudah sepenuhnya mempertahankan Kennet. Ternyata selama ini Kennet sudah mengetahuinya dan diam-diam menemui mereka.
"Pisahkan saja anak dan ibunya. Pegang Kennet, kita buat Kennet tidak menyukai Livia."
"Ma, berarti Kennet selama ini masih menyukai Livia?" tanya Kalisa tidak percaya.
"Benar, Kennet masih menyukai Livia. Apa hebatnya wanita kampungan itu. Padahal aku sudah mencoba memfitnahnya dengan kecelakaan itu. Tetapi Kennet tidak mempercayainya hingga fakta mandul itu membuat keduanya berpisah.
Kalisa tersenyum tipis, jadi selama ini dia hanya bayangan saja. Bahkan ia ingat saat Kennet menyentuhnya, pria itu diam sejenak dan kemudian melanjutkan. Bisa saja dia melakukannya bersamanya saat teringat pada Livia. "Dimana Livia? Aku ingin tau keberadaannya. Aku ingin melihatnya." Ingin sekali ia mencakar wajahnya yang sok polos itu. Ia akan membuat perhitungan dengannya agar menjauh dari Kennet.
"Indonesia, tepatnya di Jakarta."
Kalisa berbalik, ia langsung bergegas pergi dan membuat penerbangan ke Jakarta. Ia ingin melihat wanita yang sudah menyerah itu ternyata masih menginginkan Kennet.
"Nyonya bagaimana dengan Saya?" tanya dokter itu.
"Pergilah, aku akan membuat hidup kalian nyaman tanpa tinggal di sini lagi." Tegas nyonya Helen.
....
Di tempat lain, Kennet masih memohon agar Livia memaafkannya.
"Sudah Kennet, semuanya sudah berakhir. Tolong jangan mencari kami. Jika kamu ingin melihat kami bahagia dan membuat kami bahagia, jangan pernah hadir lagi di hidup kami. Kennet, aku dan Alan akan menikah. Jadi lebih tepatnya jangan mengganggu hubungan kami."
Kennet rasanya ingin gila mendengarkan ucapan Livia. Ia tidak percaya. "Tidak Livia, kau sangat mencintai ku. Kau tidak bisa pergi, Daddy, Mommy sudah pergi Livia. Kau juga ingin pergi dari kau? Aku sendiri Livia."
Livia memandangi wajah Kennet. Wajah itulah yang setiap malam ia mengusapnya diam-diam. Mencium keningnya dalam diam. "Kennet dulu kau mempercayai ku saat semua orang mengatakan bahwa aku yang membuat Mommy kecelakaan. Tetapi pada saat kau mengatakan bahwa anak itu bukan anak mu. Rasanya sangat sakit Kennet."
"Maafkan aku, maafkan aku, tolong jangan menikah. Baiklah aku tidak akan mengganggu mu asalkan jangan menikah. Aku akan diam Livia, aku akan diam."
"Ma.." Si kembar melihat dari bahwa toko rotinya di tutup dan mereka melihat keberadaan Bernad di pintu mobil.
"Buat apa tuan datang kesini lagi? Tolong jangan ganggu kami." Caesar menghalangi Kennet yang berdekatan dengan ibunya. Dia menjadikan tubuhnya sebagai tameng. "Jangan mengganggu kehidupan kami lagi. Anda tidak berhak datang kesini lagi."
"Nak, aku Papa mu. Selamanya akan tetap menjadi Papa mu,"ucap Kennet dengan nada tercekat, rasanya ia tidak kuat menahan. "Maafkan Papa."
"Saat aku memberikan pilihan, kau sudah memilihnya. Kau sudah memilih istri mu dari pada kami. Kalau kau ingin mendatangi kami, ceraikan istri mu."
Kennet memejamkan kedua matanya. Dia mengusap air matanya. "Baik, aku akan menceraikan Kalisa. Tapi kalian harus menetapi janji kalian untuk bersama ku. Aku tidak akan meminta ibu mu mau menikah dengan ku tapi hanya kalian tidak boleh menjauh dari ku dan menerima ku. Aku akan menceraikan Kalisa."
Caesar dan yang lainnya, terkejut. Mereka kira Kennet akan menyerah seperti lima tahun lalu, tapi di luar dugaan. Kennet akan menceraikan Kalisa.
"Aku akan menceraikan Kalisa seperti yang kalian mau." Kennet menatap lekat wajah Livia, dia keluar dan masuk ke dalam mobilnya.
Sedangkan Anita dan Erland menatap Livia dan si kembar. Zelo merasa kasihan, dia memeluk Khanza dan pada akhirnya Khanza juga menerima pelukannya.
...
Kalisa menghubungi Kennet beberapa kali. Hatinya curiga bahwa Kennet berada di Indonesia. Pantas saja suaminya sering pergi ke luar negeri dengan alasan bisnis ternyata karena Livia dan anak-anaknya. "Awas kamu Livia, beraninya kau merayu Kennet dengan alasan anak. Aku akan membuat perhitungan dengan mu."
Dia melemparkan ponselnya ke kursi dan menambah kecepatan mobilnya.
Sesampainya di mansion, dia menyuruh seseorang untuk menyiapkan penerbangannya ke Indonesia tepatnya di Jakarta. Dia melihat ponselnya dan melihat sebuah alamat beserta toko roti Livia dan rumahnya dari ibu mertunya itu.
"Aku harus menemui mereka. Sudah 10 tahun ternyata ia hanya menjadi bayangan dari Livia saja."
Ia mengambil beberapa pakaian dan memasukkannya ke dalam koper. Tepat saat melipatkan pakaiannya lagi, ia menangis dan melemparkan pakaiannya ke lantai. "Livia, Livia, aku membenci mu." Padahal di seluruh mansion ini sudah tidak ada foto Livia. Dia teringat dengan ruang kerja Kennet, jangan-jangan suaminya itu menyembunyikan foto Livia di ruang kerjanya.
Dia berlari ke ruang kerja Kennet, memang di atas meja tidak ada foto Livia dan bersih hanya ada beberapa berkas saja. Dia pun menarik sebuah laci dan melihat foto Livia. Ia mengambilnya dan tangannya bergetar, ia langsung membuangnya dan menginjak foto Livia. Dia kembali melihat foto pernikahan Livia dan Kennet. Kemudian mengambilnya dan menyobeknya menjadi beberapa sobekan.
"Arggh!!"