Nara adalah anak bungsu dari tiga saudara, Kedua Kakak nya selalu hidup di perhatikan oleh orang tua nya. Segala sesuatu pasti di turuti, Beda hal nya dengan Nara yang selalu tersisih dalam keluarga, karena dia bukan lah anak dari istri sah nya Tono.
Suatu hari Nara berjuang untuk hidup dan mati karena di tabrak oleh Nayla Kakak nya sendiri, Saat sedang sekarat. Seorang pria misterius menyelamatkan nya dan mendidik Nara menjadi sosok yang kuat, Lima tahun kemudian Nara kembali lagi dan membalas sakit hati nya kepada keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Tawaran Nadia
Rasa putus asa mulai bersarang di hati Alan karena dia tak kunjung menemukan keberadaan Nara yang sudah satu bulan ini hilang tak tahu rimba nya. Inal bilang bahwa gadis itu do buang kekota oleh saudara kembar nya, Namun mencari di kota bukan lah hal yang mudah untuk di lakukan karena kota sangat luas. Entah di bagian mana mereka membuang Nara sehingga sangat sulit sekali menemukan gadis pujaan hati nya, Sudah satu bulan dan sama sekali tak ada kabar berita tentang Nara, Bahkan kabar kematian juga tidak ada. Alan takut nya kembar membuang Nara kerumah bordil sehingga gadis cantik itu menjadi pelacur di sana, Karena di kota tentu banyak tempat yang seperti itu.
"Di mana kau sekarang, Nara?" Alan duduk sendirian sambil membayangkan senyum manis Nara.
Gadis yang senyum nya sangat menawan walau di dalam senyum itu menyimpan sejuta luka yang tak banyak orang tahu, Sebab Nara sangat pandai menyembunyikan kesedihan nya, Kecuali kepada teman nya dia baru mau cerita. Dengan Alan saja dia terlihat enggan karena Nara tahu Nayla dan Nadia suka pada pemuda itu sehingga dia tak mau cari masalah, Lebih baik menjauh saja dan pura pura tak punya perasaan dari pada nanti ujung ujung nya di hajar oleh si kembar.
"Belum berhasil cari Nara?" Sebuah suara membuat Alan menoleh.
"Mau apa kau?!" Alan bertanya sengit karena sudah benci dengan gadis ini.
"Tak perlu kau benci aku, Kedagangan ku ini membawa hal bagus untuk mu." Ucap Nadia.
"Ku rasa tak ada yang bagus dari mu!" Ketus Alan.
Nadia tersenyum getir karena sudah jelas sekarang pria yang ia sukai sangat membenci nya, Sekuat tenaga dia berusaha mengejar namun Alan terus saja lari tak pernah mau menoleh pada Nadia sehingga gadis ini merasa geram dan marah karena merasa di remehkan, Menolak nya hanya karena Alan lebih memilih Nara adik yang paling ia benci seumur hidup.
"Aku tahu lokasi tempat Nayla membuang Nara." Pancing Nadia.
"Tentu saja kau tahu karena kalian berdua lah yang sudah membuang nya!" Sengit Alan.
"Sekarang tergantung padamu, Bila kau memang ingin tahu maka kau harus menuruti ucapan ku." Tegas Nadia.
Alan menatap sengit pada gadis licik ini, Tampak nya Nadia menghianati Nayla karena ingin mendapatkan sesuatu dari Alan. Dia mau membuka rahasia milik mereka berdua, Alan agak penasaran dan mungkin ini bisa lebih baik untuk mencari keberadaan nya Nara yang sekarang entah di mana. Mau cari sendiri pun entah sampai kapan karena kota sangat besar, Sedangkan Alan tak tahu pasti kota sebelah mana nya Nara di buang.
"Apa yang kau ingin kan dariku?" Tanya Alan menatap Nadia.
"Kencan, Aku ingin kita berpacaran selama satu minggu dan aku akan memberitahu mu." Nadia mengatakan apa yang ia mau.
"Gila kau!" Seru Alan tak terima.
"Jelas! Aku memang gila, Gadis sialan itu yang membuat ku gila." Nadia mencengkeram kerah kemeja Alan dengan berani nya.
"Lepaskan aku! Nara bukan gadis sial, Hanya dia jatuh keluarga yang sial." Geram Alan.
"Terserah kau mau bilang apa, Aku hanya ingin menawar kan itu saja." Nadia memakai kaca mata hitam nya dan segera pergi dari sini.
Alan termenung karena masih bingung dengan keputusan yang akan ia ambil, Namun bila menolak mau sampai kapan dia mencari Nara yang entah di mana. Bila Nadia mengatakan di mana lokasi nya, Maka akan semakin Alan untuk bisa menemukan Nara, Tapi dia juga tak bisa memaksa kan hati untuk menerima tawaran yang sudah Nadia katakan tadi.
Gila nya Nadia Alan sudah tahu, Gadis itu pasti akan memanfaat kan waktu satu minggu itu untuk memeras Alan agar mau bersikap layak nya pasangan. Membayangkan saja sudah membuat Alan ngeri, Tapi bila menolak maka dia hanya bagai kan orang buta saja yang tak tahu arah jalan untuk mencari Nara.
"Mas Alan!"
"Zizi, Dari mana?" Alan menegur teman nya Nara.
"Habis di suruh Ibu ngantar nanas kerumah nya Bu Bardi, Mas." Jawab Zizi.
"Sudah malam gini masih saja kamu berani keluar, Kan bisa besok." Nasihat Alan.
"Besok tinggal berangkat kerja, Jadi ku antar sekarang." Cengir Zizi.
Zizi bisa melihat wajah Alan yang muram karena tak kunjung menemukan kebaradaan nya Nara, Dia juga cemas karena Nara sudah lama sekali menghilang. Memikirkan bila seandai nya Nara sudah meninggal, Membuat Zizi lemas sendiri dan langsung meneteskan air mata karena takut dengan pikiran nya yang sangat buruk itu.
"Kenapa, Tiba tiba saja kamu menangis?" Kaget Alan.
"Aku membayangkan bila Nara sudah meninggal karena tak kuat dengan siksaan yang terlalu kejam, Mas! Kok rasa nya sakit sekali bila pikiran ku sampai sana." Zizi mengusap air mata nya.
"Tidak mungkin begitu, Nara masih hidup kok." Alan berusaha menenangkan.
"Aku takut sekali, Ya allah!" Zizi menutup wajah nya dengan telapak tangan.
Alan masih tak percaya bila Nara sudah meninggal karena siksaan mereka semua, Apa lagi saat itu Inal sudah memberitahu bahwa Nara di buang kekota oleh kembar. Mungkin saja Nara masih hidup di kota, Malah Alan takut nya Nara di buang kerumah bordil dan selama nya jadi pelacur di sana. Alan dan Zizi beda pemikiran, Inti nya mereka sama sama kehilangan dengan sosok Nara yang sangat baik dan ramah, Bila orang lain mungkin saja sudah tak kuat tersenyum karena beban yang ia pikul di pundak nya, Namun Nara memang sangat kuat menghadapi ini semua.
"Diam lah, Semoga Nara baik baik saja dan kita bisa bertemu lagi." Hibur Alan menepuk pundak Zizi.
"Andai saja bisa, Akan ku paksa Nadia dan Nayla itu untuk mengaku." Geram Zizi.
Mendengar ucapan Zizi, Alan jadi ingat dengan tawaran nya Nadia tadi. Rasa ragu mulai menghantui pikiran nya, Apa memang lebih baik di ambil saja supaya bisa segera tahu di mana Nara berada.
"Tadi Nadia menawarkan padaku, Dia mau bilang lokasi tempat mereka membuang Nara! Asal kan aku mau pacaran dengan dia selama satu minggu, Menurut mu bagai mana?" Tanya Alan mencoba untuk bertukar pikiran.
"Nadia? Kan dia pelaku nya, Berarti dia memang tahu dong." Kaget Zizi.
"Dia tak mengakui, Zi! Malah dia bilang kalau Nayla yang membuang Nara." Ucap Alan.
"Kamu yakin ucapan dia bisa di percaya, Mas?" Tanya Zizi ragu.
Melihat Zizi yang juga ragu dengan tawaran nya Nadia, Alan juga kembali ragu. Bisa saja Nadia cuma berbohong hanya untuk pacaran dengan Alan saja, Toh gadia itu memang sangat licik sekali.
😆
Tapi bagus sih, berani nulis kyk gini
sadis sih,,tp tetep aja dendam tetap menyala,,kalo ga ada edwin nara tinggallah nama..