Welcome Yang Baru Datang☺
Jangan lupa tinggalkan jejak, Like, Vote, Komen dan lainnya Gais🌹
=====================================
Irene Jocelyn harus kehilangan masa depannya ketika ia terpaksa dijual oleh ibu tiri untuk melunasi hutang mendiang sang ayah. Dijual kepada laki-laki gendut yang merupakan suruhan seorang pria kaya raya, dan Irene harus bertemu dengan Lewis Maddison yang sedang dalam pengaruh obat kuat.
Malam panjang yang terjadi membuat hidup Irene berubah total, ia mengandung benih dari Lewis namun tidak ada yang mengetahui hal itu sama sekali.
hingga lima tahun berlalu, Lewis bertemu kembali dengan Irene dan memaksa gadis itu untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi lima tahun lalu.
Perempuan murahan yang sudah berani masuk ke dalam kamarnya.
"Aku akan menyiksamu, gadis murahan!" pekik Lewis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa masalah
Irene terbangun ketika mendengar ketukan pintu yang tiada henti. Seolah tengah memburunya dengan segera.
Ia menggeliat dan melihat waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Tanpa menunggu lama, ia langsung bangkit dan terkejut ketika Pak Man berada di depan pintu dengan cemas dan juga kesal.
"Ada apa Pak?" tanya Irene bingung.
"Saya pikir anda sudah tidak bernapas lagi. Dari tadi saya memanggil anda!" ujarnya sedikit ketus.
Irene terdiam. "Maaf, saya ketiduran," ucapnya penuh sesal.
"Orang dari butik sudah menunggu anda dari siang! Sekarang mereka harus kembali ke toko, barang kali ada baju yang mau anda ambil atau tidak," ucapnya tegas.
Irene hanya mengangguk dan mengikuti langkah kaki Pak Man den perasaan aneh.
Apa dendam pak tua ini kepadaku? Kenapa harus berbicara ketus seperti itu?. Batin Irene tidak suka.
Semua pakaian mewah di ruang tamu membuat Irene tidak enak hati untuk mengambilnya.
"Apa tidak ada pakain biasa? Saya tidak akan pergi ke pesta!" tanya Irene polos.
Ia tidak tau jika Lewis membawakan baju-baju dengan harga selangit.
"Nyonya, setidaknya tolong beli satu atau dua potong pakaian. kami sudah menunggu anda seharian di sini, namun tidak ada satupun baju yang anda inginkan?" ucap salah satu manager dengan kesal.
"Betul, Nyonya! Waktu kami sangat berharga untuk mengejar target penjualan. Seharian di sini, tapi anda tidak membeli apapun!".
Pak Man yang melihat itu semakin tidak suka. " Nyonya, sebaiknya anda memilih satu dari produk mereka masing-masing. Jangan sampai Tuan Lewis marah dan kami juga kena imbasnya!" ancam pria tua itu.
Irene hanya menatap mereka datar, ia merasa semakin tidak enak hati. Akhirnya ia mengambil satu dari masing-masing toko dan menghubungi Lewis saat itu juga.
"Kenapa?" tanya pria tampan itu di balik telepon.
"Besok saya bisa membeli baju sendiri. Mereka gak usah datang sampai ke rumah dan menyalahkan saya karena ketiduran!" ucap Irene kesal.
Mereka semua terkejut dengan respon wanita cantik ini yang langsung menghubungi Lewis.
"Apa tidak ada yang sesuai?" tanya Lewis heran.
"Saya hanya di rumah, kenapa anda membawa baju pesta ke sini? Sekarang saya terpaksa mengambil satu baju dari masing-masing mereka! Besok biar saya pergi sendiri!" ketus Irene langsung mematikan ponsel tanpa menunggu jawaban Lewis.
Ia menatap semua orang yang ada di ruangan itu. Wajah mereka terlihat pucat dengan keringat yang mulai keluar dari pori-pori.
"Maaf sudah merepotkan! Saya tidak tau kalau kalian datang siang ini! Sebagai ganti rugi, nanti saya akan minta kepada Tuan Lewis untuk memberikan kalian bonus, semoga saja dia mau!" ujar Irene ketus.
"Nyo-nyonya, kami minta maaf. Kami tidak bermaksud seperti tadi, mohon maafkan kami!" ucap salah satu manager.
"Saya yang minta maaf! Besok tidak usah repot-repot datang lagi!" ketus Irene.
Tadi mereka bersikap semena-mena, setelah ia menelpon Lewis sekarang terlihat seperti kucing yang dipukul dengan lidi.
Ia berjalan meninggalkan ruang tamu dan kembali ke kamarnya. Ia masih merasa pusing, ditambah dengan kejadian sore ini.
Tanpa ia sadari, penolakan Irene adalah hari terakhir mereka bekerja. Saat itu juga George menghubungi para pemilik butik untuk memutuskan kerja sama mereka karena ketidak puasan Irene.
Pak Man yang melihat ekspresi mereka merasa jika Irene begitu semena-mena dengan orang lain tanpa mempertimbangkan apa yang akan terjadi setelah ini.
"Kalian pulanglah dulu, nanti saya bicarakan dengan Tuan Lewis, ini hanya kesalahpahaman saja!" ucap Pak Man tegas.
"Pak, tolong kami! Pekerjaan ini sangat kami butuhkan!" pinta mereka.
Pelayan yang melihat itu merasa iba, ia tidak tau jika nyonya baru mereka langsung bertindak seperti ini kepada Lewis.
Pro dan kontra mulai berdatangan tentang sikap Irene hari ini.
Ketika mereka pergi, ruang tamu itu terlihat kosong dan kembali dibersihkan. Pak Man menatap Pintu kamar Irene dengan perasaan tidak suka.
Ia harus mendisiplinkan gadis ini, walaupun statusnya adalah Nyonya rumah yang belum sah.
Setidaknya Irene bisa tau apa konsekuensi yang diterima jika berani menyinggung Lewis.
"Katakan kepada koki, Jangan memasak untuk Nyonya! Malam ini tidak ada makanan untuknya!" ucap Pak Man membuat mereka terdiam.
Namun mereka langsung melakukannya dan membuat kepala koki menggeleng. "Apa tuan Lewis yang menyuruhnya?" tanya Satya.
Pak Man menatapnya dengan datar dan pergi meninggalkan dapur. Irene berhasil mengganggu ketenangan dan kenyaman di rumah ini. Ia tidak akan membiarkannya bertindak semena-mena.
Hingga malam menjelang, Irene hanya di kamar seharian. Kini perutnya terasa lapar dan keroncongan.
Tanpa menunggu lama, Irene berjalan menuju ruang makan, ia tidak melihat satupun makanan di atas meja. Ia mengernyit dan langsung berpindah menuju dapur.
Kulkas terkunci rapat dan tidak ada tanda-tanda makanan di sini. Ia hanya menghela napas berat.
Harusnya aku tidak dikenalkan sebagai nyonya, cukup sebagai selir atau simpanan saja. Bahkan pelayan pun tidak menghargaiku. Batinnya.
Namun ia tidak ambil pusing, dulu menahan lapar adalah kelebihannya. Dengan hanya meminum dua gelas air putih, sudah cukup untuk mengganjal perutnya hingga pagi menjelang.
Bukan tidak bisa membeli makanan, gofud hanya bisa mengantarkan sampai gerbang luar, sementara ia bahkan tidak bisa keluar dari pintu utama.
Irene memilih untuk kembali ke kamar dengan perut yang kenyang terisi air.
Tanpa sengaja, ia bertemu dengan Pak Man, kepala pelayan di Mansion Lewis.
"Mari, Pak!" sapa Irene berlalu,
"Nona!" panggil Pak Man dengan wajah datar.
Irene berhenti dan menatap pria tua itu dengan bingung.
"Anda masih baru di sini, jangan membuat kekacauan dan sembarangan mengadu kepada Tuan Lewis!" tegas Pak Man membuat Irene bingung.
"Mereka yang datang tadi sudah dipecat karena pengaduan anda!" jelas Pak Man membuat Irene terdiam.
Benarkah sampai seperti itu?. batinnya.
"Jangan salahkan kami kalau tidak bisa menghargai Anda!" ujar Pak Man membuat Irene sadar bagaimana posisinya.
Ia hanya tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih peringatannya. Maaf sudah membuat kegaduhan!" ucap Irene.
Pak Man menatap Irene dengan datar. Ia tidak suka dengan keberadaan gadis ini.
Irene menyadari hal itu, namun ia tidak ingin menimbulkan masalah lebih banyak lagi. Ia segera kembali kamar dan terdiam.
"Ternyata sesusah ini hidup di lingkungan elit. Bahkan dulu, aku tidak pernah dilayani seperti seorang Nona Muda setelah Bunda meninggal," lirih Irene.
Matanya enggan terpejam malam ini. Ia hanya bisa meratapi nasib yang baru saja membaik, namun kini malah berantakan.
Tanpa sadar, Irene terlelap hingga pagi menjelang. Ia menatap ponsel di mana Lewis belum menghubunginya hingga saat ini.
Ia langsung membersihkan diri, namun memilih untuk tetap di kamar agar tidak bertemu dengan mereka.
Bukankah saat ini ia bisa kabur dari genggaman Lewis karena pria itu tidak ada di sini?.
Irene tersadar dengan satu hal, hanya pelayan yang mengenal siapa dia, namun tidak untuk pengawal dan penjaga.
Irene memutuskan untuk berganti pakaian yang sedikit lebih mewah dan segera keluar dari sana.
Langkah kaki anggun yang begitu menawan, polesan make up tipis seadanya namun tidak menutup kecantikan yang dimiliki oleh Irene.
"Selamat pagi, Nyonya. Anda mau ke mana?" tanya Mia salah satu pelayan.
"Saya mau ke luar sebentar," ucap Irene tersenyum dan melanjutkan langkahnya.
Namun ia terkejut ketika melihat siapa yang tengah duduk di ruang tamu dan ditemani oleh beberapa pelayan di sana.
"Clara!".
"Irene!".
di tunggu bab selanjutnya ya🥲🥲