Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 - Generasi Sandwich
"Ya habis buat ini-itu," jawab Fajar.
"Ini-itu apa, Bang?"
"Banyak, Kar. Susah jelasin ke kamu nya. Nanti kalau kamu sudah rumah tangga pastinya paham,"
"Dulu abang sudah dikuliahin ayah sama ibu di perguruan tinggi. Eh, malah gak serius sampai kena DO. Coba waktu itu abang serius kuliah, pasti lulus jadi sarjana. Bisa dapat kerjaan yang lebih baik dengan gaji gede. Bukan hanya sebatas sopir mobil box begini yang cuma tamatan SMA," ucap Sekar tanpa bermaksud menghakimi sang kakak maupun pekerjaannya.
Dirinya hanya berusaha mengeluarkan unek-unek yang selama ini terpendam di dalam hatinya. Sebab, anjuran dari psikiaternya agar Sekar berani untuk speak up atau berbicara secara terbuka pada keluarganya.
Namun sebagai anak bungsu di dalam keluarganya, Sekar masih berusaha berucap segala hal dengan batas-batas kewajaran dan kesopanan. Ia tak ingin meninggikan suaranya, terutama pada wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Ungkapan :
Sur_ga di bawah telapak kaki ibu.
Sekar tentu masih sangat berharap ridho dan sur_ga dari ibu kandungnya itu agar berkah dunia dan akhiratnya.
"Kenapa jadi bahas masa lalu abang?"
"Faktanya kan seperti itu, Bang. Sekar cuma pengin abang itu jadi laki-laki sejati dan bisa diandalkan di keluarga kita. Kalau Abang belum bisa nyenengin orang tua, ya jangan beri beban pada ayah dan ibu."
Sekar juga menjelaskan jika seorang anak laki-laki tetap menjadi "milik" ibunya meskipun sudah menikah. Beda dengan anak perempuan ketika nanti sudah menikah, maka menjadi milik suaminya bukan orang tuanya.
Kewajiban anak laki-laki untuk berbakti kepada ibunya akan terus berlanjut, walaupun sudah memiliki istri.
Kewajiban berbakti kepada orang tua (birrul walidain) hukumnya wajib bagi seorang anak dan terus berlanjut meskipun anak tersebut sudah berumah tangga.
"Minta uang rokok kenapa jadi melebar ceramah agama?" Fajar merasa gerah mendengar ucapan Sekar barusan. "Kalau mau ceramah, di masjid sono! Dasar adik pelit!" umpatnya seraya pergi meninggalkan Sekar.
☘️☘️
Ketika makan malam tiba, Sekar sengaja tak keluar kamar. Ia khawatir ditanyai oleh sang ibu macam-macam. Sekar juga tak perlu pusing soal makan malam hari ini.
Kebetulan tadi sewaktu pulang training, Sekar mendapat rezeki. Ia yang sudah janjian bertemu dengan Resti, mendapat satu kotak nasi kuning lengkap dan juga beberapa kudapan kue. Kebetulan Resti hari ini ulang tahun. Alhasil ketika waktunya makan malam, Sekar melahap pemberian Resti tadi di dalam kamarnya.
"Makasih, Res. Semoga sehat selalu dan segera dipertemukan dengan jodohmu," ucap Sekar sore tadi di kantor ketika bertemu Resti.
"Aaminn yaa rabbal alamiin..." jawab keduanya kompak.
"Makasih Kar, atas doanya."
"Sama-sama, Res. Maaf nih, aku belum bisa belikan kado ulang tahun buatmu. Kamu pasti tahu kondisi keuanganku kalau bulan ini aku sudah gak gajian. Selesai training baru dapat uang tujuh ratus ribu. Semisal aku langsung kerja setelah training selesai, gajianku juga baru diterima akhir bulan depan."
"Tenang saja. Aku paham kok, Kar. Lagipula kayak anak kecil saja main kado-kadoan segala. Hehe..." ucap Resti seraya terkekeh. "Doa yang tulus darimu itu sudah cukup buatku, Kar."
Sekar pun tersenyum pada sahabat karibnya itu. Dirinya bersyukur karena punya sahabat yang baik dan pengertian seperti Resti.
Dikarenakan jadwal Sekar selesai training yakni menjelang akhir bulan ini, otomatis Sekar baru menerima gaji bekerjanya menjadi agent contact center yakni satu bulan kemudian.
☘️☘️
Dari dalam kamar, sayup-sayup terdengar ibunya sedang berbicara dengan ayahnya.
"Ibu jangan mengekang Sekar. Dia sudah besar dan dewasa. Sekar berhak menentukan sendiri ingin bekerja di mana dan sebagai apa. Sebagai orang tua, kita cukup mendoakan yang terbaik untuk anak-anak kita."
"Tapi, Pak. Ibu bingung nanti kalau semisal uang kita kurang buat urusan makan maupun bayar yang lain, gimana coba?"
"Sekar kan sudah bilang kalau soal listrik, arisan, air dan iuran kampung tetap dia yang bayar pakai sisa tabungannya."
"Gak bakalan cukup, Pak. Di rumah ini banyak orang. Ada fajar, Yuni dan cucu kita Dinda. Mereka butuh makan,"
"Fajar dan Yuni kan sama-sama bekerja, ibu bisa minta ke mereka jika merasa kurang."
"Kasihan Fajar, Pak. Dia gajinya kecil. Belum lagi biayain anak sama istrinya," bela Bu Nanik.
Ya, begitulah kenyataan yang terjadi dalam keluarga Sekar Nabila Putri. Ia sama sekali tak pernah membayangkan akan menjadi generasi Sandwich.
Tentu kalian sudah cukup familiar dengan istilah tersebut.
Generasi Sandwich adalah istilah untuk menggambarkan orang yang harus membiayai hidup dua generasi sekaligus, yaitu orang tua dan anak-anak. Mereka berada di antara dua generasi yang membutuhkan perhatian dan tanggung jawab finansial.
Terhimpit secara finansial, sulit memenuhi kebutuhan finansial sendiri, harus menyeimbangkan kebutuhan kedua generasi, menanggung beban dan tanggung jawab dalam memberikan perawatan dan layanan. Itulah yang dirasakan oleh orang-orang yang terpaksa menjadi generasi sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Bu Nanik lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Jadi apapun untuk urusan sang kakak, Bu Nanik akan berusaha melakukannya. Walaupun hal itu membuatnya harus berhutang ke rentenir dengan bunga yang sangat tinggi hingga dirinya susah hanya untuk sekedar bernapas. Tetap akan dijalaninya demi anak kesayangan.
Terkadang ada beberapa orang tua yang tak memikirkan jangka panjang atas apa yang dilakukannya terhadap sang anak. Dirinya hanya berpikir pendek agar masalah anaknya tersebut cepat teratasi dengan baik.
Alhasil anak yang terbiasa diberikan kemudahan fasilitas maupun finansial dan terus dibantu oleh orang tuanya, dominan akan susah untuk mandiri. Anak tersebut merasa ketergantungan dengan orang tuanya.
Sedangkan anak yang terbiasa hidup mandiri, ia bisa berdiri di kakinya sendiri tanpa bergantung pada orang tuanya. Jika ia tak mampu berdiri di atas kakinya sendiri, maka anak itu cenderung tidak akan membebani orang tuanya dengan segala kesulitan hidupnya.
"Ibu jangan pilih kasih ke anak. Toh mereka dua-duanya anak kandung kita,"
"Ibu gak pilih kasih kok!" bantah Bu Nanik.
"Bapak merasa ibu pilih kasih terhadap Sekar dan Fajar. Sekarang, coba ibu renungkan. Apa Sekar selama ini pernah membebani ibu soal uang?"
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Drop out (DO) adalah kebijakan untuk memutuskan hubungan studi atau status mahasiswa di perguruan tinggi. Drop out dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti tidak memenuhi ketentuan akademik atau melanggar peraturan perguruan tinggi.
kok aku curiga malingnya si markuyun
kasian bngt Sekar klw sampe tuh barang ga di temukan.. padahal Sekar boleh berjuang sendiri.. & harus memenuhi kebutuhan klrgnya..
semoga cepat ketemu ya sekar barangnya