Original Story by : Chiknuggies (Hak cipta dilindungi undang-undang)
Aku pernah menemukan cinta sejati, hanya saja . . . Arta, (pria yang aku kenal saat itu) memutuskan untuk menjalin kasih dengan wanita lain.
Beberapa hari yang lalu dia kembali kepadaku, datang bersama kenangan yang aku tahu bahwa, itu adalah kenangan pahit.
Sungguh lucu memang, mengetahui Arta dengan sadarnya, mempermainkan hatiku naik dan turun. Dia datang ketika aku berjuang keras untuk melupakannya.
Bak layangan yang asyik dikendalikan, membuat aku saat ini tenggelam dalam dilema.
Hati ini. . . sulit menterjemahkan Arta sebagai, kerinduan atau tanda bahaya.
°°°°°°
Airin, wanita dengan senyuman yang menyembunyikan luka. Setiap cinta yang ia beri, berakhir dengan pengkhianatan.
Dalam kesendirian, ia mencari kekuatan untuk bangkit, berharap suatu hari menemukan cinta yang setia. Namun, di setiap malam yang sunyi, kenangan pahit kembali menghantui. Hatinya yang rapuh terus berjuang melawan bayang masalalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chiknuggies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Aku sadar ini semua tidak dapat diperbaiki, aku pun sadar semua yang kulakukan merupakan ledakan dari apa yang aku tahan selama ini.
Salah satunya merupakan ketidakmampuan ku untuk menerima permintaan darimu, semua tekanan itu membuatku sadar bahwa aku hanya orang yang tidak pantas untuk terus bersamamu.
Semua rasa kecil hati ini tak dapat ku hindari tatkala aku khawatir kepadamu, orang yang ku sayang ini tengah sabar menunggu janji yang tidak dapat dijawab pasti.
Andai dunia semudah, "cinta bisa membuat kita tetap bersama." maka akan ku minta engkau mempersunting ku di akhir bulan. Namun, nyatanya, keadaan ku sekarang ini malah membuat kita menjadi berjarak, dengan perasaan khawatir akan masa depan.
Tekanan tadipun terus menumpuk dari hari ke hari, mengingat masih banyak resto yang belum kita kunjungi, film tuk kita arungi kisah nya bersama, juga wisata air yang kau inginkan.
Sampai akhirnya hari itu datang, dan semua terjadi begitu saja. Aku menyadari bahwa siapapun akan lelah menunggu hari yang tidak pasti.
Meski aku tahu, kau masih melihatku dari kejauhan. Biarlah begini, biarlah seperti ini, aku menjadi puncak nan elok kau pandang dari ujung cakrawala, karena jika kau nekat untuk mendaki, itu akan menjadi perjalanan yang curam dan terjal.
Mungkin . . . kan datang hari dimana engkau mendapatkan pujaan hati yang baru. Dan di sinilah aku, tetap menahan erosi jiwa dari terpa hujan badai. Bila saat itu datang, mungkin kah aku tetap menjadi tujuan mu? Tujuan berwisata ketika kau masih bersamaku dulu.
Malam di sudut kota tidak lagi sama seperti dulu, cahaya yang kulihat malam itu menjadi redup, tidak temaram dan nyaman lagi sebagaimana saat kau masih di sisiku. Kulihat musisi jalanan pun kini tengah bergegas merapikan plastik arak, yang selalu ku tolak dari uluran tangannya.
Lampu pijar restoran kota menyalah redup, dengan botol lusuh di sudut pelataran. Tidak perlu ku tegaskan, kini aku pulang tanpa tujuan, karena rumah yang dahulu ku tuju telah di renggut paksa dariku.
Mengingatmu layaknya senja yang tidak dapat kumiliki. Dengan nafas yang tidak beraturan, ku arungi trotoar dingin dengan angin yang menghembus kata semangat pada layarku. Teruntuk sedih dan patah hati, insecure itu nyaman.
°°°°°
Aku tidak lagi berteman dengan jauh yang mengingatkanku kepada kerinduan, karena rupanya kini kenangan begitu dekat, sampai aku bisa memeluknya setiap hari.
Semua ingatan manis itu kembali muncul, menimbulkan tangis yang tak terarah. Ingatan yang menceritakan betapa bahagianya aku dulu bersamamu, yang sudah tidak di sisiku.
Terlalu cepat hitungan tahun, pun terlalu singkat untuk kami saling mencinta. Namun mau bagaimana lagi, sekarang aku akan mencoba menjalani sisa hidupku tanpa kembali mengenal cinta. Meski bukan yang terbaik, tetapi dia akan menjadi core memory yang selalu ada di benakku.
Rembulan, maafkan aku tidak dapat memandangmu bersamanya lagi, tetapi meski tanpa dia, aku akan tetap menyaksikan pentas langit hingga pagi menjemput seperti biasa. Ceritakan kepadaku, kisahmu berikut bintang-bintang ketika menari bersama. Habiskan lah malam yang panjang ini dengan penuh suka cita.
Gemerlap bintang, sedikit iri memang, melihat mu berpasangan sedangkan aku kini sendiri. Tetapi~ meski kini aku sendiri, cahaya kalian tetap membuatku bisa menikmati malam gelap tanpa rasa takut.
Apa kalian tidak menyadarinya? Keindahan yang selalu kulihat di panggung itu sungguh memanjakan mata bila di pandang. Hingga aku terus berharap semoga aku tidak tertidur, agar kelak tidak terbangun dalam keadaan kalian tidak lagi di sampingku.
Oh iya, apa kalian ingat, saat menyaksikan pertemuan pertama kami? Sungguh malam yang menakjubkan bukan?