NovelToon NovelToon
Menaklukan Hati Ceo

Menaklukan Hati Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: tanier alfaruq

seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Proyek Besar dan Risiko

Setelah malam dan pagi yang penuh keintiman dan pengertian dengan Tanier, dia merasa lebih kuat dan siap menghadapi tantangan yang ada di depannya. Namun, tekanan untuk melaksanakan proyek besar yang sedang dijalankan di perusahaannya mulai terasa semakin berat.

Lieka bergegas ke kantor, berusaha mengalihkan pikirannya dari kekhawatiran tentang Maya dan ancaman yang mungkin muncul. Dia tahu bahwa proyek ini bisa menjadi tonggak penting dalam kariernya, namun risiko yang terlibat juga sangat besar. Jika proyek ini gagal, reputasinya sebagai CEO akan dipertaruhkan.

Sesampainya di kantor, dia melihat Tanier sedang bekerja di meja kerjanya. Tanier mengangkat kepala dan tersenyum ketika melihat Lieka. “Pagi, CEO. Siap untuk menghadapi dunia?” tanyanya dengan nada ceria.

Lieka tersenyum kembali, tetapi kerutan di dahi dan kepalanya yang penuh pemikiran tidak bisa disembunyikan. “Aku berharap begitu, Tan. Proyek ini sangat penting bagi kita. Banyak yang dipertaruhkan,” jawabnya, berusaha menyampaikan beban yang dirasakannya.

Tanier mendekat, duduk di samping Lieka. “Kami semua percaya padamu, Lieka. Ini bukan hanya tentang proyek, tapi juga tentang bagaimana kamu memimpin tim ini. Kamu sudah menginspirasi kami semua dengan semangatmu,” katanya, memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan.

“Terima kasih, Tan. Aku hanya merasa harus berbuat lebih banyak. Jika ini gagal, aku tidak hanya merusak perusahaan, tetapi juga semua orang yang mengandalkanku,” ungkap Lieka, suara lembut namun tegas.

Tanier mengambil tangan Lieka, menggenggamnya dengan lembut. “Apa pun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama. Ingat, kamu tidak sendirian. Kita semua ada di sini bersamamu.” Dia melihat Lieka dengan penuh perhatian, seolah ingin memberikan semangat.

Momen itu membuat Lieka merasa tenang. “Baiklah, mari kita buat rencana. Kita perlu mempersiapkan presentasi untuk pemangku kepentingan dalam beberapa hari ke depan,” ujarnya, bertekad.

Dengan semangat baru, Lieka memimpin rapat tim di ruang konferensi. Dia menjelaskan visi dan strategi proyek dengan jelas, memotivasi setiap anggota tim untuk memberikan yang terbaik. Tanier duduk di sisi Lieka, memberikan dukungan dan semangat kepada rekan-rekan kerjanya.

Namun, saat rapat berlangsung, ancaman dari masa lalu kembali muncul. Maya tiba-tiba muncul di pintu ruang konferensi, menarik perhatian semua orang. “Maaf mengganggu,” katanya dengan nada dingin. “Saya hanya ingin mengingatkan bahwa tidak semua orang setuju dengan proyek ini.”

Lieka merasa napasnya tercekat. Melihat Maya di hadapannya membuat semua ketidakpastian dan kekhawatiran kembali muncul. “Apa maksudmu, Maya?” tanya Lieka, berusaha tetap tenang.

Maya berjalan lebih dekat, senyumnya menunjukkan ketidakpuasan. “Aku hanya khawatir akan keputusan yang kau buat. Ini bisa sangat berisiko, terutama mengingat reputasimu yang sudah cukup goyah,” jawabnya, menciptakan suasana tegang di ruang itu.

Tanier berdiri, menyela dengan tegas. “Kami telah melakukan semua riset dan perencanaan. Kami yakin proyek ini akan sukses. Tidak perlu ada ancaman dari siapa pun,” tegasnya, menatap Maya dengan tatapan yang tajam.

“Ah, Tanier, kau benar-benar naif. Bisnis bukan hanya tentang rencana, tetapi juga tentang kekuatan dan pengaruh,” ucap Maya, menantang.

Lieka berusaha menenangkan suasana. “Maya, terima kasih atas perhatianmu. Namun, kami akan melanjutkan proyek ini. Kami telah mempersiapkan semuanya dengan matang,” jawab Lieka dengan penuh keyakinan.

Maya menatap Lieka sejenak, lalu mengangkat bahu, “Baiklah, jika itu keputusanmu. Aku hanya berharap kau tidak menyesalinya nanti.” Dengan itu, Maya berbalik dan pergi, meninggalkan ketegangan di ruang konferensi.

Setelah Maya pergi, Lieka merasakan ketegangan di antara anggota tim. “Kita harus tetap fokus. Kita telah membuat rencana, dan kita akan melaksanakannya,” ucapnya, berusaha mengembalikan semangat tim.

Tanier mengangguk setuju, “Kita akan menunjukkan kepada semua orang bahwa kita bisa sukses. Kita harus bekerja lebih keras.”

Rapat dilanjutkan, dan Lieka merasa semakin bersemangat. Dia tidak akan membiarkan ancaman dari masa lalu menghalanginya. Dengan dukungan Tanier dan timnya, dia yakin bahwa proyek ini akan menjadi langkah besar dalam kariernya.

Namun, di dalam hatinya, Lieka menyadari bahwa ancaman dari Maya masih akan membayanginya. Dia harus bersiap menghadapi semua kemungkinan yang akan datang. Saat malam tiba, dia kembali ke apartemen dengan perasaan campur aduk, tetapi Tanier sudah menunggunya dengan senyum hangat.

“Bagaimana harimu?” tanya Tanier sambil menyajikan secangkir teh hangat.

Lieka duduk di sampingnya, “Hari ini penuh tantangan. Tapi aku merasa bersemangat untuk proyek ini, meskipun ada ancaman dari Maya.”

Tanier menggenggam tangan Lieka. “Kita akan menghadapinya bersama. Jangan biarkan dia merusak semangatmu,” jawabnya, penuh keyakinan.

Lieka merasa tenang mendengar kata-kata Tanier. Dia tahu bahwa dengan dukungan Tanier, dia bisa menghadapi segala tantangan yang akan datang. Dan saat malam mulai menutupi kota, keduanya saling berbagi canda tawa, meninggalkan semua kekhawatiran di luar.

Keesokan paginya, Lieka terbangun dengan semangat yang baru. Dia tahu bahwa dia harus bersiap menghadapi tantangan yang akan datang, terutama dengan proyek besar yang akan segera diluncurkan. Setelah menikmati sarapan bersama Tanier, mereka membahas strategi yang akan diterapkan untuk presentasi kepada pemangku kepentingan.

“Kita harus mempersiapkan semua kemungkinan pertanyaan yang bisa diajukan. Jika kita bisa menjawabnya dengan percaya diri, itu akan meningkatkan kredibilitas kita,” ujar Tanier, menyusun catatan di hadapannya.

Lieka mengangguk setuju. “Betul, kita harus siap untuk semua yang bisa terjadi. Aku ingin memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh Maya atau siapa pun untuk merusak proyek ini,” katanya, suara penuh tekad.

Saat mereka menyelesaikan persiapan, Tanier melihat ke arah Lieka dengan tatapan serius. “Kau harus percaya pada dirimu sendiri, Lieka. Kau sudah bekerja keras untuk ini, dan tidak ada yang bisa merampas keberhasilanmu,” ungkapnya, memberi dorongan yang sangat berarti.

Lieka tersenyum, merasa didukung. “Terima kasih, Tan. Kehadiranmu selalu membuatku lebih kuat.”

Hari presentasi tiba. Ruang konferensi dipenuhi oleh para pemangku kepentingan, semua menunggu dengan antusias. Lieka berdiri di depan, mengenakan gaun hitam yang elegan, dengan percaya diri melangkah ke podium. Di sampingnya, Tanier duduk, siap untuk mendukungnya.

“Selamat pagi semuanya, terima kasih telah meluangkan waktu untuk hadir hari ini. Kami di sini untuk mempresentasikan proyek besar yang kami yakini akan membawa perusahaan kita ke level yang lebih tinggi,” kata Lieka, suaranya mantap.

Dia mulai menjelaskan visi dan misi proyek, menguraikan semua langkah yang telah diambil untuk memastikan kesuksesan. Tanier bergantian menjelaskan aspek teknis dan keuangan dari proyek tersebut, memberikan argumen yang mendukung pernyataan Lieka.

Namun, saat presentasi berlangsung, Lieka tidak bisa mengabaikan sorot mata tajam Maya yang berada di belakang salah satu pemangku kepentingan. Melihat kehadirannya membuatnya sedikit gugup, tetapi dia berusaha untuk tetap fokus.

Setelah selesai menjelaskan, sesi tanya jawab dimulai. Maya langsung angkat bicara. “Lieka, apa yang akan kau lakukan jika proyek ini tidak memenuhi ekspektasi? Bukankah itu terlalu berisiko bagi perusahaan?” tanyanya, suara dingin dan penuh tantangan.

Lieka menahan napas, tetapi segera mengatur pikirannya. “Saya percaya bahwa dengan perencanaan yang matang dan tim yang solid, kita dapat meminimalkan risiko tersebut. Namun, saya juga siap untuk mengambil tanggung jawab jika hal itu terjadi. Saya yakin kita dapat menemukan solusi yang tepat,” jawabnya tegas.

Tanggapan Lieka berhasil mengundang tepuk tangan dari beberapa pemangku kepentingan. Tanier tersenyum bangga, melihat betapa percaya dirinya Lieka saat menghadapi pertanyaan sulit.

Sesi tanya jawab berlangsung cukup ketat, tetapi Lieka dan Tanier mampu menjawab semua pertanyaan dengan baik. Mereka melihat ada ketertarikan di antara para pemangku kepentingan, yang membuat Lieka merasa lebih optimis.

Setelah presentasi selesai, Lieka dan Tanier menerima pujian dari beberapa anggota tim. “Kalian luar biasa! Proyek ini pasti akan sukses!” ucap salah satu rekan kerja dengan antusias.

Namun, saat mereka mulai merayakan keberhasilan tersebut, Maya tidak meninggalkan mereka begitu saja. Dia mendekati Lieka dengan senyuman yang sinis. “Selamat atas presentasinya, tetapi ingat, tidak semua orang mendukung keputusanmu. Saya harap kau siap untuk semua konsekuensinya,” katanya, menatap Lieka dengan tajam.

Lieka menatap balik, berusaha untuk tidak terpengaruh oleh provokasi tersebut. “Saya akan menghadapi apa pun yang terjadi, Maya. Aku tidak akan mundur,” balas Lieka, suaranya penuh ketegasan.

Setelah pertemuan itu, Tanier dan Lieka kembali ke kantor, dan saat mereka melangkah masuk, Tanier memeluk Lieka dari belakang. “Kau sangat hebat, Lieka. Aku bangga padamu,” katanya lembut.

Lieka menoleh dan tersenyum, merasakan dukungan Tanier memberi semangat baru. “Terima kasih, Tan. Ini semua tidak mungkin tanpa bantuanmu. Kita melakukan ini bersama-sama.”

Setelah beberapa jam di kantor, Tanier mengusulkan untuk merayakan keberhasilan presentasi mereka. “Bagaimana kalau kita pergi makan malam? Kita pantas mendapatkannya setelah semua kerja keras ini,” ajaknya.

Lieka setuju dengan senang hati. “Itu ide yang bagus. Kita harus merayakan momen ini,” jawabnya, merasa bersemangat.

Malam itu, mereka pergi ke restoran mewah di pusat kota. Suasana yang romantis dan makanan yang lezat membuat keduanya semakin menikmati kebersamaan. Tanier terus memberikan pujian kepada Lieka, membuatnya merasa dihargai.

Namun, saat mereka berbincang, pembicaraan kembali mengarah pada ancaman yang mungkin muncul. “Tan, aku masih merasa tidak nyaman dengan Maya. Dia tidak akan menyerah begitu saja, aku yakin akan ada sesuatu yang lebih besar yang dia rencanakan,” ungkap Lieka, merasa cemas.

Tanier menatapnya, berusaha menenangkan. “Kita tidak bisa membiarkan ketakutan menguasai kita. Fokus pada apa yang bisa kita lakukan sekarang dan jangan biarkan masa lalu menghantui kita,” katanya, menggenggam tangan Lieka.

Mendengar kata-kata Tanier membuat Lieka merasa lebih tenang. Malam itu, mereka menikmati momen intim yang lebih dalam. Setelah menikmati makan malam, mereka kembali ke apartemen Lieka, di mana Tanier semakin mendekatkan diri padanya.

“Lieka, aku ingin kau tahu bahwa aku di sini untukmu, tidak peduli apa pun yang terjadi,” ujarnya dengan suara lembut, menatap dalam mata Lieka.

Lieka merasakan jantungnya berdegup kencang. Dalam ketegangan yang ada, mereka berdua tahu bahwa mereka saling membutuhkan. Malam itu, mereka saling berbagi lebih dari sekadar kata-kata, dan menguatkan ikatan yang telah terjalin di antara mereka.

Apakah Anda ingin melanjutkan ke Bab 12?

1
Leviathan
4 like mendarat, semangat, jgn lupa mampir juga saling bantu di chatt story ane
Tanier Alfaruq: ok siap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!