Alaish Karenina, wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu belum juga menikah dan tidak pernah terlihat dekat dengan seorang laki-laki. Kabar beredar jika wanita yang akrab dipanggil Ala itu tidak menyukai laki-laki tapi perempuan.
Ala menepis semua kabar miring itu, membiarkannya berlalu begitu saja tanpa perlu klarifikasi. Bukan tanpa alasan Ala tidak membuka hatinya kepada siapapun.
Ada sesuatu yang membuat Ala sulit menjalin hubungan asmara kembali. Hatinya sudah mati, sampai lupa rasanya jatuh cinta.
Cinta pertama yang membuat Ala hancur berantakan. Namun, tetap berharap hadirnya kembali. Sosok Briliand Lie lah yang telah mengunci hati Ala hingga sulit terbuka oleh orang baru.
Akankah Alaish bisa bertemu kembali dengan Briliand Lie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfian Syafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Cinta Itu Apa?
Seperti itukah cinta? Di saat Ala benar-benar mencintai Brian dengan tulus dan menganggap Brian adalah cinta sejatinya karena cinta pertama adalah cinta yang tidak akan pernah bisa di lupakan. Nyatanya dia yang menorehkan luka terlalu dalam.
Bertahan dengan rasa sakit, setiap bayangan hal yang selalu Ala dengar terus berputar ketika sedang berada di samping Brian. Ingin marah tapi terlalu takut untuk kehilangan, ingin menyerah lagi dan lagi harus kalah dengan perasaan yang terlalu dalam. Hanya dengan cara mempertahankan hubungan untuk menjadi pemenang.
Usianya masih belasan tahun, tapi kisah soal perasaan Ala benar-benar luar biasa. Mencintai Brian dengan hebatnya, menyayangi secara ugal-ugalan. Saat itu Ala masih duduk di kelas satu SMA.
Benar-benar penuh ujian dan banyak orang yang tidak menyukai kisah cinta mereka. Hingga Ala harus mengalah dan memilih pergi karena sangat menyayangi Brian.
"Kalau boleh tahu apa sih yang membuatmu sulit buat jatuh cinta, La?" tanya Laras.
Dia mengambil cangkir kopi hitam yang masih mengepulkan asapnya. Menghirup aroma kopi yang khas lalu menyesapnya.
"Panjang kalau di ceritain. Bisa jadi satu novel," jawab Ala.
Mereka sedang berada di dalam kost Ala sambil menikmati kopi hitam buatan Ala. Di luar hujan kembali turun. Hujan membuat Ala ingat dengan masa lalunya bersama Brian.
Ah, cerita itu sudah Ala lupakan mati-matian dan kenapa pula teringat kembali? Hanya sedikit momen yang bisa Ala ingat. Kadang dia rindu tapi rasa itu berubah menjadi benci ketika wajah cewek itu hadir.
"Ya udah lo buat dah novel kisah lo, tar gue baca sampai selesai biar tahu kisah cinta lo yang sebenarnya," ucap Laras. Penasaran kenapa Ala ini susah jatuh cinta.
Sebab banyak laki-laki yang mendekat tapi tak kunjung ada respon dari Ala. Gadis itu malah cuek dan hanya menganggap mereka teman. Pernah jalan bareng, makan bareng, nonton, sedekat dan seperhatian apapun laki-laki itu tidak akan membuat hati Ala luluh.
"Males! Kalau nulis kisah sendiri itu susah! Nggak bakat nulis juga," ujar Ala. Menyembunyikan hobi Ala yang sebenernya suka menulis. Andai kata dia bisa, sudah pasti Ala akan menuliskan kisahnya sendiri.
Sayangnya Ala tidak sanggup dan itu terlalu sakit. Biar menjadi rahasia Ala sendiri dan akan dia simpan cerita itu sampai nanti.
"Terus mau sampai kapan sih, La? Lo jomblo. Umur lo udah mau 30!"
Jika seumuran Ala ini sudah kebanyakan menikah dan memiliki anak, Ala belum juga menikah. Boro-boro nikah, pasangannya aja nggak ada.
"Kalau ada laki-laki yang mau berkorban banyak buat gue, bisa betah sama sikap dan sifat gue, maka gue akan cintai dia dengan hebatnya!" ucap Ala.
Meski hatinya masih tersemat nama Brian dan perasaan itu masih ada untuknya. Walaupun laki-laki itu pernah menusuk hati Ala dengan sembilu tapi tidak membuat rasa itu sirna seiring berjalannya waktu.
Apalagi sekarang Ala kembali kepoin akun sosial media Brian. Laki-laki itu kembali aktif di dunia maya. Dia bisa menatap foto Brian yang selalu diunggah laki-laki itu. Ya sebagai obat rindu tapi habis itu rasa benci muncul dan Ala memilih menyudahi menatap foto Brian.
"Emang yang dulu itu nggak mau terima lo apa adanya?" Laras bertanya. Penasaran sama kisah Ala yang dulu pacaran hanya sebentar.
Lima tahun yang lalu Ala memang sempat menjalin hubungan asmara dengan seorang laki-laki yang dia kenal melalui sosial medianya. Mereka bertemu lalu sering chattingan dan pada akhirnya jadian. Cuma Ala jalaninnya nggak pakai hati, laki-laki itu selalu memberi Ala perhatian tapi entah kenapa tetap tidak membuat hati Ala luluh.
Ala termakan ucapan jika cinta tumbuh seiring berjalannya waktu, nyatanya waktu terus berjalan dan cinta itu nggak tumbuh di hati Ala. Hatinya kosong dan sulit dibuka kembali soalnya sudah di gembok, kuncinya diambil sama Briand. Biasanya orang yang gagal move on itu bisa sembuh dan lupa.
Akan tetapi sejauh apapun Ala pergi tapi bayangan Brian selalu mengikuti. Menurut quotes yang Ala temukan di akun sosial media kalau "susah lupain seseorang itu berarti yang di sana itu masih mikirin kamu dan belum bisa lupain kamu."
Hanya saja Ala terus meyakinkan diri kalau quotes itu salah. Nggak mungkin Brian masih ingat sama Ala. Lha wong dulunya aja cabang sana sini. Saking sabar dan bodohnya saja Ala mau bertahan. Namanya juga cinta, buta segala-galanya.
"Dia ini rewel, gue disuruh berubah dari segi penampilan dan juga sifat. Nggak boleh keras kepala. Namanya watak ya susah lah dirubah apalagi diobati wong sudah melekat dari orok. Kecuali watuk baru bisa diobati," jelas Ala, kilat kebencian itu terlihat jelas di kedua netranya.
"Terus nyokap dia nyuruh gue bayarin setoran motor. Ya gaji gue gede tapi kan gue juga punya kehidupan, punya orang tua yang harus gue kasih setiap bulannya, terus dia enak-enak kerja dengan gaji yang utuh sementara motor gue yang bayarin dia yang pake. Ya ogah gue lanjutin!" lanjut Ala.
Kalau ingat kejadian itu rasanya Ala pengen makan mantannya itu hidup-hidup. Keluarga laki-laki itu nggak ada yang beres. Dari ibu, kakak dan juga adik-adiknya. Belum menikah saja sudah membuat Ala pusing dengan segala permintaannya.
"Bisa jadi lo kalau nikah gaji abis diambil mertua lo," kata Laras. Terkejut dengan kisah cinta Ala lima tahun yang lalu.
"Iya, terus yang nyuruh ngelamar masa gue? Hubungan baru lima bulan loh itu udah apa bae dah, ora danta pisan!" Ala terus ngedumel kalau ingat hubungannya dengan Dion.
Ala memilih meninggalkan Dion karena hubungan baru seumur jagung sudah terlihat bagaimana keluarga Dion dan sifat Dion yang sebenernya. Pantas saja pacar Dion yang dulu hampir mau dinikahi memilih putus. Selain ibunya yang matre, kakaknya selalu adu domba dan adik-adiknya ini banyak maunya. Memanfaatkan siapapun yang baik dan dekat sama Dion.
Nggak kebayang kalau Ala jadi nikah sama Dion. Pasti jadi sapi perah keluarga Dion. Untungnya Ala pintar dan nggak ada perasaan apapun sama Dion. Coba kalau perasaan Ala sangat dalam seperti dia mencintai Brian, pasti apapun akan Ala lakukan agar Dion nggak pergi darinya.
Hanya Brian yang bisa membuat Ala segila itu, sayangnya semua telah berakhir. Ala harus pergi bukan karena tidak lagi menyayanginya melainkan Ala terlalu mencintai dan menyayangi Brian sehingga dia memilih pergi.
"Andai waktu bisa diputar kembali, gue pengen perbaiki semuanya," batin Ala. Meratapi nasibnya kini yang belum menemukan tambatan hati.
"Lo pernah jatuh cinta untuk pertama kalinya kan? Lo pasti masih mikirin dia? Dari sini gue yakin kalau hati lo belum selesai," tebak Laras. Menatap Ala dengan intens.
Sebab mana mungkin Ala belum pernah jatuh cinta? Laras yakin Dion bukan cinta pertama Ala. Laras ini nggak tahu sama sekali tentang Ala. Pertemanan mereka ya dimulai dari tempat kerja. Kenalan, akrab dan jadi sahabatan.
Laras yang selalu cerita tentang kehidupannya, sementara Ala tidak pernah menceritakan kisah hidupnya. Tertutup, tidak banyak bicara dan memang dia ini terlalu introvert.
Ala menghela napas, sebelum menjawab ucapan Laras, "Ya ... Ada! Gue ... Pernah menjadikan dia satu-satunya. Segila itu gue sayang sama dia. Nyatanya dia nggak jadiin gue satu-satunya," jelas Ala dengan suara parau menahan agar tidak menangis.
Luka itu terlalu dalam hingga kini untuk ikhlas pun sulit Ala lakukan. Bahkan jika Brian bertemu kembali dan mengatakan maaf kepada Ala, mungkin tidak akan mengobati semua luka itu.
Jangan terlalu dalam mencintai seseorang jika tidak ingin terluka. Sebab jika sudah terjebak pada sebuah rasa yang dalam, lukanya tidak pernah main-main.
Bersambung .....
cintanya mas bri udah stuk di kamu
semangat kakak,