"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita iblis
"Bagaimana perkembagannya dokter?" Tanya Rita ibunya Hardi.
Wanita itu duduk didepan dokter yang baru saja melakukan pemeriksaan pasien setelah beberapa waktu lalu melakukan operasi.
"Semua berjalan lancar Bu, pasien hanya butuh beberapa terapi untuk kelancaran berjalanya,"
Rita terseyum senang, wanita paruh baya itu mengucap terima kasih.
"Terima kasih dokter, kalau begitu saya kembali keruangan anak saya dulu." Rita pun beranjak pergi, keluar dari ruangan dokter yang menangani operasi Hardi.
Ceklek
"Tante bagaimana?"
"Apa kata dokter Bu?" Tanya Hardi juga.
Rita mengembangkan senyum sebelum menjawab.
"Semua berjalan dengan baik, kamu akan bisa berjalan nak." Rita memeluk Hardi dengan haru.
Hardi yang mendengar tentu saja merasa senang, dalam hatinya ia mengucap syukur.
"Semua karena bantuan Lilis, kalau bukan karena pinjaman uangnya kamu tidak akan segara di operasi," Ucap Rita lagi sambil mengembangkan senyum pada wanita yang berdiri disisi rajang Hardi.
"Terima kasih Lis, kamu memang wanita baik,"
"Sama-sama Tante, aku senang bisa membantu mas Hardi," ucap Lilis dengan senyuman.
Hardi juga ikut senang, tak menyangka akan bisa melewatinya secepat ini.
"Terima kasih Lis, atas bantuannya." Ucap Hardi dengan tulus.
Andai Sasmita tahu jika dirinya akan segera sembuh pasti istrinya itu akan bahagia.
Akan tetapi Hardi lupa jika dia tak memberi tahu tentang keputusan yang ia ambil, ia hanya mengatakan jika akan melakukan terapi, tapi kenyataannya Hardi melakukan operasi pemasangan pen yang memang membutuhkan biaya cukup mahal.
"Hardi kalau kamu sudah sembuh kamu harus membalas kebaikan Lilis,"
Ucapan Rita membuat Hardi menatap wanita yang berdiri dengan senyumnya itu, yang dibalas senyum oleh Hardi.
"Iya Bu, aku tidak akan lupa."
*
*
"Udara malam semakin dingin, ngak baik untuk otot kaki Tuan." Sasmita berdiri dari duduknya dan mendorong kursi roda Riko.
Riko hanya diam tanpa membantah, setelah cukup lama mengabiskan waktu mengobrol dengan Sasmita, Riko justru lebih beruntung dari pada Sasmita.
Sampainya di kamar Sasmita membatu Riko untuk naik ke atas rajang, Sasmita membenarkan posisi kaki Riko agar nyaman.
"Kenapa kamu duduk disitu!" Sentak Riko saat melihat Sasmita justru duduk disisi ranjang tepat di samping kakinya.
Sasmita menggerakkan tangannya untuk memijit kaki Riko yang tak mengalami rasa sama sekali.
"Pijatan juga menjadi cara alternatif untuk memancing otot-otot kaki agar merespon Tuan," kata Sasmita yang kini fokus menatap tanganya yang memijat kedua kaki Riko secara bergantian.
Riko membeku, pria itu justru menatap Sasmita dengan pandangan yang rumit.
Ehem..
"Apa aku menganggu, waktu kalian berdua?"
Sasmita langsung berdiri dan mengambil jarak menjauh. Wanita itu menunduk.
Riko hanya menatap malas Briana yang berdiri dengan wajah arogannya, wanita itu berdiri dengan melipat tangannya di dada.
Jika Briana istri yang baik, maka wanita itu yang akan merawatnya, tapi ini justru sebaliknya.
"Saya permisi Tuan, Nyonya." Sasmita memilih pergi, ia tak ingin menjadi orang ketiga antara majikannya.
Briana hanya melirik Sasmita saat wanita itu melewatinya.
Riko memilih untuk diam tanpa menanggapi ucapan Brian, pria itu seperti tak mengharapkan kehadiran sang istri.
"Kenapa wajah mu masam begitu," Ucap Briana sambil berjalan mendekati Riko yang duduk bersandar di bahu ranjang.
"Kau menghilang begitu saja di pesta, bahkan sebelum aku meniup lilin," Katanya lagi dengan tatapan tak suka.
Riko menatap Brian dengan alis terangkat, pria itu tersenyum dengan sinis.
"Lalu apakah aku harus melihat bagaimana seorang istri memeluk ayah mertuanya dengan mesra!" Desis Riko dengan tatapan berubah tajam.
Briana hanya menaikkan sudut bibirnya, "Oh..jadi karena itu kamu memilih pergi," Brina justru tertawa.
"Tentu saja aku memberikan kue pertama untuk ayah mertua, karena dia aku bisa sampai dititik ini, jika hanya mengandalkan suami lumpuh seperti mu, maka aku tak akan memiliki kedudukan yang sama dengan perusahaan Fernandez," Ucap Briana dengan senyum mengembang.
Riko mengepalkan tangannya, wajahnya mulai menggelap dengan kemarahan.
"Riko, kamu dan ibumu hanya bisa duduk sambil menonton tidak di perbolehkan untuk mengusik," Ucap Briana lagi dengan senyum kemenangan.
"Kau! Wanita iblis! Tunggu apa yang akan kau dapatkan!" Kecam Riko dengan suara dinginnya.
Briana hanya bisa tertawa dan melenggang pergi, sedangkan Riko melampiaskan kemarahannya dengan memukul rahang berulang kali.
Arrghh!!!!