Suatu hari seorang ksatria yang kehilangan ingatannya terbangun di dalam sebuah rumah dan ternyata itu adalah rumah seorang gadis cantik yang buta bernama Alaina alaisa dan seekor gagak yang bisa berbicara.
Setelah berbincang-bincang akhirnya sang Ksatria di beri nama oleh alaina yaitu ali, mereka pun akhirnya hidup bersama.
Namun tanpa di sadari, awal dari pertemuan itu adalah takdir dari tuhan. karena mereka adalah orang terpilih yang akan menyelamatkan bumi dari ancaman iblis szamu yang akan bangkit.
Inilah kisah ali dan alaina yang akan memimpin umat manusia memerangi kedzaliman iblis szamu dan pengikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukron bersyar'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ali vs Alaina sparing
Seminggu telah berlalu, akhirnya aku mampu menekan seluruh auraku sambil beraktivitas dengan biasanya, meskipun masih belum sempurna, terkadang tanpa disadari auraku bocor dikit demi sedikit, mungkin aku masih membutuhkan waktu untuk benar-benar beradaptasi. Pada pagi hari ini reno meminta ku dan Alaina untuk latihan bersama.
"Hari ini kalian latihan bersama, latihannya adalah bertahan dan menyerang". Ucap reno.
"Maksudnya gimana guru?" Tanyaku.
"Jadi begini, Alaina akan menyerang mu dengan sihirnya, sedangkan kamu menghindari serangan dari Alaina". Ujar reno.
"Hmmm,.. Aku mencium aroma-aroma penyiksaan". Gumamku.
"Tenang saja Ali, kekuatan sihir ku masih belum kuat, kau pasti bisa menghindarinya dengan baik" Ujar alaina.
"E-eh oke Alaina, mari kita lakukan latihan bertahan dan menyerang" Jawabku.
"Oke, sekarang kalian bersiap, buat lah jarak minimal lima belas meter. Aturannya, Ali berusahalah mendekati Alaina sambil kau menghindari serangannya, karena kelemahan penyihir adalah serangan dari dekat, dan Alaina berusahalah membuat Ali tidak bisa mendekatimu, serangan apapun boleh, tetapi ingat aku hanya bisa melakukan sihir penyembuhan dasar saja pada saat ini, jadi usahakan tidak terluka parah, terutama kau ali!" Ujar reno.
"Oke guru!" Jawab kami serentak.
"Yoshh, sekarang mulai ke posisi kalian masing-masing, latihan dimulai, saat aku bilang untuk mulai, oke". Ujar reno, aku dan Alaina pun mulai bersiap pada posisi kami masing-masing.
"Oh iya Ali aku lupa, di dekatmu aku telah mempersiapkan dua bilang pedang yang milikmu, gunakanlah itu sebagai senjatamu" Ujar reno.
"Eh pedang,.. Dimana pedangnya?" Gumamku sambil menengok kiri dan kanan, lalu aku melihat ada kain, saat aku membuka kain itu ternyata benar ada dua bilah pedang berukuran sedang. Sontak aku kagum betapa indahnya dua bilah pedang ini. 'Apakah ini benar miliku?' aku pun menggenggam kedua pedang itu, dan merasakan ada sensasi yang tidak asing, 'ini seperti sesuatu yang amat tubuhku rindukan, sensasi ini, seperti mengingatkan ku akan sesuatu'. Aku terlalu terbawa lamunanku sampai tidak menyadari, bila reno telah mengucapkan mulai.
"Sihir api, hukuman langit,hujan api,...!!!Alaina melancarkan serangan pertamanya.
"Bhushhh.... Bhussshh.... Bhussh.... Bhusssh..... Bhusssh,..." Suara tembakan api yang melesat cepat kearahku. Sontak mengejutkan aku dan menyadarkan aku dari lamunan.
"Aaaa.. Aaaaa.. A-aku belum siap" Teriakku, sambil berlarian menghindari hujan bola api, seperti meteor yang akan menghantam bumi.
"Bdwarrrrr,...bdwarrr,....bdwarrrr,.... bdwaaarrr,....,!!!" Suara bola api yang menghantam tanah diseklilingku, aku melompat dan menghindari beberapa diantaranya, namun bola bola api yang baru terus berdatangan.
"Kalo begini terus , akhirnya aku pasti akan jadi seperti ayam panggang" Gumamku sambil menghindari hujan api. Alaina tak memberiku sedikit celah untuk berfikir, aku pun segera loncat dan bersembunyi dibalik pohon besar.
"Alaina, kau bilang sihir mu belum kuat, tapi apa apaan ini, baru juga serangan pertama, udah begini" Gumamku. Lalu tak berselang lama ada satu bola api yang lebih besar dari sebelumnya datang kearah ku yang sedang bersembunyi dibalik pohon.
"Bhuushhhh!!"
"Aku tidak akan sempat menghindari yang besar ini" Gumamku, akupun berniat untuk menangkisnya dengan kedua pedangku, dan tubuhku seperti memiliki naluriahnya sendiri, akupun keluar dari persembunyian ku, dan menerjang kedepan dengan kedua bilah pedang di tanganku, aku cukup percaya diri untuk menahan serangan ini, dengan sekuat tenaga aku mengayunkan kedua bilah pedangku kedepan secara menyilang, menahan bola api yang melesat cepat kearahku.
"Hiaaaaaaatttttttt.....!!!!"
"Ashuuuraaaaaa kaaaaaaiiiii!!" Teriakku saat menerjang serangan bola api dari Alaina.
"Dwaaarrrrr!!!" Ledakan dari bola api, dan mengeluarkan asap yang cukup tebal. Tubuhku sedikit terpental akibat menahan serangan bola api dari Alaina.
"Ali apa kau baik-baik saja?" Teriak Alaina dari kejauhan.
"Woi bocah, kau tidak langsung mati kan?" Celoteh reno dari kejauhan.
"Uhuk... Uhukkk,... Huh untung saja berhasil" Gumam ku.
"Angin timur!" Alaina melancarkan sihirnya karahku, seketika kebulnya asap akibat ledakan dari bola api yang aku tahan, hilang dengan sekejap, lalu akupun menancapkan kedua pemangku ke tanah sebagai penahan agar tubuhku tidak terhempas oleh angin yang berhembus sangat kencang.
"Syukurlah kau baik-baik saja" Ucap Alaina dari jauh.
"Heuuh gila, tidak bisakah alaina melancarkan sihir angin yang tidak terlalu kencang, sial aku hampir saja terbang" Gumam ku.
"Lanjutkan lagi Alaina serang dia" Celoteh reno.
"Baiklah, "seribu Jeratan derita, mahkota duri" Tanpa basa basi Alaina pun kembali melancarkan serangannya ke arahku, kali ini akar atau batang pohon berduri yang besar keluar dari dalam tanah, dan merambat dengan cepat ke arahku, akupun segera menghindarinya dengan cepat, sambil memotong jeratan akar-akar dan batang berduri yang melesat ke arahku.
Lagi-lagi tubuhku secara tiba-tiba merasakan gejolak yang sangat membara, membangkitkan insting bertarung ku, setelah beberapa kali menghindar dan memotong akar-akar berduri yang merambat menyerang kearahku.
akupun menerjang maju mengayunkan kedua pedang dengan cepat secara acak, menebas akar-akar dan batang duri yang menerjang ku dari segala arah.
"Gawat, jika terus seperti ini, aku akan kehilangan ruang untuk mengayunkan pedang ku, sebab akar-akar ini terlalu cepat dan terlalu banyak untuk di tebas secara bersamaan, aku harus memikirkan cara" Gumam ku.
Beberapa saat kemudian akupun memiliki suatu cara, yaitu melepaskan sedikit auraku dan mengalirkannya ke kaki dan tanganku, untuk menambah kecepatan dan juga akselerasi, setelah berhasil akupun langsung melesat dengan cepat sambil mengayunkan pedang, memutar ayunan pedang dan tubuhku secara bersamaan, secara 180 Drajat hingga 360 Drajat, aku seperti menari-nari dengan kedua pedangku saat menebas akar-akar dan batang berduri yang menerjang dengan sangat cepat dari segala arah.
'Yosh aku akan menamai jurus ini, tarian pedang' gumam ku, beberapa saat kemudian, setelah aku berhasil menangkis (Mahkota duri) akar-akar berduri itu, dengan kecepatan ekstra yang aku miliki saat ini, akupun langsung melesat maju dengan cepat menuju alaina untuk mendaratkan satu serangan kepadanya, karena itu satu-satunya cara agar aku bisa menang dan menghentikan latihan menyeramkan ini.
Namun alaina tidak akan membiarkan aku begitu saja , ia melanjutkan serangannya kembali, ia menghujani ku dengan bola api seperti sebelumnya. ''Jika serangan ini bisa aku hindari, pasti serangan selanjutnya, Akan menjadi bola api yang besar'' gumamku. Saat menghindari hujan api, Benar saja tak berselang lama bola api yang besar menerjang ke arahku, akupun bersiap menahannya seperti yang kulakukan sebelumnya.
"Bhuuussshhhh!!!";Bola api yang datang ke arahku.
"Ashura kaaaiiii,.... Hiaaattt!!!" Akupun bersiap untuk menerjang bola api yang datang kearahku, namun ketika aku hendak mengayunkan pedangku, seketika kedua tanganku terjerat oleh akar dan kakiku terjebak didalam lumpur.
"Oh shit men, apa - apaan ini" Gumamku, tidak menyangka akan keadaan ini,akupun melepaskan kedua pedangku, lalu fokus mengerahkan segenap tenaga untuk melepaskan kedua tanganku dari jeratan akar, sekaligus berusaha mengangkat kakiku yang terjebak oleh lumpur. Namun bola api yang besar itu sudah berada tepat di hadapanku, aku tidak punya banyak waktu, dengan waktu yang sangat tipis akupun memutuskan untuk melepaskan segenap auraku, meski tidak tahu untuk apa, aku hanya berharap tubuhku bisa menahan hantaman bola api yang akan segera menghantam ini.
Hiiaaaaaaatttttt!!!!" Teriakku sambil melepaskan segenap auraku.
"Dwaaarrrrrrrrrr!!!" Suara ledakan bola api yang tepat menghantam tubuhku.
"Ya Tuhan aku pasrahkan jiwa dan ragaku untukmu" Gumamku.
Tak lama sesaat setelah bola api itu menghantam tubuhku, aku terpental cukup jauh, akan tetapi saat aku membuka kedua mataku, aku terkejut mendapati diri ku tidak terluka sama sekali, padahal efek ledakannya sangat merusak area di sekitarku, hanya pakaianku saja yang sedikit terbakar.
"Ali apa kau baik-baik saja?" Teriak Alaina sambil datang berlari karah ku.
"Ternyata hebat, juga kau ya!" Celoteh reno.
"Iya aku baik-baik saja, entah mengapa aku bisa bert-,...."
"Loh kok jadi pusing, dan jadi gelap, eh-eh kenapa ini" Seketika kesadaranku mulai menghilang dan aku tidak bisa melanjutkan kata-kata yang ingin ku sampaikan kepada Alaina dan reno.
Beberapa jam kemudian akupun terbangun, saat aku membuka mataku, semua tampak terlihat gelap.
'Apakah ini alam baka?' ucapku sambil melirik ke kiri dan kanan, aku tidak melihat apapun dan ketika aku ingin beranjak bangun, ternyata tubuhku tidak bisa di gerakan sama sekali.
'Sepertinya aku telah mati' gumamku, lalu tak berselang lama ada sosok yang datang, dengan tangannya yang sedikit bercahaya.
"Sepertinya aku memang sudah benar-benar sudah mati, sekarang seorang malaikat telah datang menemui ku". Sosok misterius itu menghampiriku dan berdiri tepat di hadapanku, wajahnya tidak nampak sama sekali, ia berdiri di hadapanku tanpa mengatakan sepatah kata pun, seketika suasananya menjadi sangat mencekam, aku kebingungan, harus mengatakan apa. Dan beberapa saat kemudian sosok itu menundukkan kepalanya secara perlahan lahan diatas kepalaku, dan kemudian perlahan lahan kami pun hampir bertatapan wajah, sedikit terlihat warna kulit gelap dan sedikit keriput di wajahnya, dan ketika kami saling bertatapan muka, aku melihat jika wajahnya sangat menyeramkan, dan ada mata di dahinya, lalu ia membuka mulutnya, dan tercium aroma seperti bangkai, aku sangat ketakutan.
"Aaaaaaa,...." Teriakku,sontak tubuhku langsung terbangun tegak dengan sendirinya karena takut di lahap oleh orang itu. Dan di waktu yang bersamaan ketika tubuhku terbangun tegak, aku mencium aroma wangi semerbak dan kulit yang lembut, pada tubuh yang menjadi sandaran wajahku, seketika suasana nya berubah, yang tadinya menyeramkan menjadi sekarang sedikit hangat, tak lama karena akupun menengok keatas , ternyata orang itu adalah Alaina yang sedang duduk diatas kasurku, dan saat ini aku sedang berada didepan dadanya dia.
"Eeee A-li, k-kamu k-kenapa? " Ucap Alaina terbata-bata,
"E-eh maaf a-alaina, a-ku habis mimpi buruk" Jawabku, akupun langsung menghindari kontak fisik yang baru saja terjadi.
"Tidur mimpi buruk, bangun-bangun dapet keindahan, begitu adilnya Tuhan padaku" Gumamku. Namun suasana antara kami jadi sedikit canggung, tetapi untung saja reno datang di waktu yang tepat.
"Eh eh eh ada apa ini? Kok pada keliatan canggung gitu".
"E-engga" Jawabku.
"Si ali abis mimpi buruk itu aja" Jawab Alaina.
"Yang satu bilang engga, yang satu mimpi buruk, emm jadi curiga" Celoteh reno.
"I-iya benar aku habis mimpi buruk" Ucapku menjawab celotehan reno.
"Haah ya sudahlah, bagaiman keadaan mu?" Tanya reno.
"Iya lumayan baik, tubuhku tidak ada luka sedikitpun, namun saat itu entah mengapa aku kehilangan kesadaranku". Ujarku.
"Maaf ya Ali, aku terlalu berlebihan" Ucap Alaina sambil menundukan kepalanya.
"T-tidak perlu meminta maaf, aku yakin kamu melakukan itu bukan keinginanmukan?" Ucapku, Alaina pun terdiam.
"Tapi aku tak menyangka, kamu bisa memakai beberapa serangkaian sihir sekaligus, aku tidak menduganya jika aku akan terikat oleh akar-akar dan tanah yang kupijakkan berubah menjadi lumpur yang mengekang kakiku" Ujarku.
"E-eh sebenarnya itu adalah pertama kalinya, dan aku tidak tahu bisa atau tidak, namun reno memaksaku untuk melakukannya, dan akhirnya aku bisa melakukannya dengan dirimu jadi percobaannya" Ujar Alaina, akupun langsung melirik tajam ke arah reno .
"Cihhh" dan reno pun mengalihkan pandangannya.
"Eeh yang lebih penting, ternyata kau sudah bisa melakukan kontrol auramu dan mengalirkan nya dengan cukup efisien, bagaimana kau bisa melakukannya?" Tanya reno.
"Eehh, jika suruh di jelaskan aku juga tidak tahu pastinya, namun saat aku memegang kedua bilah pedang, diriku merasakan gejolak aneh, dan di saat awal Alaina melancarkan serangan hujan api, tubuhku bereaksi dengan sendirinya, begitupun saat aku menghalau bola api yang besar itu. saat itu aku merasa jika aku tidak mungkin bisa menghindarinya, jadi akupun memilih untuk menerjang dan menahannya dengan kedua pedangku, dan lagi-lagi tubuhku bereaksi dengan itu. akupun langsung menerjang kedepan sambil mengayunkan pedangku secara menyilang untuk menahan bola api besar itu, aku menamakan jurus itu 'asura kai'. Baru setelah itu aku memfokuskan aliran auraku ke tangan dan kakiku agar menjadi lebih cepat dan flexible saat memotong akar-akar berduri yang menyerang ku secara berkala, aku menamai jurus itu 'teknik tarian pedang' karena aku merasa sedang menari-nari saat mengayunkannya saat itu" Ujarku.
"Oh seperti itu, caramu mengalirkan auramu saat pertama sudah benar, meskipun itu adalah reaksi dari tubuhmu sendiri bukan pure karena keinginanmu, selanjutnya kamu harus bisa mengalirkan auramu sesuka hati" Ujar reno.
"Oke, baiklah akan ku coba nanti" Ucapku.
"Oh iya Ali, tadi namanya apa saat kamu memotong akar-akar mahkota duri?" Tanya Alaina.
"Aku menamainya tarian pedang," Ucapku
"Oh,tarian pedang, aku terkejut saat melihat kamu melakukan itu, dengan cepat memotong mahkota duri yang datang dari segala arah, dan gerakan saat kamu memutar pedang dan tubuhmu secara bersamaan itu sangat keren" Ujar Alaina, mendengar itu aku sangat senang.
"Iya aku juga merasa keren pada saat aku melakukan itu" Ucapku sambil menyeringai.
"Oh iya lalu bagaimana dengan yang terakhir?" Tanya Alaina.
"Nah kalo yang terakhir itu, aku sebenarnya sudah pasrah,karena kedua tangan dan kakiku sudah tidak bisa di gerakan, di detik-detik terakhir saat bola api besar itu akan menghantam ku, aku melepaskan seluruh auraku, berharap itu akan menyelamatkan aku, dan ternyata benar berhasil, namun tak lama tubuhku merasa pusing dan seperti yang kalian tau, aku pingsan". Ujarku.
"Oh begitu, jadi benar dugaanku, kau melepaskan auramu secara tiba tiba, meskipun berhasil tetapi tubuhmu belum siap untuk bereaksi dengan auramu yang sangat besar, jadi itu mengapa aku pernah mengatakan jangan pernah lepaskan auramu secara dadakan, tapi untung saja sekarang tubuhmu tidak mengalami efek yang buruk". Ujar reno.
"Iya aku pun bersyukur , aku sekarang baik-baik saja setelah semua itu," Ucapku.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, Alaina dan reno pun meninggalkan kamarku untuk beristirahat karena malam terlah tiba, aku juga akan melanjutkan tidur, namun sebelum itu aku harus memakan sesuatu sebelum tidur, karena perutku sudah bergemuruh ingin mencerna sesuatu.