Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendua 12
Malam itu, angin berhembus lembut, membawa aroma hujan yang baru turun. Tampak seorang wanita yang tengah berdiri di sebuah gedung dengan tatapan datar. Kedua kaki jenjangnya melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan yang hendak dia tuju. Wanita itu tak lain adalah Stella.
Disini lah dia berada di lantai 5 No 66. Tanpa berpikir lama Stella membuka pintu yang ada di hadapan nya, beruntung pintu tersebut tidak tertutup rapat membuat dirinya bisa masuk tanpa memerlukan akses terlebih dulu menggunakan kunci kamar tersebut.
Setelah dirinya masuk, terdengar jelas suara desahan yang bersahutan dari dalam ruangan tersebut. Stella berpikir keras, ada rasa penasaran dan ragu yang bersarang bersamaan di benak nya, disisi lain dia ingin melanjutkan kembali langkahnya itu untuk mengungkap semua apa yang ada di benaknya selama ini, namun di satu sisi dia ragu dan ingin menghentikan langkahnya untuk kembali keluar dari ruangan tersebut.
Tak berselang lama Stella memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat mendengar alunan suara yang begitu familiar di indra pendengarnya, membuat Stella membalikkan tubuhnya, lalu meyakinkan kembali niat dan tujuan awalnya.
Dengan langkah mantap kaki jenjang nya terus melangkah hingga kini dirinya melihat jelas dengan mata kepala nya sendiri apa yang ada di hadapan nya saat ini. Seorang pria yang tengah bercumbu mesra dengan wanita lain di atas ranjang.
Stella begitu terkejut setelah tahu siapa pria yang ada di atas tubuh wanita itu. Ya, pria itu adalah Rafael, suami nya.
Hati Stella tercekik. Dia merasa seolah seluruh dunia runtuh di sekelilingnya. ia merasakan setiap detakan jantung yang bergetar penuh kepedihan.
"Mas Rafael! Apa yang kamu lakukan, Mas." Teriaknya, berusaha mendekati mereka. Namun, suaranya tak terucap, seolah terperangkap di dalam dada. Dirinya hanya bisa menyaksikan suaminya tertawa, memeluk wanita itu dengan penuh kasih sayang. Setiap senyuman Rafael kepada wanita itu seperti belati yang menggores hatinya.
“Kenapa kamu melakukan ini padaku?” Pikirnya, berjuang melawan air mata yang tak tertahan. Stella merasa seolah dikhianati oleh orang yang paling dicintainya.
Namun, saat dia berusaha melangkah mendekat, semuanya mulai memudar. Pemandangan itu bergetar, dan Stella terbangun dengan nafas yang memburu.
Keringat dingin bercucuran membasahi pelipisnya, Stella terbangun dari mimpi buruk nya yang menyakitkan. Dia mengedarkan pandangan nya ke arah lain, meresapi segala hal apa yang baru saja terjadi dalam mimpinya. Rasa sakit itu masih membekas, tapi dia berusaha menenangkan dirinya.
"Ternyata ... semua itu hanya mimpi." Gumam nya sambil memijit pelipis nya yang terasa pening akibat mimpi buruk itu, dengan jantung yang masih berdebar kencang.
Stella menarik nafas dalam-dalam, berusaha menyingkirkan bayangan wanita itu dari pikirannya. Tapi, sayang nya ... di dalam mimpi nya Stella masih belum jelas melihat wajah wanita itu, sehingga membuatnya makin penasaran dengan sosok wanita yang berada di bawah kungkungan suaminya.
"Siapa wanita yang sudah berani affair dengan, Mas Rafael? Apa aku mengenal nya, wajah itu terlihat samar membuatku tak bisa menangkap bayangan nya bahkan untuk mengenalinya pun aku tidak bisa."
Berjuta pertanyaan bergelayut manja di benak nya, tapi sedikit pun Stella tidak bisa memecahkan teka teki itu.
"Ya, Tuhan ... apa maksud dari mimpiku ini, kenapa rasa curigaku sampai terbawa dalam mimpi. Semoga ini hanyalah sebuah bunga tidur yang siapa pun pasti bermimpi buruk sepertiku." Pikirnya yang coba untuk menepis semua rasa di benaknya.
Malam yang seharusnya tenang kini dipenuhi dengan keraguan dan rasa takut akan kemungkinan yang tak terduga. Stella berdoa agar mimpi itu tidak mencerminkan kenyataan, dan mengingatkan dirinya untuk mempercayai cinta yang telah mereka bangun bersama.
🍁🍁🍁
Sementara di tempat lain sepasang kekasih yang baru saja tiba di hotel. Rafael mengatur nafasnya. Jantungnya berdebar lebih kencang ketika mereka memasuki lobi yang megah. Angel mengenakan gaun merah yang sangat seksi, membuatnya terlihat semakin menawan.
"Sayang, kita sudah sampai. Ayo turun."
Rafael berucap sembari melepaskan seat belt yang ada di tubuh kekarnya.
"Iya, Sayang. Aku sudah tidak sabar menunggu malam ini." Balas Angel, suaranya lembut namun penuh semangat. Kaki jenjang nya melangkah keluar dari mobil, berjalan mendekat ke arah Rafael, dan bergelayut manja di lengan kokoh pria itu.
Mereka berjalan menuju lift, dengan Rafael berusaha untuk tetap tenang meskipun pikiran liar berputar di kepala nya. Ketika pintu lift tertutup, suasana seketika menjadi lebih intim. Rafael mendekatkan tubuhnya ke Angel, aroma parfum mewahnya memenuhi ruangan. Tanpa berpikir panjang, Rafael mencondongkan tubuhnya dan mencium bibir Angel. Ciuman itu penuh hasrat, menciptakan api yang tak bisa dipadamkan.
Setelah beberapa detik yang penuh ketegangan, pintu lift terbuka di lantai yang dituju. Mereka melangkah keluar, berusaha menjaga penampilan seolah tidak terjadi apa-apa. Namun, setiap detik terasa semakin membara. Rafael mengambil kunci kamar dari saku celananya dan membuka pintu.
Begitu masuk ke dalam kamar hotel, Angel langsung berlari menuju jendela besar, menatap ke luar seolah menikmati pemandangan kota di malam hari. Rafael yang tidak bisa menahan diri, mendekatinya dan memeluknya dari belakang. "Sayang, kamu sangat cantik sekali malam ini, membuatku tidak bisa untuk menahan nya lagi." Bisiknya di telinga Angel sambil mencium ceruk leher Angel, menikmati sensasi aroma vanilla di tubuh yang telah membuatnya candu.
Angel tersenyum, berbalik dan memandang Rafael dengan penuh gairah.
"Aku pun begitu, rasanya aku tidak ingin berjauhan denganmu." Angel tersenyum nakal dengan tatapan menggoda. Tak lupa jemari lentiknya bergerilya di dada bidang Rafael yang membuat pria itu semakin memanas, merasakan gelenyar aneh di tubuhnya.
Tanpa banyak bicara, mereka saling mendekat, dan kali ini ciuman mereka jauh lebih dalam dan berapi-api. Rafael merasakan kehangatan tubuh Angel yang semakin mendekat. Tangan mereka mulai menjelajahi satu sama lain, melepas semua batasan yang ada.
"Sayang, kita mulai sekarang ya." Rafael memandangi wajah cantik Angel dengan nafas yang memburu.
"Ya, ayo kita lakukan sekarang, Sayang. Aku sudah rindu akan sentuhan mu itu." Angel tersenyum nakal, kemudian mengalungkan kedua tangan nya ke leher Rafael.
Mereka menuju ranjang king-size yang tertata rapi dengan seprai satin yang mengkilap. Rafael menarik tubuh Angel ke dalam pelukannya dan mereka terjatuh ke ranjang, tawa ringan mengisi udara. Namun, tak butuh waktu lama untuk kembali ke suasana penuh gairah. Rafael mulai mengusap lengan Angel, menghangatkan setiap inci kulitnya.
Dengan cepat, gaun merah Angel terlepas dari tubuhnya, meninggalkan jejak keindahan yang membuat Rafael terpesona. Dia menyentuh pinggang Angel, menariknya lebih dekat, dan mulai mencium leher jenjang nya. Angel mendesah pelan, merasakan setiap sentuhan penuh hasrat yang membuatnya candu akan sentuhan itu.
Malam itu, di dalam kamar hotel yang remang-remang, dua jiwa yang terjebak dalam petualangan terlarang saling berpadu. Suara desahan, tawa, dan bisikan membangun simponi malam yang penuh gairah. Dalam sekejap, mereka melupakan apa yang ada di luar sana terbenam dalam api cinta yang terlarang, tidak peduli pada risiko yang mengintai.
Pagi pun tiba, sinar mentari masuk ke dalam celah-celah tirai jendela membangunkan seorang wanita yang masih terbaring di atas ranjang. Kemudian kedua netranya menangkap seorang pria yang tengah berdiri di depan cermin, nampak rapi dengan kemeja kantor nya yang terbalut oleh jas yang melekat di tubuh atletis nya.
"Sayang, kamu mau kemana? Pagi-pagi kok sudah rapi." Angel beranjak dari pembaringan nya, berjalan mendekat ke arah Rafael.
"Pagi ini aku ada pertemuan dengan client." Jawab Rafael sembari merapikan kembali penampilan nya di depan cermin besar.
"Aku ikut ya, Sayang." Pinta Angel dengan nada manja sambil memegang lembut lengan kekar Rafael.
"Tidak bisa! Kamu harus ingat aku datang kesini ada urusan pekerjaan, dan aku harap kamu bisa mengerti." Tolak Rafael akan keinginan konyol Angel.
"Kenapa Sayang? Apa ada yang salah?" Tanya Angel dengan suara seksi yang begitu memabukkan Rafael.
"Jelas salah karena aku tidak ingin colegaku tahu tentang hubunganku denganmu! Aku tidak ingin rumah tanggaku hancur gara-gara hal konyol itu." Jawab Rafael tegas menatap tajam wajah Angel.
"Jadi ... maksudnya kamu masih tetap kekeh mempertahankan rumah tangga kamu dengan Stella?" Angel menelisik wajah Rafael seolah mencari kebenaran dari sorot mata pria itu.
"Ya, jelas aku gak mau kehilangan mereka! Aku gak mau kehilangan Stella, aku gak mau kehilangan Rafella. Aku sudah pernah bilang itu sama kamu kan? Dan kamu juga mengerti itu. Aku rasa gak perlu kita bahas lagi!" Balas Rafael dengan penuh penekanan di akhir kalimat. Sorot matanya begitu tajam, ada kilatan amarah di dalam sana.
"Aku gak mau kehilangan mereka, mereka adalah bagian dari hidup aku! Walaupun ... setelah aku bertemu kamu, hati dan pikiran aku selalu tentang kamu. Dan satu hal lagi yang perlu kamu tahu, aku cinta sama kamu Angel ... aku gak ingin kehilangan kamu. Ayo dong ngertiin aku." Sambungnya sembari menangkup wajah Angel menatap dalam manik coklat itu. Seketika sorot mata yang tadi terlihat tajam kini berubah menjadi lembut dan amarah nya pun mulai mereda.
Keduanya saling bersitatap satu sama lain hingga sebuah dering telpon yang menyadarkan mereka.
"Hallo, Sayang ...."
"Mas, ayo vc sebentar! Aku rindu kamu."
.
.
.
🍁Bersambung🍁
Jgn jadi wanita lemah dong stell