Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 10
"Diterima saja, Bu. Insyaallah kami iklas, dan itu memang sudah jadi haknya ibu." Supri ikut menimpali dan bicara sangat sopan pada Bu Yati.
"Yasudah ibu terima. Tapi nanti kalau kalian membutuhkan bilang lagi ke ibu ya, ini uangnya ibu akan simpan." Balas Bu Yati pada akhirnya. Rina dan Supri merasa lega, meskipun tidak sedikitpun terbesit untuk meminta uang itu kembali. Lalu Rina mendekati Ningsih yang masih menggoreng kentang, kesukaan Salwa.
"Mbak, ini buat mbak Ningsih." Rina juga menyodorkan amplop yang sama dengan jumlah yang sama pada Ningsih. Ningsih tertegun, dan memilih menolak pemberian adiknya.
"Kalau aku tidak usah, Rin. Kamu pakai saja untuk membeli kebutuhan rumah kamu. Kebutuhan kalian masih banyak, seharusnya mbak yang kasih amplop ke kalian, bukan kalian yang kasih amplop ke mbak. Kalau buat ibu, itu memang sudah seharusnya. Jadi, uangnya kamu simpan lagi saja ya. Dan besok kalau kalian mau pindahan, gak usah beli peralatan dapur, ambil dari rumah sini saja, tuh banyak. Kayak piring, sendok, panci, wajan dan kawan kawannya." Sahut Ningsih dengan sikap tenangnya.
"Iya mbak, terimakasih banyak ya. Tapi kemarin uang buat beli kekurangan ayam, bumbu, dan gas, pakai uangnya mbak Ningsih. Setidaknya uang ini buat ganti itu, mbak." Rina masih tetap dengan niatnya, bukannya apa. Karena Rina sangat tau kondisi keuangan kakaknya yang serba kekurangan.
"Tidak usah, anggap saja itu tanda sayangnya mbak sama kamu. Doakan urusan dan rejeki mbak lancar. Dan jangan pernah berhenti untuk menyayangi Salwa ya." Sahut Ningsih dengan mata yang sudah mengembun.
"Terimakasih mbak. Insyaallah Salwa akan tetap dalam penjagaan aku. Apalagi mas Supri juga sangat menyukai Salwa. Nanti kalau mbak tinggal kerja, aku akan tetap jemput Salwa kayak biasanya. Mbak gak usah khawatir." Sahut Rina yang memang sudah sangat menyayangi Salwa dengan setulus hati.
"Alhamdulillah, terimakasih banyak ya." Sahut Ningsih yang tersenyum hangat menatap wajah sumringah adiknya.
"Yasudah, sana sarapan dulu. Tuh suami kamu kasihan, masak sedari tadi kamu biarkan sendirian. Sana sarapan temani suami kamu, mbak mau ke depan kasih kentang goreng ke Salwa." Sambung Ningsih sambil terkekeh. Supri menunduk malu mendengar ocehan kakak iparnya, sedangkan Rina tersenyum malu malu menatap suaminya dengan dada berdebar.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
"Asalamualaikum." Ada segerombolan ibu ibu dari kampung dalem yang datang.
"Waalaikumsallm, mari Bu ibu silahkan masuk. Maaf kalau masih berantakan tempatnya, duduk lesehan gak papa ya Bu ibu?" Balas Ningsih sungkan, karena rumah memang belum sepenuhnya dibersihkan, meja kursi masih ada di luar semua. Tidak menduga kalau masih ada saja tamu yang datang.
"Gak papa mbak Ningsih, manten nya dimana?" Sahut ibu ibu ramah. Ada Bu Likah, juragan es yang dulu pernah mempekerjakan Rina. Dan ada Bu Sandi, Bu Rita, Bu Windi dan Bu Jamikah. Mereka semua berasal dari kampung sebelah, yang memang sudah mengenal baik Rina.
"Ada dibelakang Bu, sebentar saya panggilkan. Silahkan di cicipi hidangannya, seadanya." Sambut Ningsih yang sudah meletakkan beberapa cemilan kue dan air mineral di hadapan ibu ibu.
"Rin, ada tamu. Bu Likah dan para tetangganya." Ningsih memanggil Rina di dapur.
"Iya mbak, aku sama mas Supri akan ke depan. Ini gimana ya mbak, apa yang harus kita suguhkan?" Sahut Rina dengan cemasnya.
"Kamu tenang saja, tadi pagi aku sama ibuk sudah buat soto lagi. Dan buat angsul angsul juga masih ada sisa di kamar. Nanti kamu ambilkan saja langsung di kamarnya ibuk saat tamunya mau pulang. Yasudah, kamu langsung ke depan, temani tamunya. Aku mau ambilkan soto buat ibu ibu itu." Balas Ningsih dan langsung meracik soto ke dalam piring dengan cekatan.
Tamu tamu yang datang masih cukup banyak, ada saja yang datang bertamu hingga menjelang sore hari. Meskipun Bu Yati orang tidak punya, namun banyak yang bersimpati karena memang Bu Yati orang yang sangat mudah di mintai tolong oleh siapapun. Selain itu, Bu Yati orang yang ramah, begitu juga dengan anak anaknya. Tak heran kalau acara nikahan Rina yang tanpa pesta tapi tamu yang datang melebihi orang yang mengadakan pesta.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Satu Minggu berlalu, Rina dan Supri mulai pindah kerumahnya Supri. Meskipun kecil dan sederhana, Rina sudah sangat bersyukur dan bahagia. Peralatan dapur, Rina membawa dari rumah yang sudah disiapkan oleh Ningsih. Dan juga sembako dari orang orang yang kemarin datang untuk memberinya selamat. Karena tidak semua bawa amplop. Ada yang bawa minyak, gula, beras, telur, mie dan kecap. Bu Yati menyuruh Rina untuk membawanya sebagian dan sebagian sengaja di simpan buat kebutuhan sehari hari, Rina pun tak keberatan begitu juga dengan Supri.
"Asalamualaikum." Terdengar suara salam dari laki laki yang tidak asing di telinga keluarga Ningsih. Wandi datang bersama dengan keluarganya.
"Waalaikumsallm." Sahut Bu Yati, tertegun menatap rombongan keluarga Wandi yang tiba tiba saja datang bertamu.
Sedangkan Ningsih masih berada di tempat kerja, karena dia tengah masuk pagi dan akan pulang nanti pukul dua siang, satu jam lagi. Rina yang akan pulang bersama Supri menunda niatnya, karena juga khawatir kalau Wandi dan keluarganya berulah lagi.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Sahabat Benalu
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tempat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
sekedar saran utk karya2 selanjutnya, kurangi typo, dan di setiap ahir bab jgn terlalu banyak yg terkesan menggantung.
semoga smakin banyak penggemar karyamu dan sukses. terus semangat.. 💪😊🙏
mksh ka/Kiss/sumpah ceritanya bagus buat candu
entah apa hukumnya wandi mentalak irma tanpa saksi juga ..syahkan cerainya. ktnya hrs dpn saksi jatuhin talak