NovelToon NovelToon
School Of Magic In Shadow Assassins

School Of Magic In Shadow Assassins

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Anime
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Muchlis sahaja

Bercerita tentang seorang anak yang bernama mugi yang terlahir sebagai rakyat jelata dan menjadi seseorang penyihir hebat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muchlis sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Janji dan kekuatan.

Setelah kejadian yang mengerikan itu, evakuasi seluruh korban dilakukan oleh prajurit kerajaan. Zahra menghampiri Oneal, yang sudah melepaskan jubah dan topengnya. Dia melihat Oneal memeluk erat jasad Rida. "Oneal, ada apa?" tanya Zahra dengan suara khawatir.

Oneal, terdiam, tidak menjawab. Matanya terpejam, air mata mengalir di pipinya. Dia hanya memeluk erat tubuh Rida, seolah-olah ingin menahannya agar tidak pergi.

Mugi menghampiri Zahra dan Oneal, bingung melihat keadaan mereka. "Ada apa? Oneal? Kamu kenapa?" tanya Mugi.

Oneal mengangkat tubuh Rida dan berjalan, matanya kosong. "Rida telah mati. Aku akan menangani mayatnya," jawabnya dengan suara berat.

Zahra yang mendengar kabar itu terguncang. Dia terduduk, tubuhnya gemetar. "Yang benar saja! Bagaimana bisa?"

Mugi hanya diam, terlihat sedih. Zahra menangis, suaranya bergema dengan kesedihan, "Rida!!"

Malam pun tiba, Zahra duduk di kamarnya, memandangi fotonya bersama Rida. Dia mengingat masa kecil mereka, saat mereka bermain bersama. Rida pernah berkata, "Zahra, kamu harus berjanji kepadaku. Kalau nanti kamu menikah, kamu tidak boleh meninggalkan aku. Kamu harus tetap bermain bersama aku."

Zahra memeluk erat foto itu, "Iya, aku janji. Kamu juga jangan meninggalkan aku ya."

Rida tersenyum, "Iya, aku tidak akan meninggalkanmu, Zahra."

Zahra meneteskan air matanya, "Kenapa engkau meninggalkan aku, Rida? Kenapa? Kamu telah mengingkari janji mu!"

Zahra menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba, Stalia, nomor lima dari Black Number, menghampiri Zahra.

"Kenapa engkau menangis?" tanya Stalia dengan nada lembut.

Zahra terkejut mendengar suara Stalia. Dia melihat ke arahnya, "Si-siapa kau?"

Stalia berjalan mendekati Zahra, "Aku diutus untuk membawa mu ke kastil kami. Apa kau mau ikut? Tuanku Keter ingin berbicara kepada mu."

Zahra bimbang, namun Stalia berkata, "Tuan ku ingin kamu bertambah kuat. Jadi Keter mengutus ku untuk mu. Ayolah."

Zahra akhirnya memutuskan untuk ikut dengan Stalia.

Dalam perjalanan, Zahra bertanya, "Ini jalan menuju ke mana?"

Stalia menjawab dengan tenang, "Ini jalan menuju kastil kami. Kastilnya memang tersembunyi, kamu tenang saja."

Zahra bertanya dengan polos, "Kenapa harus tersembunyi? Bukannya organisasi kalian sangat kuat?"

Stalia sedikit melirik ke arah Zahra, "Organisasi kami memang kuat, tapi kami memang tercipta untuk bergerak dalam bayangan."

Zahra kagum mendengarnya. Mereka pun sampai di sebuah kastil yang begitu besar, megah, dan tersembunyi. Stalia berkata, "Kita sudah sampai. Ayo naiklah."

Zahra terpesona melihat kastil tersebut. Dia menaiki tangga kastil dan mendekati pintu. "A-apa aku boleh membuka pintu nya?" tanya Zahra dengan ragu.

Stalia tersenyum, "Silahkan, buka lah."

Zahra membuka pintu dan melihat seluruh pasukan berjubah hitam menunduk kepada Keter. Keter duduk di atas sebuah kursi, menyilangkan kakinya. Dia melihat Zahra yang membuka pintu, "Selamat datang, Zahra."

Zahra gemetar memasuki kastil dan mendekati Keter. Keter berdiri dari kursinya dan berjalan menuju Zahra. Setelah sampai di hadapan Zahra, Keter berkata, "Bagaimana? Bagaimana rasanya kehilangan sahabat mu?"

Zahra terpukul mendengar perkataan dari Keter. "A-apa maksudmu?" jawabnya dengan suara gemetar.

Keter berkata, "Setelah tragedi penyerangan itu, apa kau tidak menyadari itu? Dunia begitu kejam! Manusia yang memiliki kekuasaan akan berbuat semaunya. Akan tetapi itu semua akan dapat engkau lawan dengan kekuatan."

Zahra terduduk lesu, wajahnya penuh kesedihan. Air matanya berlinang. "Iya, aku tahu itu! Tapi aku begitu lemah, aku tidak akan bisa melawan mereka semua! Bahkan jika aku mencoba melawan, aku akan bernasib sama seperti Rida."

Keter mengangkat tangannya dan mengeluarkan segumpal sihir di telapak tangannya. "Jika kau masih memiliki niat bertarung, ku beri kau kekuatan."

Seketika itu tubuh Zahra dipenuhi energi sihir yang begitu besar. Zahra berkata, "Ini kekuatanmu? Luar biasa!"

Keter berkata, "Selamat datang di organisasi Black Number."

Zahra dengan tekad yang kuat menerima sambutan tersebut, "Iya, dengan ini aku akan berjuang bersama kalian."

Pagi hari pun tiba, dan pada saat itu berita tentang penyerangan sekolah sihir pun tersebar ke seluruh dunia. Penyerangan sekolah tersebut disebabkan oleh serangan dari Black Number. Berita tersebut sampai di pusat ibukota dan sampai di telinga kepala sekolah sihir di ibukota. Kepala sekolah itu berkata, "Bagaimana bisa sekolah sihir di desa itu hancur? Bagaimana bisa guru-guru di sana lemah sekali?"

Salah satu guru membalas perkataan dari kepala sekolah tersebut, "Katanya organisasi itu begitu kuat pak."

Kepala sekolah itu begitu kesal mendengarnya dan langsung membalasnya, "Kuat? Lalu kau pikir guru-guru yang aku pilih itu lemah, dan berarti aku tidak bisa menilai potensi seseorang?"

Seluruh guru tidak berani menjawab perkataan dari kepala sekolah tersebut. Kepala sekolah itu berkata lagi, "Panggil seluruh siswa yang masih hidup untuk datang ke ibukota dan masuk ke sekolah sihir di sini."

Dan beberapa guru bersiap menulis surat perintah untuk seluruh siswa yang masih hidup datang ke ibukota.

Di sisi lain, Mugi sedang berjalan menjenguk Melly yang sudah siuman di sebuah rumah sakit. Mugi memasuki kamar Melly dan berkata, "Guru Melly, kamu sudah baikan?"

Melly, yang sudah siuman, tersenyum kepada Mugi, "Iya, aku sudah baikan, terima kasih."

Mugi sedikit bingung, "Terima kasih? Untuk apa?"

Melly tersenyum manis, "Aku tahu itu engkau, kau lah Keter itu kan? Terima kasih sudah menyelamatkan aku."

Mugi mendekati Melly dan menggenggam tangannya. "Kamu sudah tahu ya, guru. Kamu hebat."

Melly dengan wajah yang memerah, "Entah kenapa engkau mau menolongku, padahal aku biasa saja kan?"

Mugi langsung membalasnya, "Tidak, kamu wanita yang menawan."

Wajah Melly semakin memerah, "J-jangan menggoda ku dong."

Mugi tersenyum kepada Melly, "Aku tidak menggoda, aku mengatakan yang sesungguhnya. Kamu dari dulu sudah cantik, tapi sekarang semakin cantik."

Melly semakin terkejut mendengar perkataan Mugi, "Kamu mengatakan hal yang seperti itu lagi!"

Mugi memegang kepala Melly dan menciumnya pada saat itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!