Bagaimana jika pernikahan mu tak di landasi rasa cinta?
Begitu lah kisah cinta yang membuat tiga keturunan Collins, Hadiadmaja menjadi begitu rumit.
Kisah cinta yang melibatkan satu keluarga, hingga menuntut salah satu dari kedua putri Hadiadmaja memilih pergi untuk mengalah.
" "Kau sudah melihat semuanya kan? jadi mari bercerai!"
Deg.
Sontak Hati Gladisa semakin perih mendengar semua cibiran yang dikatakan suaminya yang saat ini tengah berdiri di hadapannya itu. Siapa sangka, Adik yang selama ini besar bersama dengan dirinya dengan tega menusuknya dari belakang hingga berusaha untuk terus merebut perhatian semua orang darinya.
"Clara, Katakan ini Semua hanya kebohongan kan? ini kau sedang mengerjakan aku kan Ra??" mesti sakit, tapi Gladis masih terus mencoba berfikir positif jika ini semua hanyalah imajinasinya atau hanya khayalan.
Clara berjalan mendekat lalu tanpa aba-aba Clara nampak mencengkeram kuat Dagu kakaknya sendiri dengan gerakan yang cukup kasar me
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queenindri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekelumit rasa
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Beberapa pelayan pun ikut keluar setelah mendengar keributan dari luar.
Melihat tubuh Nona mudanya, yang nampak menggigil kedinginan membuat beberapa pelayan berinisiatif mengambil handuk untuk menyelimuti dan mengeringkan rambut nyonya muda mereka.
Nathan hanya diam sembari menatap beberapa pelayan rumahnya membantu Gladys untuk masuk ke dalam rumah.
Lagi, mereka juga menyiapkan air hangat dan minuman hangat untuk menghangatkan tubuh Gladys yang nampak menggigil kedinginan.
"Hacuih"
Sudah dapat Di pastikan jika Gladys akan tambah demam, dan itu nampak membuat Nathan tidak senang.
Buru-buru pria itu berjalan mendekat dan menempelkan lengannya ke arah kening sang istri.
"kau panas sekali, kau ini bagaimana? sudah tau demam kenapa malah hujan-hujanan, di mana payungmu?"
Gladys hanya diam, rambutnya yang basah sebagian menutupi wajahnya yang tengah menggigil kedinginan.
"Glad, apa yang terjadi? di mana payungmu? bukannya kau biasa membawanya?"
Tanya Nathan, untuk kedua kalinya mengulang pertanyaan yang sama.
Gladys bersusah payah untuk mengontrol emosinya, lalu ia mendongak dak memaksakan seutas senyum. "Aku lupa membawanya." Jawabnya dengan berbohong.
"Apa?"
Tiba-tiba ekspresi wajah Nathan berubah menjadi dingin.
Lalu pria itu mengusap wajahnya dengan sangat kasar, sebelum kembali angkat bicara.
"kau gila ya?"
Mendengar itu, Gladys tersenyum kecut. ini bukan kali pertama Nathan mengumpat ataupun menghinanya. hanya saja saat ini momen nya lah yang berbeda, entah kenapa saat ini kata-kata yang terlontar untuk nya terasa begitu menyayat hati setelah kehadiran bayi yang ada di perutnya.
Para pelayan yang ada di sana saling bertukar pandang, begitupun pak Harto dan Kepala pelayan yang ada di sana.
Tak ada satupun yang berani angkat suara mengingat Nathan sepertinya tengah dalam keadaan marah saat ini.
Gladys mulai menundukkan kepalanya, air matanya mulai menggenang di pelupuk maka hingga pada akhirnya ia menghapusnya dengan segera.
"Nangis lagi, nangis terus. Bisamu hanya nangis dan nangis saja. Untuk mommy dan Daddy tidak ada di rumah ini, coba saja mereka ada, pasti yang sudah-sudah aku yang di salahkan lagi." Cibir Nathan makin kesal.
Gladys tetap diam ia berusaha untuk menahan tangisnya agar tidak jatuh lagi. Barulah ketika Nathan tiba-tiba menggendongnya, air matanya luruh jatuh ke pipinya.
Nathan membawa Gladys naik ke lantai atas menuju ke kamar mereka. lalu ia memasukkannya ke dalam Kamar mandi dan meninggalkannya di sana.
"Mandilah! Aku tunggu di luar." Ucap pria tampan itu lalu menutup pintu kamar mandi.
kepalanya tidak berani untuk menatap sang suami. Setelah sang suami pergi, barulah Gladys berani mengangkat kepalanya, lalu berjalan menuju ke arah wastafel untuk menatap wajahnya sendiri.
"Sebenarnya apa salahku? Kenapa sulit sekali untuk menggapai cintamu? Apa kurangnya aku di banding Adikku?" Tuturnya seraya tersenyum kecut ke arah pantulan dirinya sendiri di dalam cermin.
Tiga puluh menit kemudian,, tepatnya setelah membersihkan dirinya Gladys keluar dengan tubuh yang sudah bersih dan rambut yang sudah mengering.
Melihat sang suami sudah tidak ada di kamarnya, Buru-buru Gladys membuka nakas untuk mencari kertas laporan pemeriksaannya yang ia sembunyikan kemarin. Ia tidak mau jika Nathan menemukannya lebih dulu, ia takut jika pria itu tau akan menyuruhnya untuk menggugurkan janinnya dan ia tidak mau itu sampai terjadi.
Laporan itu awalnya ia simpan sebagai kejutan untuk hadiah ulang tahun sang suami, namun faktanya sepertinya Nathan tidak butuh ini. Karena sebentar lagi ia akan mendapatkannya dari Clara, entah kenapa pikiran Gladys kemana-mana jika membayangkan sejauh apa hubungan antara suaminya dengan sang adik.
Aku yakin jika yang meminta Nathan untuk meminta ku mengantarkan berkas tadi adalah Clara, tidak mungkin jika suaminya sengaja untuk memberi tau dirinya tempat perselingkuhan mereka.
Setelah menertawakan dirinya sendiri akhirnya Gladys baru sadar jika kertas itu tidak ada di sana.
"Di mana kertas itu? kenapa, aku lupa menaruhnya?"
Panik, tentu saja Gladys panik. kertas itu sangat penting. jangan sampai Nathan menemukannya lebih dulu dari pada dirinya.
Setengah jam kemudian, Tiba-tiba terdengar pintu yang ingin di buka dari luar dan pada akhirnya Wanita itu buru-buru untuk duduk di bersikap tenang agar sang suami tidak curiga. .
Nathan masuk lalu menutup pintu dan berjalan menuju ke arah sofa. Sepertinya pria itu ingin mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda karena Tiba-tiba pihak Emtek. Group memutuskan untuk membatalkan Pertemuan mereka.
Pertemuan yang harusnya di adakan setelah acaranya bertemu dengan Clara tadi, namun siapa sangka malah mereka bertemu di tempat yang sama karena tingkah laku adik sepupunya itu yang sengaja untuk mempermainkan Istrinya, Dan bodohnya Nathan tidak tau akan hal itu.
Nathan membuka laptopnya lalu meluruskan kakinya ke arah depan. pria itu memangku Benda kotak itu di atas pahanya, sepertinya ia ingin segera menyelesaikan tugasnya agar esok hari ia lebih leluasa Bertemu dengan Clara. Ya, itulah yang ada di pikiran Gladys.
"Minum tes jahe itu, dan segeralah istirahat!"
"Ya"
Jawab Gladis singkat lalu ia menaikkan kakinya ke atas ranjang dan langsung menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.
Nathan mengerutkan keningnya karena Wanita itu tak meminum teh jahenya, malah ia langsung beranjak tidur hingga membuat pria tampan itu berubah geram.
"Apa yang kau lakukan?" Bentaknya seraya menaruh kembali laptopnya ke atas meja dan berjalan ke arah Ranjang di mana tubuh Gladys sudah bergulung dengan selimut. "Apa kau tuli, hah? Kenapa tidak meminum Teh jahenya?" imbuhnya lagi
Sontak Gladys langsung membuka selimutnya lalu mengalihkan tatapan matanya ke arah Teh jahe yang ada di atas nakas samping Ranjangnya. tak mau Suaminya semakin geram, akhirnya ia memutuskan untuk kembali mengubah posisinya menjadi duduk dan segera mengambil gelas itu untuk ia minum hingga tandas. "Sudah" Ucapnya, laku menaruh kembali gelas itu ke tempatnya semula.
Tanpa menatap ke arah sang suami, Gladys langsung kembali membaringkan dirinya hingga membuat Nathan menatap geram ke arahnya.
"Gladys, aku ingin bicara!" Pinta pria itu dengan suara yang nampak tegas.
"Bicaralah! Aku akan dengarkan dari sini." Ucapnya tanpa mau membuka Selimutnya lagi
"Tidak bisa, kita harus bicara serius kali ini, jadi duduk dan dengarkanlah kata-kataku!"
Pada akhirnya Gladys memilih mengalah, ia langsung mangkit dari tidurnya dan memilih untuk beringsut mundur dan menyandarkan dirinya di atas kepala ranjang. "Katakan, apa yang ingin kau bicarakan??" Tanya wanita itu tanpa menatap ke arah sang suami.
Namun berbeda dengan Nathan, pria itu menatap lekat ke arah istrinya dengan menatap lembut ke arah bibir Gladys yang terlihat pink alami. Tiba-tiba terbesit desir aneh yang mendorong dirinya ke arah Wanita itu, Nathan yang di selimuti nafsu tentu saja berusaha untuk melampiaskan hasratnya seperti yang sudah-sudah kepada sang istri.
Ia duduk di samping tubuh Gladys dan tiba-tiba saja menyerang istrinya itu hingga membuat Gladys tak kuasa untuk menolaknya. "Eummmmmm" leguh Gladys saat bibirnya di serang secara tiba-tiba.
Dret Dret