Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh
Hari ini langit begitu cerah. Seperti perasaan Athalla. Setelah merasakan surga dunia dan membuktikan jika dia pria pertama menyentuh istrinya, perasaan pria itu sangat bahagia.
Matahari bersinar hangat, menyinari jalanan yang dilalui Athalla dan istrinya, Cecil. Athalla memandang Cecil yang berjalan di sampingnya, senyumnya selalu mampu membuat jantungnya berdebar. Mereka baru saja keluar dari rumah, dan hari ini Athalla sudah merencanakan sesuatu yang spesial.
“Ayo Sayang, kita ke mall dulu,” ajak Athalla dengan senyum lebar. “Ada sesuatu yang mau aku belikan buat kamu.”
Cecil mengangkat alisnya, penasaran. “Oh? Apakah itu? Apa satu set perlengkapan memasak, Mas? Kenapa kamu terlihat begitu misterius? Pakai rahasia segala!"
“Haha, bukan itu! Ayo saja ikut. Nanti kamu tahu sendiri,” Athalla menggenggam tangan Cecil. Keduanya berjalan menuju mall sambil berpegangan tangan. Kebersamaan mereka terasa hangat, seolah dunia hanya milik mereka berdua.
Sesampainya di mall, aroma makanan yang menggugah selera langsung menyambut mereka. Athalla tersenyum melihat ekspresi gembira di wajah Cecil. “Sebelum kita pergi ke tempat yang aku maksud, bagaimana kalau kita makan dulu?”
Cecil mengangguk setuju, “Wah, aku memang sudah lapar, Mas! Ayo kita ke food court!”
Mereka menuju food court dan memilih beberapa hidangan favorit mereka, mulai dari sushi, burger, hingga dessert manis. Athalla memperhatikan Cecil yang sibuk memilih makanan, hatinya berdesir melihat wajah ceria istrinya.
“Oh iya, kamu mau dessert dulu atau setelah berbelanja?” tanya Athalla sambil menyuap sushi ke mulutnya.
“Dessert dulu dong! Buat menambah energi,” jawab Cecil ceria.
Setelah makan, mereka berdua menuju toko perhiasan yang telah ditentukan Athalla. Begitu memasuki toko, Cecil terpesona oleh kilauan berbagai perhiasan yang terpajang. “Wow, semuanya cantik-cantik!” kata Cecil sambil mendekati rak yang dipenuhi cincin dan kalung berkilauan.
Athalla tersenyum lebar melihat reaksi Cecil. “Nah, inilah yang mau aku belikan untuk kamu.”
Cecil menoleh dan matanya berbinar penuh harapan. “Untuk aku? Mas, kamu tidak perlu membeli perhiasan untukku. Aku tidak sedang berulang tahun."
“Tak harus berulang tahun untuk memberi hadiah, aku hanya ingin memberi yang terbaik untukmu. Momen ini spesial. Jadi, pilihlah yang kamu suka,” dengan hangat Athalla meminta istrinya untuk memilih.
Cecil melangkah ke depan dan mulai mencoba beberapa cincin. “Mas, lihat yang ini! Bagus kan?” Dia mengangkat cincin dari emas dengan batu permata berwarna biru cerah.
“Cantik sekali! Itu jadi pilihan yang tepat,” Athalla mengangguk setuju. “Cocok untuk kamu.”
Cecil tersenyum lebar. “Tapi ini pasti mahal, Mas.”
“Apa pun harganya, itu tidak ada artinya dibandingkan kebahagiaanmu, Cecil. Jadi, ambil yang kamu mau,” jawab Athalla penuh keyakinan. Cecil tersenyum bahagia mendengar jawaban dari suaminya. Dia jadi lupa jika pria itu pernah kasar.
Setelah mencoba beberapa perhiasan lain, akhirnya Cecil memilih cincin tersebut. “Terima kasih, Mas. Kamu benar-benar perhatian.” Dia memeluk Athalla erat, membuat Athalla merasa bahagia bisa menggembirakan istrinya.
Setelah urusan perhiasan selesai, mereka berjalan-jalan di mall sambil mengobrol. Dalam perjalanan menuju pintu keluar, mereka melihat sebuah toko yang menjual pakaian terbaru. Cecil langsung tertarik.
“Mas ...! Lihat deh, itu baju lucu!” Cecil menunjuk dengan antusias.
“Ayo kita lihat,” Athalla menjawab sambil tersenyum.
Cecil masuk ke dalam toko dan melihat-lihat baju. “Mas, coba lihat yang ini! Bagus kan?” Dia mengangkat salah satu baju yang berwarna cerah dan memiliki motif bunga.
“Wah, itu harus kamu coba! Pasti cocok untukmu,” Athalla berkomentar.
Setelah Cecil mencoba beberapa baju, dia memilih satu yang paling disukainya. Sekali lagi, Athalla menawarkan untuk membelikan baju itu. Mereka berdua pun selesai berbelanja dan akhirnya keluar dari mall dengan penuh kebahagiaan.
“Sekarang, kita ke rumah Mama ku” kata Athalla sambil menyalakan mesin mobil.
“Mama Tari pasti senang melihat kita. Apalagi kamu sudah membelikan perhiasan untukku,” jawab Cecil dengan ceria.
Perjalanan menuju rumah Mama Tari diiringi oleh musik lembut yang mengalun di dalam mobil. Athalla menggenggam tangan Cecil yang diletakkan di pahanya. “Hari ini benar-benar menyenangkan, ya?”
“Banget! Terima kasih, Mas. Kamu tahu banget cara membuatku bahagia,” ujarnya dengan tawa. “Jadi, mama sudah tahu kita akan datang?”
“Aku baru mau telpon, tapi sepertinya aku yakin dia akan senang. Dia selalu menantikan kedatangan kita,” Athalla menjawab.
Sesampainya di rumah Mama Tari, mereka melihat rumah yang dihiasi beberapa bunga yang sedang mekar. “Wah, tempat ini semakin indah,” kata Cecil.
Athalla mengetuk pintu, dan tidak lama kemudian Mama Tari membuka pintu dengan senyuman lebar. “Athalla! Cecil! Senangnya kalian datang!” Dia langsung memeluk keduanya.
“Mama, kami baru pulang dari mall. Lihat nih, Cecil baru saja membeli cincin cantik!” Athalla memperkenalkan perhiasan baru Cecil dengan bangga.
“Mama mau lihat!” Mama Tari mengulurkan tangan dengan penuh semangat. Cecil memperlihatkan cincin itu, dan Mama Tari terkesima. “Wow! Cantik sekali, Cecil! Athalla, kamu punya selera yang bagus!”
“Terima kasih, Ma.” Cecil tersipu malu.
“Mari masuk, Mama sudah menyiapkan makanan kesukaan kalian,” ajak Mama Tari sambil memegang tangan mereka.
Begitu masuk ke dalam rumah, aroma masakan lezat langsung menyerbu indera penciuman mereka. “Wah, mama masak apa hari ini?” tanya Athalla sambil membuang sepatu.
“Mama buat rendang dan sayur asem. Pasti kalian suka,” jawab Mama Tari dengan bangga.
“Pasti enak sekali, Ma. Kami sangat tidak sabar untuk mencobanya!” jawab Cecil dengan penuh antusias.
Duduk di meja makan, mereka bertiga mulai menikmati hidangan yang disiapkan Mama Tari. Sambil menyantap, cerita-cerita lucu dan canda tawa pun menghiasi suasana. Athalla menyaksikan cegukan tawa Cecil dengan kegembiraan.
“Cecil, kamu tahu gak? Dulu saat masih kecil, Athalla suka mencuri kue mama setelah dia pergi tidur,” Mama Tari bercerita, membuat Athalla merasa segan.
“Uh-oh, jangan cerita itu, Ma! Sangat memalukan!” Athalla berkomentar sembari tersipu. “Itu rahasia!”
Cecil tertawa terbahak-bahak. “Kenapa bisa begitu, Mas? Kenapa kamu iri dengan kuenya?”
“Karena semuanya terlalu lezat untuk diabaikan!” Athalla mencoba membela diri.
Setelah makan malam, mereka pindah ke ruang tamu sambil menikmati teh hangat. Athalla, Cecil, dan Mama Tari melanjutkan obrolan ringan. Athalla merasa bersyukur memiliki keluarga yang hangat seperti ini.
“Mama, Terima kasih sudah menyiapkan malam yang indah ini. Dengan makan enak dan obrolan seru, semua terasa sempurna,” kata Athalla.
“Senangnya mendengar itu, Nak. Yang penting kalian bahagia,” jawab Mama Tari sambil tersenyum.
"Sayang, aku ke kamar mandi dulu. Setelah itu kita pulang," ucap Athalla.
"Nanti pulang bawa rendang, bisa kamu hangatkan. Tambah enak lagi," balas Mama Tari.
"Kamu mau, Sayang?" tanya Athalla.
"Bolehlah, Mas. Nanti bawa aja. Aku hangatkan lagi besok," jawab Cecil.
"Kalau begitu aku minta bibi siapin, sekalian ke kamar mandi," pamit Athalla.
Athalla berjalan menuju ke kamar mandi yang ada di dapur. Mama Tari merapatkan tubuhnya ke dekat sang menantu.
"Cecil, satu bulan hidup bersama Athalla, apa dia pernah melakukan sesuatu padamu?" tanya Mama Tari.
"Maksudnya Mama, apa?" Cecil balik bertanya karena tak mengerti.
"Maksud mama, apakah dia pernah berbuat kasar padamu?" tanya Mama Tari.
Dahi Cecil berkerut mendengar pertanyaan mama mertuanya. Merasa sedikit heran dengan tujuan dan maksud dari pertanyaan Mama Tari.
Bu tari mnding critain aja smua tntang athalla jdi cecil bisa br hati hati klo sakitnya atha kumat 😀😀😀😀😀
🤭🤭🤭
lanjut thor
Mam Reni aq jadi curiga dan penasaran dwehhh 🤭🤭