Menceritakan seorang wanita yang memiliki perasaan cinta kepada suaminya sendiri. Penikahan paksa yang di alami wanita itu menyebabkan tumbuhnya beni cinta untuk sang suami meskipun sang suami selalu bersikap dingin dan acuh kepadanya.
Wanita yang bodoh itu bernama Andin. Wanita yang rela suaminya memiliki kekasih di dalam pernikahannya, hingga sebuah kecelakaan terjadi. Andin mengalami koma dan ketika sadar semua tidak seperti yang di harapkan oleh sang suami.
Apakah cinta Andin tetap bertahan meskipun ia menderita amnesia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Eliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingatan yang hilang
Hari demi hari di lewati oleh Rian dengan penyesalan dan kesetiaan. Tubuh Rian semakin kurus karena dirinya hanya makan sehari sekali. Beberapa waktu yang lalu dirinya harus di rawat karena malnutrisi atau kekurangan gizi. Rian terus menjaga Andin dari luar ruang Icu karena aturan di rumah sakit di ruangan ICU hanya bisa di tunggu di luar. Andin sudah 4 bulan belum bangun dari keadaan koma.
"Andin... ayo bangun sayang" ucap Rian yang berada di samping Andin karena jadwal masuk ke dalam ruangan.
Air mata Rian terus mengalir. Rian mengecup dahi Andin sehingga air matanya menetes tepat di mata Andin. Setelah cukup lama dia mengecup dahi sang istri. Rian merasakan jari-jari Andin mulai bergerak dan suara monitor berbunyi.
Rian panik dan menekan tombol hijau untuk memanggil perawat.
"Bapak silahkan keluar terlebih dahulu" ucap salah satu perawat.
Dokter segera masuk untuk mengatasi kondisi Andin. Rian yang di suruh keluar akhirnya mengalah meski dirinya tidak mau keluar. Dilihatnya dokter melakukan tindakan di tubuh Andin dari jendela kaca.Rian tidak hentinya berdoa semoga Andin cepat pulih.
"Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Rian kepada dokter yang keluar dari ruang ICU.
"Kabar baik untuk tuan, istri anda akhirnya melewati masa koma. Kami akan memindahkan nona Andin ke ruang rawat inap" ucap dokter.
"Jika begitu pindahkan ke ruangan VIP dok, oh ya dok apa saya boleh bertemu dengan istri saya?" tanya Rian.
"Nanti jika pasien sudah di ruang VIP baru tuan bisa bertemu" ucap dokter lalu berlalu.
Rian begitu bahagia mendengar bahwa Andin telah sadar dari komanya. Rian mengambil ponselnya dan menelepon kakek.
Setelah memberitahu sang kakek, Rian kembali mengamati Andin yang sedang di lakukan persiapan pindah ke ruang rawat inap.
"Andin..."Panggil Rian di samping Andin ketika mereka telah berada di kamar rawat inap kelas 1 VIP.
Meski Andin belum membuka matanya karena pengaruh obat tetap saja Rian tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya dari wajahnya.
"Sayang... Ayo bangun...Aku janji akan mengabulkan semua keinginanmu" ucap Rian sambil mencium dahi Andin.
Mata Andin bergerak kanan dan kiri meski dalam posisi tertutup.
Andin mendengar suara yang terasa menggetarkan hatinya tapi dia bingung suara siapa itu.
Dengan perlahan kelopak mata itu terbuka, pertama keburaman yang di tangkap oleh pupil mata Andin lalu lama kelamaan semua jelas.
Rian menyadari bahwa Andin membuka matanya, bertapa bahagia Rian sampai menciumi semua wajah Andin lalu menekan tombol didinding untuk memanggil dokter.
Tidak butuh waktu yang lama, dokter dan beberapa perawat masuk dan memeriksa tekanan darah dan pupil mata Andin.
Andin mengerutkan dahinya ketika dokter memberikan selamat atas keberhasilan Andin yang keluar dari masa kritis.
"Sayang... Akhirnya kamu bangun juga" ucap Rian menggapai tangan Andin dan menggenggamnya. Namun Andin berusaha mengendurkan genggaman Rian.
"Siapa om ini?" tanya Andin bingung.
Para dokter di sana langsung mendekat dan memberikan beberapa pertanyaan untuk dirinya.
"Apa nona tidak kenal beliau?" tanya dokter tersebut.
Andin mengelengkan kepalanya yang berarti dirinya tidak kenal Rian.
"Ujian apa lagi ini tuhan" ujar Rian dalam hati.
"Suster siapkan ruang rontgen" ucap dokter tersebut.
Setelah dokter memberikan perintah kepada suster, dokter meminta Rian ke ruangannya untuk memberi penjelasan.
Rian pun meninggalkan Andin sendirian dengan rasa bingung. Sedangkan Andin di bawa ke ruang rontgen untuk di lakukan pemeriksaan lanjut.
Rian mendapatkan gambar rontgen kepala Andin yang secara otomatis terhubung denhan komputer dokter kepala.
"Pak Rian, dari pemeriksaan ini nona Andin mengalami Amnesia Retrograde. Amnesia jenis ini ditujukan kepada seseorang yang kesulitan untuk memperoleh kembali ingatan di masa lalu. Hal yang menyebabkan seseorang mengidap amnesia jenis ini karena pernah mengalami cedera pada otak atau pernah menjalani operasi di bagian kepala, sehingga mengakibatkan hilangnya sebagian memori ingatan." ucap dokter menerangi apa yang di diagnosanya.
"Suster memberikan pesan kepada saya bahwa nona Andin hanya ingatan tentang dirinya di 3 tahun yang lalu" Ucap Dokter.
"Saya sarankan pak Rian bisa memperkenalkan diri perlahan untuk penyesuaian diri pasien" ucap dokter.
Rian tidak bisa bicara apapun, dirinya hanya bisa menghela napas yang panjang karena syok mendapat kabar yang menyedihkan.
Andin tidak ingat hubungannya dengan Rian. Berarti Andin juga lupa masalah yang terjadi antara Ara dan dirinya.
Rian berjabat tangan ke dokter untuk mengucapkan terima kasih karena sudah membantu dalam pengobatan dan pemulihan Andin.
Rian kembali ke ruang Andin dan sudah melihat sang istri menatap kearah jendela yang terbuka.
"Sayang..." ucap Rian
Andin menoleh kearah Rian dan dengan wajah yang terlihat bingung.
"Maaf anda siapa?" tanya Andin dengan kerutan di dahi pertanda kebingungan.
"Saya suamimu" ucap Rian pelan namun cukup terdengar di telinga Andin.
"apa?" ucap Andin terkejut.
"Iya aku suamimu, Andin" ucap Rian yang berusaha mendekat.
"Hahaha om lagi bercanda bukan?" tawa Andin seolah mengejek.
"Apa aku setua itu di matamu?" tanya Rian sambil menyipitkan matanya.
"Aku pikir kamu seorang pedofil, karena kamu tidak mungkin menikahi anak usia 17 tahun bukan?" ucap Andin tidak kalah judesnya.
Rian terkejut mendengar ucapan Andin.
"Sayang... Usia kamu sekarang baru mau menginjak 21 tahun bulan depan kamu akan ultah ke 21 thn." ucap Rian lembut.
"Om... Jangan sembarang, aku ingin lihat ayahku... Om jangan menghalangiku" ucap Andin yang berusaha berdiri.
"Andin... Aku ini suamimu, bukan om om mata jelalatan, ayo lah... Kamu tahu amnesia?" tanya Rian dengan tatapan yang teduh. Rian meraih pergelangan Andin karena dirinya terus berontak mau turun tempat tidur.
"Amnesia?" Andin mengulangi ucapan Rian.
"Iya... Kamu mengalami amnesia dan kamu kehilangan sebagian ingatanmu akibat kecelakaan mobil" ucap Rian lembut tapi jelas.
"Jadi benar aku telah menikah dengan om?" tanya Andin
Rian hanya tersenyum yang membuat Andin terpesona dengan senyuman tersebut.
"Kamu harus tenang ok... untuk ayah kamu, kata kakek beliau sudah tiada sejak kamu kelas dua SMA sekarang kamu harus tabah dan harus pulih dulu agar ingatanmu cepat kembali" ucap Rian tenang lalu berusaha mau memeluk Andin yang diam karena syok mendengar sang ayah telah meninggal beberapa tahun yang lalu.
"Aku sendirian" ucap Andin yang mulai mengalir air matanya.
"Sayang, kamu tenanglah... kamu punya aku, jadi kamu tidak perlu takut. Lagian ada kakek kandung mu" ucap Rian yang memeluk tubuh Andin yang sudah bergetar.
"Kakek sedang di jalan menuju rumah sakit." ucap Rian menenangkan Andin yang menangis.
"Berapa lama kita menikah?" tanya Andin sambil mendorong tubuh Rian dengan pelan.
"Sekitar 8 bulanan, kenapa ?" tanya Rian dengan tatapan lembutnya. Rian menangkup pipi Andin lalu mengecup dahi Andin sehingga membuat pipi Andin memerah.
"Jangan cium-cium om ganteng" ucap Andin mendorong tubuh Rian menjauh darinya.