Ranti terpaksa harus mengakhiri pernikahannya dengan lelaki yang ia cintai. Niat baiknya yang ingin menolong keponakannya berbuntut peperangan dalam rumah tangganya.
Lalu bagaimana akhir dari cerita ini?
Yuk kita simak ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Menurut Juga
Bab 11. Menurut Juga
Pov Ranti
Empat hari sudah Menur tinggal bersamaku. Tetapi sepertinya dia belum bisa beradaptasi di rumah ini. Ia selalu berada di kamarnya jika aku ke dapur dan memasak. Juga ku lihat pakaian kotornya menumpuk di dalam kamarnya.
"Nur, ayo makan." Ujar ku ketika berada di depan pintu kamarnya yang terbuka.
Ku lihat ia sedang asik bermain dengan laptop barunya.
"Ya, Tante."
Menur beranjak, dan ikut melangkah bersama ku menuju meja makan yang berada di dapur.
"Tante hanya masak ayam goreng, tahu goreng, sambal dan juga sayur asem."
"Tidak apa Tante, ini enak kok."
"Ya sudah, makanlah yang banyak." Ujar ku.
Melihatnya makan dengan lahap aku senang. Apalagi teringat kalau ia sudah sebatang kara di usia mudanya, hatiku terenyuh melihatnya. Namun tetap saja aku harus mendidiknya menggantikan posisi ibunya. Karena saat ini, aku adalah wali Menur.
"Nur, apa kamu masih belum mencuci pakaian mu selama disini?"
Menur menghentikan sesaat makannya dan menoleh ke arah ku.
"Belum Tante, aku masih sibuk untuk urusan kuliahku. Aku masih cari-cari informasi, jurusan apa sebaiknya aku pilih nanti."
"Oh begitu, ya sudah. Tapi ingat Nur, tidak baik menumpuk pakaian lama-lama. Nanti berjamur, dan juga kamar menjadi bau."
"Iya Tante, nanti kalau senggang aku cuci."
Aku lega, Menur mau mendengar nasehat ku. Tidak ada lagi percakapan di antara kami karena kami lebih menikmati makan malam kami hari itu.
Lalu kemudian, Menur membawa piring-piring kotor ke wastafel setelah kami makan. Sepertinya kali ini ia ingin mencuci piring kotor sisa kami makan. Syukurlah, ia sudah mulai peka sekarang.
"Triiing...! Triiing...!"
Handphone Menur berdering, ia pun segera menjauh dan ngangkat panggilan itu. Ah, sepertinya kali ini aku yang akan mencuci lagi piring kotor kami karena Menur tak kunjung kembali.
Besok Mas Pram pulang. Semoga saja Menur bisa membawa diri dan tidak mengecewakan kami. Karena bila Mas Pram kecewa, aku juga merasa tidak enak dan serba salah. Yang satu suami dan yang satunya lagi keponakan yang baru ku jumpai setelah sekian lama dan ia sebatang kara.
Lebih baik aku sampaikan saja padanya, agar besok dia tidak terkejut jika Mas Pram datang.
"Tok...tok... tok!"
"Menur..."
Tidak lama, pintu kamar di buka oleh Menur.
"Ada apa Tante?"
"Tante cuma mau ngasi tahu, kalau besok Om kamu pulang biar kamu tidak terkejut."
"Oh, baik Tante."
"Ceklek!"
Loh! Menur langsung menutup pintunya padahal aku belum selesai bicara. Bahkan aku masih berdiri di hadapannya.
Sedkit kesal rasanya, tapi aku mencoba berpikir positif. Mungkin saja ia masih sibuk teleponan karena ku lihat headset ada di telinganya juga handphone di genggaman tangannya.
Aku menghela napas lalu berjalan menuju kamarku. Besok aku akan bekerja seperti biasa dan pulang menunggu kedatangan Mas Pram.
***
Pagi dengan embun tipis di sela-sela udara yang aku hirup menyambut kehadiranku ketika aku membuka jendela. Aku sudah rapi dan siap, tinggal membuat sarapan praktis saja sebelum berangkat ke tempat kerja.
Hari ini aku tidak masak untuk sarapan. Segelas susu dan roti panggang sudah cukup mengisi perut ku pagi ini.
Aku turun melewati tangga dan menuju ke dapur. Sedikit bingung melihat cahaya lampu yang terang karena seingat ku malam tadi aku sudah mematikan semua lampu di dapur.
Namun ku lihat ada Menur yang sedang duduk dan menyantap mie instan di meja makan.
"Menur, tumben sudah bangun?"
"Mau mie instan Tante?"
"Tidak. Tante mau sarapan roti saja."
"Okey..."
Tumben sekali Menur bangun sepagi ini dan membuat sarapan sendiri.
"Kamu tidak kemana-mana hari ini Nur?"
"Tidak Tante. Aku mau mencuci baju."
"Oh, ya sudah. Yang Tante ajari kemarin bisa kan?"
"Bisa Tante. Kalau bingung nanti lihat yutube saja."
Syukurlah Menur mau menurut. Walau pun ia sepertinya cuek saat aku nasehati, tetapi nasehat ku masih mau di dengar dan dipakai olehnya. Setidaknya dia bukan anak bandel, meski mungkin sepertinya dia agak malas saja.
Setelah sarapan aku pun meninggalkan Menur di rumah, untuk berangkat bekerja. Kasihan juga jika siang ia harus makan mie instan lagi. Dan aku pun akhirnya memesankan untuk makan siangnya lewat delivery dan dibayar lewat aplikasi. Dan begitu selesai membayar, handphone ku pun berdering.
Triiing....! Triiing...!
Aku tersenyum melihat nama yang tertera di layar handphone.
"Assalamualaikum, sayang..." Salam dan sapa di seberang sana begitu panggilan di angkat walau pun aku belum berbicara.
"Wa'alaikumsalam, Mas. Jadi pulang?"
"Jadi dong sayang. Mas kangen nih..."
Aku terkekeh. Suara Mas Pram yang manja dan mengatakan bahwa ia rindu padaku membuat hatiku selalu bahagia dan berdebar-debar meski kami sudah hampir setahun menikah.
"Aku juga kangen Mas. Mas nanti mau makan apa?"
"Tidak perlu repot sayang, Mas tahu kamu sudah lelah seharian berkerja. Besok saja saat kamu libur kerja baru masak di rumah. Nanti kita makan di luar saja."
"Baik lah Mas. Aku nurut saja."
"Nurut juga ya kalau Mas ingin lebih dan lebih. Mas akan bawa kamu serasa terbang, sayang. Mas dapat gaya baru dan ingin cepat mempraktekkannya padamu."
Ah, Mas Pram. Selalu bisa buat pipiku memerah dan tersipu meski ia tidak bisa melihatnya.
"Kok diam sayang?"
"Ah, tidak tahu deh Mas..."
"Hehehe... Mas tau, kamu pasti tersipu disana, iya kan?"
"Sudah ah Mas jangan bercanda mulu."
"Tapi kamu suka kan sayang..."
"Mas aku mau lanjut perjalanan dulu ya. Sudah hampir telat ini." Jawabku mengalihkan obrolan kami yang makin kesini makin kesana.
"Hehehe, kamu ya, selalu saja menghindar. Mas semakin gemes..."
Aku hanya bisa terkekeh. Jika terus di lanjutkan obrolan kami ini, bisa-bisa aku terlambat sampai ke tempat kerja.
Aku bekerja di sebuah perusahan yang bergerak di bidang perkapalan. Lebih tepatnya kapal yang menyediakan jasa angkutan barang. Sudah 4 tahun aku bekerja di tempat ini. Dan bertemu Mas Pram pun di tempat kerja ku 2 tahun yang lalu, dan baru menikah setahun yang lalu.
Setahun pernikahan yang aku rasakan adalah kebahagiaan. Mas Pram orang yang penuh perhatian dan bertanggung jawab. Ia juga romantis dan tidak sekali pun berkata kasar padaku apalagi sampai turun tangan.
Aku selalu di manja olehnya. Bagiku Mas Pram adalah segalanya. Dan aku selalu percaya padanya karena selama mengenal dirinya, tidak sekali pun ia mengecewakan diriku.
Bahkan di saat aku tidak kunjung hamil pun Mas Pram tidak kecewa. Katanya menunggu kedatangan buah hati kami sebaiknya di nikmati saja sebagai waktu honeymoon jangka panjang.
Sikap dan perlakukan, juga kata-katanya selalu menghibur aku yang terkadang dalam mood yang buruk. Ia pandai mengambil hati dan membuatku melupakan rasa lelah dan stres ku. Bagiku Mas Pram adalah lelaki sempurna.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊