Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.
"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.
"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Skak Mat!
***
Kedua mata Robi menatap tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Chairul Tiana, Ayna dan seorang pria misterius entah siapa. Bagaimana bisa mereka ada disini?
"Bagaimana bisa kalian menyusup kesini? Hei, pengawal! Seret mereka keluar!" titah Robi.
"Robi Dirandra." aura mencekam tiba-tiba menguar, itu dari Chairul sendiri.
"Kamu seret kami keluar, maka bersiaplah detik ini. Namamu tidak akan terdengar lagi di strata sosial." ancam Chairul.
"Ha! Kamu pikir aku takut dengan ancaman kalian ha? Aku ngga takut! Kalian ini hanya kumpulan orang rendahan yang dibayar oleh bos besar kalian itu untuk menghadiri pesta mewah ini! Kalian ini hanya sampah! Ngga cocok untuk berada disini!"
Chairul tersenyum geli mendengar ucapan penuh keangkuhan dari Robi. Ia juga menoleh ke sekitarnya kalau semua tamu undangan saling berbisik, menggosipkan betapa angkuhnya CEO Termirren Corporation itu.
"Ya. Teruskan saja kesombonganmu itu, Tuan Robi. Toh tidak akan ada ruginya bagi kami kalau Anda merendahkan kami. Yang ada, Anda yang sebentar lagi bakal direndahkan oleh banyak orang." kali ini, gantian Tiana yang menyindir Robi.
"Heh nenek lampir! Kamu pikir kamu itu siapa ha? Aku akan melaporkanmu karena kamu sudah memporak porandakan acara penting kami! Tunggu saja!"
Yuliana akan mengeluarkan handphone miliknya dan Ayna yang melihat itu, panik seketika. Takut jika Tiana akan dilaporkan. Tapi, tangan Alia diberi kode untuk Tiana. Menyuruhnya untuk tetap tenang.
'Mau sampai kapan kalian begini? Apa kalian ngga sadar kejahatan kalian sudah besar dan banyak yang menyaksikan?' batin Ayna yang mulai kesal pada paman dan bibinya.
"Ck. Ini kenapa sinyal ngga nyambung-nyambung hah?" Yuliana kesulitan saat menghubungi pihak berwajib, dikarenakan sinyal tidak normal.
"Ayo. Mana mereka? Kenapa belum datang juga? Padahal ini panggilan darurat dari istri CEO ternama." sindiran Tiana membuat para tamu undangan tertawa.
"B******AN!"
PLAK
"NENEK!"
PLAK
"Apa-apaan kamu-..."
PLAK
PLAK
Yuliana menampar Tiana dengan kencang. Hal itu langsung mengundang amarah Ayna hingga ia membalas menampar Yuliana sebanyak tiga kali tamparan. Entah darimana Ayna mendapatkan keberanian itu, tapi yang pasti sekarang Ayna sudah mulai berubah.
"Sialan! Apa-apaan kamu Ayna? Dia ibuku!" Alea yang sedari tadi duduk diam, langsung menghadang Ayna untuk tidak menampar Yuliana lagi.
"Lalu, apa peduliku?" Ayna menatap Alea dingin, ia sudah benar-benar murka sekarang.
"Orang-orang seperti kalian bertiga, ngga pantas buat hidup. Kalian bukan lagi seperti setan alas, tapi iblis! Hati kalian bertiga sudah seperti iblis! Kalian arogan, semena-mena, angkuh, dan tamak. Itu semua terekam jelas di mataku karena akulah yang selama ini kalian siksa dalam seumur hidupku!"
Ayna berjalan perlahan dengan bantuan tongkatnya, mendekati Yuliana dan Alea yang jatuh terduduk. Ia juga ikut berjongkok, menyamakan tinggi mereka berdua.
"Aku akan berbaik hati kepada kalian, kuberi satu kesempatan emas ini. Jika kalian bertiga ngga mau situasi kalian bertambah parah, bersujudlah kepada kakek dan nenek. Bersujud dan minta maaf atas apa yang kalian perbuat kepada mereka selama ini. Ayo lakukan." perintah Ayna.
"Cuih! kamu pikir kami akan melakukannya ha?! Aku ngga sudi jika harus bersujud pada kaki orang tua menjijikkan seperti mereka! Aku juga ngga sudi minta maaf pada orang cacat sepertimu!" balas Alea tak kalah sengit.
Ayna tertawa pelan mendengar jawaban dari Alea. Ia sudah menduga akan seperti ini.
"Kan aku wanita yang normal awalnya. Siapa yang sudah membuatku menjadi cacat begini? Bukannya kalian ya?"
DEG
Skak mat! Balasan Ayna langsung membuat mereka bungkam seribu bahasa.
"Ya sudahlah kalau kalian ngga mau minta maaf, toh yang bermasalah kan kalian. Oh ya, lupa pula. Ini, hadiah buatmu Alea. semoga kamu suka ya. Dan aku mengucapkan juga... Selamat tinggal~. Aku ngga akan lagi kembali kepada kalian karena... Aku akan bahagia bersama orang yang kucintai. Hidupku akan kembali berwarna dan lebih bahagia lagi, dibandingkan kalian."
Ayna menoleh ke arah Adam, ia tersenyum manis ke arah pria itu. Bagaskara juga membalas senyuman Ayna.
"Hmmm, tahu begitu aku menolak permintaannya buat mewakili hadir dalam acara pernikahan ini. Mending aku membaca koran sambil ngopi. Ya sudahlah kalau begitu. Ayo kalian bertiga. Kita pulang saja."
Chairul mengajak istrinya serta kedua cucunya untuk kembali pulang. Namun...
"M-Maaf, tunggu dulu sebentar. Saya adalah CEO-..."
"CEO Triantara Corporation kan?" ucapan Tono dipotong langsung oleh Chairul.
"I-Iya benar. Tolong sampaikan-..."
"Oh benar juga. Tuan saya mengatakan, kalau beliau tidak menerima bentuk kerja sama apapun dari perusahaan besar ataupun kecil. Entah apa alasannya, dan itu mutlak. Tidak bisa ditawar. Beliau juga memberikan dokumen penolakan ini agar lebih jelas lagi. permisi."
Segera setelah Chairul menyerahkan selembar dokumen penolakan kerja sama, ia dan ketiga orang tersayangnya keluar dari aula pernikahan itu.
"K-Kenapa... Kenapa kerja samaku ditolaknya..." lirih Tono saat melihat dokumen itu.
"Besan, jangan-..."
CTAASSS
"Besan? Jangan panggil aku besan!"
Saat Robi akan menyentuh pundak Tono untuk menghiburnya, tangannya ditepis oleh Tono dan seketika... Pria paruh baya itu murka.
"Aku ternyata tertipu dengan wajah malaikat kalian! Kalian bertiga... Kalian bertiga memang setan! Gara-gara kalian pula yang bersifat buruk, aku merugi besar! Sudah berapa uang aku keluarkan untuk ini semua?! Dan lagi... Aku juga ngga dapat kerja sama yang paling aku impikan!"
"Besan, tapi mereka-..."
"Apa? Apa kamu bilang mereka hanya orang tua ngga tahu diri atau mereka adalah gelandangan, begitu? Otak pakailah! Apa kamu ngga tahu kalau pin yang mereka berempat gunakan itu adalah pin resmi dari keluarga Wicaksono? Kalau sudah begitu, habis sudah!"
"Sudahlah! aku mau pulang saja! Ngga ada gunanya aku disini terus!"
Istri Tono, Maya, serta Hendry mengikuti langkah Tono. Sejenak Maya melihat Alea dengan pandangan jijik. Ia juga bergumam...
"Wanita menjijikkan."
"H-Hendry! Hendry, tunggu sebentar... K-Kamu percaya denganku kan? Kamu juga cinta denganku kan? Jika iya, tolong selidiki lagi masalah ini. Aku mohon... Aku ngga melakukan itu semua-..."
CTAASSS
"KYAAAA!"
"Ha? Ngapain pula aku harus membantu lonte Dirandra? Ngga sudi aku."
Setelah menepis tangan Alea yang menggelayut di lengannya, Hendry langsung menyusul kedua orang tuanya. Bersamaan dengan itu, semua tamu undangan satu per satu meninggalkan aula. Tatapan mereka seperti tatapan kecewa. Bahkan Tyas dan Nana, sahabat Alea.
"Tyas, Nana..." lirih Alea.
"Maaf. Kami pulang dulu. Besok-besok kalau ada pernikahanmu, jangan undang kami ya. ikutan malu jadinya." ucap Tyas datar.
semuanya sudah keluar, tinggal tersisa Robi, Yuliana, dan Alea. Mereka bertiga temanggung, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.
"K-Kenapa... Kenapa jadi seperti ini..."
"A-Aakkhhh sakiiittt..."
"ALEA!" tiba-tiba saja, Alea merintih kesakitan dan memegang perutnya.
"Sayang. Kamu kenapa nak?" tanya Yuliana panik.
"Hiks... Ma... Sakiittt..."
"Alea! Bertahanlah! Kita akan-..."
Ucapan Robi terputus karena ia tiba-tiba melihat bercakan darah yang muncul di balik gaun bawah Alea.
"Darah..."
Tak tahan dengan rasa sakitnya, Alea langsung tidak sadarkan diri.
"Sayang! ALEA!"
***
"Huuuhhh, akhirnya. Bisa santai sedikit sekarang." di dalam mobil yang dikendarai oleh Adam, Chairul merasa lega karena permasalahan sudah selesai.
"Hmm, lumayanlah. Aku bisa fokus ke jenjang berikutnya." gumam Adam.
"Oh ya nak. Kamu hebat banget tadi! Berani sekali! Sungguh kemajuan yang hebat nak!" puji Tiana saat mengingat apa yang dilakukan Ayna tadi.
"I-Itu karena mereka menampar nenek. Ya saya ngga terima dong kalau mereka apa-apain nenek." sanggah Ayna.
Ketiga orang itu tertawa mendengar sanggahan Ayna. Tapi tidak dapat dipungkiri kalau mereka begitu bangga dengan Ayna.
"Oh ya Adam. Gedung pernikahan yang kakek maksud kan ada tepat di samping butik. Kamu ke butik saja dengan Ayna. Biar kakek dan nenek yang uruskan dekorasi pernikahan kalian." ucap Chairul kepada Adam.
"Ya laahhh, tapi jangan juga berlebihan ya dekorasinya. Ntar orang-orang malah curiga." pesan Adam.
"Lah, duit-duit kakek lah. Ya terserah kakek."
"Heuuhhh terserahlah." akhirnya, Adam benar-benar memasrahkan Chairul dan Tiana untuk menentukan dekorasi gedung pernikahannya. Ia berharap, kakek dan neneknya tidak berlebihan dalam menentukan dekorasinya.
***
Mata Ayna melebar tatkala melihat gaun-gaun yang berjejer indah. Apalagi ia melihat harga di setiap gaun, rasa sesak menyerang dirinya.
"Ti-Tiga juta... Ini pula... Lima juta? A-Apa-apaan harga ini? Beras sebelas karung dapat lah kalau harga begini... Paling masih ada sisanya..." lirih Ayna sembari memegang dadanya.
"Ya memang harganya sebegitu gadis kecil. Ayo, pilih yang kamu mau." titah Adam.
"T-Tapi kak... Harganya..."
Adam menahan tawanya. Ia benar-benar gemas dengan Ayna yang kembali diserang rasa ketidak enakkannya.
"Aku yang bayarkan semua. Kan aku sudah bilang di rumah, aku yang urus dan aku yang bayar. Ingat Ayna. Kamu akan jadi istriku, dan aku akan mengabulkan apapun keinginanmu ketika kita hidup bersama nanti."
Mendengar ucapan Adam, akhirnya mau tidak mau Ayna langsung berjalan perlahan melihat dengan teliti setiap jejeran gaun itu. Memang, ada harga ada kualitas. Ia akui itu.
"Ini..."
Pandangan Ayna berhenti di suatu gaun yang memiliki model rok tak terlalu lebar, bagian dadanya tertutupi sampai leher, dan kedua lengannya panjang transparan. Di bagian dada pula, terdapat beberapa untaian mutiara. Ayna terpana dengan keindahan gaun itu.
"Ini... Mutiara asli?" tanya Ayna.
"Ya. Mutiara laut." langsung saja Ayna melotot dan berjalan menjauhi gaun itu, tapi ia keburu ditarik kembali oleh Adam.
"Permisi. Aku mau gaun ini." panggil Adam pada desainer.
"Waaahh pilihan yang baik Tuan Adam! Saya siapkan dulu ya. Nona, ayo ikut saya sekalian dicoba." desainer wanita itu menarik tangan Ayna.
"Kakak ngga ikut mencoba?"
"Nanti. Setelah aku lihat modelmu, aku akan menyesuaikan."
***
SSRRREEGG
Tirai terbuka, menampakkan Ayna dengan gaun yang dipilihkan Adam. Semua mata memandang Ayna. Terpesona. Satu kata itu. Mereka terpesona dengan Ayna yang bagaikan bidadari.
"Cantik..." mendengar gumaman Adam, membuat wajah Ayna memerah.
"Saya... Pilih gaun ini, boleh kak?"
"Ha? O-Oh iya, boleh. Aku pilih gaun ini. Siapkan secepat mungkin dan sesuaikan ukurannya." titah Adam pada desainer itu.
"Siap!"
sekarang, giliran Adam yang mengenakan setelan pengantin pria berwarna putih. Kali ini Ayna yang terpesona dengan refleksi Adam yang bertambah gagah dan mempesona.
'Kakak tampan sekaliiii!'
***
"Hohoho, pilihan yang bagus cucuku! Kalian sudah seperti Raja dan Ratu! sudah tentu dekorasi yang kita pilih ini cocok dengan mereka! Ya kan, istriku?"
"Hehehe, tentu saja! Dekorasi yang kita pilih sudah memberikan kesan elegan, pakaian mereka juga memberikan kesan elegan, simpel, dan anggun! Cucok banget sudah!"
Chairul dan Tiana memuji setelan pernikahan yang dipilih oleh Adam dan Ayna. Mereka juga membanggakan penilaian kedua sejoli muda itu yang pintar memilih setelan pernikahan.
"Oh ya Ayna. Kamu sudah memilih sepatunya? Atau mau nenek rekomendasikan biar kamu ngga kesusahan nanti jalannya?" tanya Tiana sekaligus menawarkan kepada Ayna.
"Sudah nek. Tadi sekalian juga dengan gaunnya. Ayna pilih yang haknya rendah banget." jawab Ayna.
"Apa nyaman di kakimu?"
"Hm, sangat nyaman. Kaki saya ngga pegal sewaktu pakai sepatu itu."
Tiana menghela nafas lega. Ia takut jika Ayna akan mendapatkan sepatu yang kutang nyaman. Tapi syukurlah, Ayna sudah mendapatkan sepatu yang nyaman. Ia benar-benar mengkhawatirkan keadaan kaki kanan Ayna.
***
"Apa? D-Dokter tadi bilang apa?"
Sesampainya di rumah sakit, Robi dan Yuliana terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh sang dokter.
"Anak Anda berdua mengalami keguguran. Nona Alea mengalami pendarahan hebat, tapi keadaannya sudah stabil sekarang. Silakan melihatnya jika ingin menjenguknya."