“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Merubah Niat
Surat wasiat ini ku tujukan pada Alex dan Stella.
Aku tahu, aku sungguh sangat tidak tahu diri karena berani meninggalkan surat wasiat sebelum kepergianku, mengingat aku pernah menjadi duri dalam rumah tangga kalian, Aku sungguh sungguh menyesal dan minta maaf untuk itu.
Tapi memikirkan putriku yang sebatangkara di dunia ini, membuatku rela membuang rasa maluku, hingga aku berani lancang menulis surat ini.
Semasa hidupku, sebisa mungkin aku berusaha agar putriku tak kesepian, namun siapa lah aku, aku hanyalah aku yang tak bisa menolak takdir tuhan, ayah dari anakku meninggal, dan sekarang penyakitku semakin kronis.
Aku mohon dengan segala kerendahan hati, sepeninggal ku nanti, tolong jaga anakku, tak masalah walau kalian hanya mengawasinya dari jauh, aku hanya ingin dia tetap merasa memiliki keluarga walau hanya keluarga jauh, itu saja.
Di sisa hidupku ini, aku berharap dan selalu berdoa, semoga sepanjang hidup kalian selalu dilimpahi dengan kebahagiaan.
Jakarta, … … …
Anindita Prameswari.
Gadisya mendekap kertas wasiat tersebut, seakan akan itu adalah satu satunya harta berharga yang ia miliki, ia menangis ketika mengingat kondisi ibunya menjelang akhir hayat nya, Anindita tak pernah berpesan apapun padanya, Anindita hanya meminta maaf pada Gadisya, karena sudah menjadi beban untuk anaknya, bahkan tak pernah membahas surat wasiat yang di titipkan pada pengacara.
Gadisya merasa ibunya pasti sedang sangat putus asa pada saat itu, cemas karena sudah merasa akhir hidupnya sudah dekat, hingga rasa putus asa membuatnya menuliskan surat wasiat untuk Alex dan Stella.
"Maafkan papi dan mommy, karena selama ini hanya mampu mengawasimu dari kejauhan, tanpa bisa mendekat dan memelukmu layaknya seorang anak bagi kami," ujar Alex.
Gadisya menggeleng kuat, "Tidak, papi dan mommy tidak salah, saya yang seharusnya berterima kasih, perhatian yang kalian berikan sungguh sangat berarti, bahkan aku merasa memiliki orang tua, walau tak pernah terlihat wujudnya."
Gadisya beranjak dari kursinya, kemudian berjalan memutar mendekati kedua mertuanya, "tolong izinkan saya memeluk kalian," pintanya dengan linangan air mata, "bagi saya papi dan mommy adalah malaikat tak bersayap."
Stella berdiri kemudian memeluk menantunya, ia pun terharu mendengar pengakuan menantu nya, tak sia sia rasanya, selama ini ia memberikan ketulusan dan cinta nya pada Gadisya, mengingat rumitnya kisah masa lalu mereka bertiga, ia, Alex dan Anindita.
Namun sekali lagi Stella membuktikan, keikhlasan dan ketulusan akan selalu membawa kebahagiaan, begitu pula yang ia rasakan pada Alex, dia benar benar melupakan perbuatan Alex di masa lalu, dan menerima kembali pria itu dengan hati yang lapang, tak pernah lagi ia mengungkit masa lalu mereka, ia hanya ingin melanjutkan hidup dengan bahagia.
Lain Gadisya, lain pula yang dirasakan Kevin.
Kevin merasa perlakuan kedua orang tuanya pada Gadisya, sungguh berlebihan, selama ini Kevin begitu posesif pada Stella, masa kecil yang ia lalui tanpa Stella membuatnya selalu menginginkan perhatian lebih.
Karenanya, melihat situasi saat ini Kevin justru semakin geram, 'makin besar kepala saja gadis itu, mendapat perhatian penuh dari mommy, heh pasti ia bahagia, awas kamu yah, lihat saja nanti apa yang bisa kulakukan untuk menyakiti mu, Ibu mu sudah menghancurkan masa kecilku, jadi sekarang jangan pernah bermimpi untuk bisa bahagia bersamaku, apalagi kamu sudah mencoba mengambil perhatian kedua orang tuaku, tak akan ku biarkan itu terjadi' batin Kevin.
'Sebaiknya aku segera mencari apartemen, agar aku bisa menjauhkan gadis itu dari mommy, enak saja, dia pasti akan terus terusan menempel pada mommy sementara aku bekerja, mommy hanya milikku, Andre dan juga Emira, sementara putri dari wanita itu, tak berhak bahagia diantara kami.
Alex tahu Kevin masih marah padanya, namun kemarahan Kevin Justru hanya dianggap angin lalu oleh Alex.
"Bisakah kalian ceritakan pada kami, awal mula pernikahan kalian?" Tanya Stella pada anak dan menantunya, setelah mengurai pelukannya. "Kev … sejak tadi kamu diam, biasanya kamu tak berhenti bicara jika di dekat mommy."
Kevin ingin menjerit rasanya, bila ia mengingat kejadian itu, kenapa juga hari itu ia harus terjebak di rumah Gadisya hingga tragedi salah paham memalukan itu terjadi. "Abang malas menjelaskan, Gadisya saja, karena malam itu abang pingsan."
Alex terbelalak, " kamu pingsan karena kelelahan setelah …. ?" Tebak Alex, sejujurnya ia hanya ingin menggoda putranya, Alex sangat yakin Kevin tidak akan melampaui batas.
"Papi … " sentak Kevin, ia sedang kesal justru papi nya sama sekali tak mengerti perasaannya.
"Baiklah papi minta maaf," Alex mengalah.
Dan selanjutnya mengalirlah kisah malam itu, di tengah hujan, petir, angin, dan disertai pemadaman listrik.
Gadisya menceritakan semuanya tanpa ada yang ia tutupi, termasuk permintaan maaf nya Karena ia tak tahu kalau Kevin sangat sensitif dengan coklat.
"Hahaha … "
Selepas mendengar kisah Gadisya, Alex dan Stella justru tertawa keras.
"Kok papi sama mom ketawa sih?" Protes Kevin.
"Yaaa karena kamu lucu,"
"Jadi waktu itu, abang memutuskan ikut ke desa Sekar Kencana karena sedang kesal?" Tanya Stella.
Kevin mengangguk.
"Dan tak ingin mendengar kami membicarakan perjodohan?"
Kevin mengangguk lagi.
"Izinkan mommy dan papi menegaskan, bahwa mommy dan papi sama sekali tidak memaksamu untuk mau menerima Gadisya sebagai istrimu, hari itu kami mengatakan ingin memperkenalkanmu dengan Gadisya, tidak lebih, kalau pun kamu bersedia menikahinya, kami sangat bersyukur, tapi jika kamu memang tak menginginkan pernikahan kami tidak mempermasalahkan."
"Tapi kini semua nya berbeda, kalian sudah menikah, terlepas dari apapun yang menjadi penyebab kalian menikah, mommy yakin, kalian berdua memang ditakdirkan berjodoh, mommy berharap kalian sungguh sungguh menjalani pernikahan ini, berusaha saling mencintai dan menghargai pasangan kalian, pernikahan adalah hal yang sakral, jika kalian tak ingin seperti mommy dan papi di masa lalu, jangan coba mempermainkan pernikahan kalian."
Nasehat yang indah terdengar di telinga Gadisya, kini ia tahu siapa sosok berjasa dalam hidupnya, dua orang malaikat yang tak lain adalah kedua mertua nya yang memiliki hati tulus, dan kasih sayang tanpa batas, Gadisya sungguh menyesal karena tak mengetahui keterlibatan mereka sejak awal, jika ia tahu sejak awal, tak akan mungkin ia terpancing emosi karena perkataan Kevin yang menyakitkan.
'Tuhan jika memang pernikahan ini atas kehendakmu, maka izinkan aku merubah niat ku, aku sungguh ingin membalas budi baik mereka, aku janji tuhan, apapun yang terjadi aku akan berusaha mencintai suamiku, ku mohon beri aku kesempatan ya tuhan.' Gadisya berdoa dalam hati.
Setelah pembicaraan di ruang makan, kini Stella memilih berbicara berdua dengan Kevin, ia sangat tahu, putra sulungnya ini sebenarnya memiliki hati yang lembut, dia hanya haus kasih sayang, sesuatu yang tak kevin dapatkan dari Stella di masa lalu.