NovelToon NovelToon
Keluarga Untuk Safina

Keluarga Untuk Safina

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / Istri ideal
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Secara kebetulan aku bertemu dengan keluarga kecil itu, hadir sebagai seorang istri terutama ibu pengganti untuk anak pria itu yang berstatus duda saat menikahiku.

Sungguh berat ujiannya menghadapi mereka, bukan hanya satu, tapi empat. Namun, karena anak bungsunya yang paling menempel padaku, membuatku terpaksa bersabar. Mungkinkah aku akan mendapatkan cintanya mereka semua? Termasuk Ayah mereka?

Kami menikah tanpa cinta, hanya karena Delia, anak bungsu pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua Gara-Gara Kakak

🌻🌻🌻

Di jam istirahat pertama aku ke kelas Shani untuk memantau gadis itu. Kulihat seorang pemuda duduk di sampingnya, mereka sedang berbicara dan untuk pertama kalinya aku melihat gadis itu tersenyum indah ketika berbicara bersama pemuda yang cukup tampan itu. Tidak hanya ada mereka berdua, ada beberapa murid lain di sana yang sibuk dengan perbincangan mereka. 

Hmm … dari cara mereka saling menatap aku merasa ada percikan-percikan rasa suka. 

Melihat keberadaanku berdiri di luar kelas mengurangi senyuman di bibir Shani. Sejenak matanya memandangku jauh dan aku tersenyum sambil mengarahkan jari telunjuk ke arah pemuda yang duduk memunggungiku yang ada di hadapannya. Matanya langsung membesar, menegurku. 

Pemuda itu menoleh ke belakang dan aku berjalan melewati kelas itu, berpura-pura hanya sekadar lewat. 

“Kamu kenapa, Shan?”

“Tidak ada.” Gadis itu tertawa ringan. 

Tingkahnya mengingatkanku saat zaman sekolah SMA dulu. Kejadian tersebut juga pernah aku alami, tetapi hanya sekadar suka biasa dengan temanku laki-lakiku itu. 

Suara telepon dari gawai yang ada di saku rok seragamku berdering. Kakiku berhenti berjalan di depan perpustakaan dan menjawab sambungan telepon yang datangnya dari Mas Lintang. Pria itu menyuruhku datang ke sekolah Zien karena bocah itu kembali berulah, bertengkar dengan teman sekelasnya. 

Untuk meninggalkan sekolah, terpaksa aku minta izin dulu kepada guru dengan pihak sekolah, takutnya kembali terlambat. 

***

Guru denganku profesi yang sama denganku duduk di hadapanku dan di sampingku duduk wanita paruh baya yang merupakan ibu dari anak lawan Zien bertengkar. Sedangkan kedua anak itu berdiri di sisi kanan kami dengan seorang guru pria berdiri di belakang mereka, yang menengahi mereka saat tadi bertengkar secara fisik. 

“Bisa jelaskan dari mana kejadiannya berawal?” tanyaku kepada guru yang ada di hadapan kami. 

“Semua gara-gara Kakak,” ketus Zien yang membuat semua orang kaget. 

Namun, tampaknya guru yang duduk di hadapanku itu paham mengapa Zien sampai berkata begitu kepadaku. Bocah itu ditegur dan menyuruhnya minta maaf kepadaku. Jika tidak, maka akan diskors selama satu minggu. Ancaman itu membuat Zien tunduk karena takut kepada Mas Lintang.

“Maaf,” ucap Zien.

“Sudah! Bu, saya minta maaf atas perlakuan anak saya. Lain kali akan saya didik lebih baik,” ucapku kepada guru Bimbingan Konseling di sekolah itu. "Maaf, Bu," ucapku kepada ibu anak yang ditonjok Zien. 

Untung saja wanita paruh baya itu bisa mengerti.  Semua bisa kami selesaikan dengan komunal yang baik. Namun, mereka berdua disuruh pulang dan boleh kembali masuk sekolah esok hari karena takut ada perkelahian susulan. 

Ku genggam pergelangan tangan Zien, membawa anak itu keluar dari ruangan tersebut dan langsung menghadapkan ke arahnya, di mana bocah itu memasang wajah angkuh dengan pandangan yang dipalingkan. 

"Kenyataannya begitu, kan? Mengapa kamu malah menonjoknya?" tanyaku. 

"Benar. Tapi, aku tidak suka mendengarnya karena aku tidak suka punya Ibu yang jauh lebih muda dari ayahku. Kakak itu tidak cocok menjadi istri Ayah."

"Mengapa tidak? Jarak usiaku dan ayahmu hanya dua belas tahun. Mengapa tidak?" tanyaku. "Zien." Tangan aku daratkan ke pundak kanan bocah itu. "Kamu sebenarnya anak yang pintar dan baik, mengapa begini? Tolong jangan bertingkah seperti ini lagi, kasihan Ayah kalian."

Zien menepis tanganku dan berjalan meninggalkan keberadaanku. Ucapku sama sekali tidak didengarkan. Tidak masalah, aku akan berusaha berbicara nanti dan akan membuatnya memahami maksudku agar sikapnya itu bisa berubah. 

***

"Selamat malam ...! Ayah membawa kue kesukaan kalian!" Suara Mas Lintang terdengar dari luar kamar. 

Pria itu tengah membahagiakan anak-anak dengan membawa kue ke rumah, sepertinya semua anak-anaknya suka dengan jenis makanan manis itu.  Entah seperti apa bentuknya karena aku berada di kamar, duduk di tepi kasur sambil melipat satu keranjang kain anak-anak yang sudah dicuci oleh Bu Sulis. 

Suara pintu dibuka mengalihkan pandanganku dari setumpuk kain yang masih banyak di atas kasur. Pria itu menghampiriku, membawakan sekotak kue ukuran sedang. Cukup bahagia rasanya. 

"Terima kasih," ucapku sambil mengambil sodoran kotak kue itu. 

Mas Lintang menaruh tas kerjanya di atas kasur, lalu berjalan menuju lemari. Pria itu kelelahan sepertinya, kasihan sekali. Apalagi ketika mengingat sikap-sikap anaknya yang tentu membuatnya kecewa jika kasusnya seperti Zien hari ini. 

"Kenapa?" tanya Mas Lintang. 

Tatapanku yang cukup lama mengarah kepadanya disadari pria itu. Bibirku tersenyum ringan sambil menggelengkan kepala. Pria itu menganggukkan kepala sekali dan keluar dari kamar sambil menenteng handuk, ingin mandi. 

Sebelum Mas Lintang kembali, aku menyiapkan baju tidur dan menaruhnya di atas kasur. Dalam sekejap aku merasa rasa tertarikku berubah kagum, aku benar-benar menyanjungnya secara diam-diam. 

Sekitar sepuluh menit kemudian, Mas Lintang masuk ke kamar dengan handuk menutupi bawahannya. Pria itu melangkah pelan menuju kasur sambil menatap baju yang aku siapkan. Sebelum meraihnya, pandangan diarahkan padaku dengan senyuman ringan. 

Benar-benar tampan. Pria itu terlihat mempesona setelah mandi dengan rambutnya yang basah. 

“Terima kasih,” ucapnya. 

Kepalaku manggut-manggut. 

“Mas mau ke mana?” tanyaku kepada pria itu ketika melihatnya hendak keluar kamar. “Pakai di sini saja. Tidak enak berjalan di luar dengan tampilan seperti itu,” ucapku. “Cukup aku saja yang melihatnya,” gumamku. 

“Apa?”

“Tidak ada.”  Kepala menggeleng-geleng sambil tersenyum. 

"Kalau begitu, kamu arahkan pandanganmu ke sana." Mas Lintang menyuruh mengarahkan pandangan ke jendela di sisi kanan kasur, ke arah pintu berada. 

Pria itu memojok di sisi kiri kamar. Suasana kamar hening sejenak dengan rasa aneh menghampiri jiwaku yang membuatku sedikit mengukir senyuman yang bertahan beberapa detik langsung menghilang setelah melihat pintu kamar dibuka. Posisiku beralih berdiri dan memutar badan ke belakang untuk memastikan suamiku itu sudah memakai pakaiannya. Tingkahku spontan tanpa berpikir. Tubuhku membeku sesaat menemukan keberadaannya tengah mengenakan bawahan. Kami sama-sama membelalak dan aku bergegas kembali memutar tubuh membelakanginya dengan perasaan malu. 

Tidak siapapun yang memasuki kamar setelah pintu itu dibuka, luas pintu terbuka pun tidak besar. Pintu kamar aku dekati dan mengeluarkan sedikit kepala, aku melihat Revan tengah mengejar Delia, mereka bergelut, berlari-lari mengelilingi Bu Sulis, Shani, dan Zien yang duduk di bangku ruang tamu. 

Mungkin pintu kamar terbuka karena anak-anak itu. 

"Kenapa, Fin?" tanya Bu Sulis yang mengalihkan pandanganku dari kedua anak yang masih berlari itu kepadanya. 

"Bukan apa-apa, Bu." 

Pandanganku kemudian beralih kepada Shani dan Zien yang menoleh ke belakang, ke arahku dengan wajah dingin. Senyuman aku tunjukkan kepada mereka sambil menutup pintu dan memutar tubuh ke belakang. 

Dahiku langsung menyentuh dagu Mas Lintang, pria itu tiba-tiba sudah berdiri di belakangku tanpa aku sadari. Kepala aku dongak, menatap wajahnya, di mana pandangan kami langsung beradu. 

1
Mariyam Iyam
lanjut
Darni Jambi
bagus,mendidik
Ig: Mywindersone: Terima kasih.
🥰🥰
total 1 replies
LISA
ya nih penasaran jg..koq bisa yg menculik itu mengkambinghitamkan Fina..pdhl Fina yg sudah menolong Shani..
LISA
Moga dgn kejadian itu Shani sadar dan tidak memusuhi Fina lg jg mau menerima Fina sebagai Mamanya
Darni Jambi
upnya yg rutin kak,
Darni Jambi
kok ngak up2 to mbk ditungguin, bagus critanya
LISA
Ya nih Kak
LISA
Pasti ibunya anak²
LISA
Ya Kak..Fina bijak bgt..salut deh sama Fina..istri yg pengertian
LISA
Pasti ke rmhnya Delia
LISA
Aq mampir Kak
Rina Nurvitasari
semangat terus thor
Rina Nurvitasari
mampir dulu thor semoga ceritanya menarik dan bikin penasaran...

semangat terus rhor💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!