NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta CEO

Terjerat Cinta CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO
Popularitas:24.8k
Nilai: 5
Nama Author: ainaa

"Al..." Elen mengguncang bahu Al pelan saat bocah itu sedang bermain ponsel, "Pikirin cara buat nolak dong, Al. Mama gak mau nikah!" Adu Elen agak bersungut-sungut.

Al menggelengkan kepala, "Jangan gangguin Al, ma. Nanti afk." Sahut bocah itu tidak ingin diganggu.

"Ih kesel banget." Elen mendengus menatap kesal putranya lalu menoyornya pelan.

"Kan, Al udah bilang mama lihat nanti aja. Kalau pertemuannya lancar jadi nikah kalau enggak ya udah batal."

Ini baru awal dari kisah mama Elen yang dikejar secara brutal dan ugal-ugalan oleh Daddy Aksa, seorang CEO perusahaan. Dan juga masih ada dua remaja nakal bin ajaib bernama Calvin Chris Marin dan Arkana Ephraim Axelle yang akan merecoki hidup Elen dan Aksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Bab 20

Pagi hari, Elen terbangun dalam dekapan seorang pria. Siapa lagi kalau bukan Aksa. Pria itu tidur miring memeluk Elen yang membelakanginya, begitu posesif seolah tak ingin membiarkan Elen lepas darinya. Tangan kekarnya melingkar di perut Elen dengan salah satu lengannya yang lain sebagai bantal Elen.

Elen membuang napas kasar sembari membalik tubuhnya, ia langsung dihadapkan dengan dada bidang Aksa. Meskipun pria yang masih nyenyak dalam tidurnya itu memakai kaos, masih terlihat jelas bagaimana otot-otot perutnya yang keras.

"Dasar." Gumam Elen sembari perlahan mengangkat tangan Aksa dari atas perutnya, ia lalu beringsut turun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi.

Elen berdiam diri di bawah shower air dingin tanpa melakukan pergerakan apapun untuk beberapa saat. la termenung memikirkan apa yang terjadi semalam, bagaimana Aksa bisa menemukannya dengan mudah dan bagaimana pria itu bahkan tahu Elen bertemu dengan Bagas. Juga bagaimana Aksa yang menciumnya secara brutal.

"Dia benar-benar bukan orang sembarangan." Gumam Elen pelan. Mulai tersadar seberapa besar kekuasaan pria itu. Pria yang kadang bersikap lembut tapi banyak kasarnya yang dengan terang-terangan menginginkan dirinya. Apa yang harus Elen lakukan sekarang? Dari kejadian semalam Elen juga was-was. Aksa, pria itu memang sangat menginginkan dirinya saat ini. Yang artinya tidak akan mudah bagi Elen menghindar ataupun menolak pria itu.

"Baiklah, jika itu memang maunya. Aku akan lihat seberapa lama dia akan bosan padaku." Putus Elen akan mengikuti permainan Aksa.

Elen keluar dari kamar mandi hanya mengenakan bathrobe, dilihatnya Aksa sudah terbangun dan sedang bertelepon dengan posisi duduk bersandar headboard. Pria itu melirik sekilas ke arah Elen dan kembali fokus pada teleponnya dengan sesekali mengangguk-anggukan kepala. Sedangkan Elen tidak ambil pusing, dia mengambil pakaian gantinya di koper dan kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian sebab tidak mungkin mengganti pakaiannya di depan Aksa. Yang ada pria itu kesenangan.

"Hari ini mau kemana?" Tanya Aksa sambil melangkah mendekati Elen yang baru saja keluar dari kamar mandi, sudah berpakaian lengkap.

"Kafe." Jawab Nabila singkat.

"Pergi sama saya." Ucap pria itu sambil merengkuh pinggang Elen dengan sebelah tangannya.

Cup.

"Morning kiss." Elen mendelik, kecupan singkat mendarat di bibir Elen secara cepat sampai Elen tidak sempat untuk menghindar. "Tunggu saya sebentar, nanti kita sarapan diluar." Ucap Aksa sembari berlalu ke kamar mandi.

"Morning kiss, morning kiss, seenaknya aja main cium. Argh menyebalkan." Pekiknya menggerutu menuju nakas untuk memeriksa ponsel Elen.

Tok.. Tok.. Tok

"Siapa sih?" Elen mengambil ponselnya dan berjalan ke arah pintu untuk memeriksa siapa yang mengetuk pintu sepagi ini.

"Maaf bu, saya ditugaskan untuk mengantar baju ganti Pak Aksa." Ucap seorang pria yang merupakan staf hotel jika dilihat dari seragam yang pakaiannya.

"Ya, terima kasih, mas." Jawab Elen menerima paper bag dari staf hotel tersebut dan membawanya masuk. Ia meletakkan paper bagnya diatas tempat tidur. Sementara Elen memilih duduk di sofa lalu menelepon Al.

"Iya, ma." Terdengar sahutan malas dari seberang saat panggilan telepon dari Elen terhubung.

"Belum bangun kamu, Al? Nanti telat sekolah." Tanya Elen karena suara Al seperti malas-malasan dan ada seraknya khas baru bangun tidur.

"Ini juga mau bangun, ma." Sahut bocah itu," Mama kenapa telepon pagi-pagi?"

"Nggak, cuman mastiin kamu bangun aja. Ya udah sana mandi terus sekolah. Jangan lupa sarapan, minta tante Rissa buatin sarapan atau jajan ya."

"Iya, ma."

Selesai menelepon Al, Elen menelepon Joko. Mengabarkan jika dirinya akan ke kafe pagi. Lalu mereka akan meninjau lokasi ruko milik teman Joko. Karena jika cocok, Elen akan langsung menyewanya.

Selesai bertelepon dengan Joko bersamaan dengan Aksa yang keluar dari kamar mandi. Pria itu langsung berganti pakaian di kamar dan Elen memilih pergi ke balkon sementara Aksa sedang bersiap.

"Ayo, mau sarapan dimana?" Tanya Aksa sudah siap. Pria itu mengenakan kaos polos yang dimasukan ke dalam celana kain dan juga sepertinya akan memakai jas. Karena jasnya belum dipakai masih tergeletak di atas tempat tidur.

"Makan di restoran yang ada di bawah aja." Jawab Elen sambi mengambil tas nya. Lalu berjalan keluar kamar diikuti Aksa yang menyusul seraya memakai jasnya. Penampilan Aksa yang fresh seperti itu cukup menyita banyak perhatian wanita yang mereka lewati. Tak jarang para perempuan nampak berbisik setelah Aksa melewati mereka dan itu membuat Elen mendengus kesal.

"Kamu kenapa ngikutin saya, sih? Emang nggak ada kerjaan lain, apa?" Sungut Elen melangkah masuk ke restoran.

"Kenapa kamu keberatan?" Tanya balik Aksa datar. Dia berjalan di sebelah Elen dengan dua tangan dimasukan ke dalam saku celana.

"Ya iyalah. Pake nanya. Keberadaan kamu itu sumber keberatan di dalam hidup saya." Dengus Elen.

Aksa mengangguk kecil, "Kalau begitu biasakan, mulai sekarang saya akan berada didekat kamu. Setiap hari." Ujarnya santai.

"Hah." Elen menghembuskan napas kasar, Terserah lah." Balasnya malas.

Keduanya sudah duduk di salah satu bangku yang ada disana sambil menunggu pesanan mereka. Elen tampak cuek sambil sesekali mengamati sekeliling restoran, sementara Aksa sibuk dengan ponselnya.

"Kita pulang ke Jakarta malam ini, besok pagi saya ada meeting penting." Ucap Aksa sembari meletakan ponselnya di atas meja. Lalu menatap Elen.

"Ya kamu saja yang pulang, yang meeting kan kamu. Saya masih ada urusan di sini. Lagian juga nggak ada yang nyuruh kamu tetap disini." Tolak Elen. Dia memang rencananya mau pulang besok sore, masih ada beberapa urusannya yang belum selesai.

"Kamu pikir saya akan biarkan kamu tetap disini dan bebas berkencan dengan pria itu? Jangan mimpi kamu. Kalau saya bilang pulang malam ini, pulang. Tidak ada bantahan." Jelas Aksa dingin.

"Dih, belum juga jadi suami udah ngatur-ngatur." Cibir Elen.

"Selesaikan urusan kamu sampai sore ini, kita pulang ke Jakarta malam nanti." Ucap Aksa tegas tidak menerima bantahan apalagi penolakan.

"Suka-suka kamu sajalah." Malas Elen berdebat. Yang ada nanti malah merusak harinya. Ini masih pagi, Elen tidak mau karena berdebat dengan Aksa moodnya seharian nanti rusak.

"Makasih, mbak." Ucap Elen pada staf restoran yang mengantarkan makanan mereka. Staf itu mengangguk dan berlalu pergi.

Setelah sarapan Elen pergi ke kafe bersama Aksa. Pria itu sungguh mengikuti Elen kemanapun Sementara Bagas yang tidak menemukan Elen di hotel tempat Elen menginap semalam memutuskan pulang ke Jakarta siang itu karena dia pikir Elen mungkin sudah kembali ke Jakarta.

***

Al baru saja pulang sekolah dan nongkrong di Kafe depan sekolah bersama Dion sembari menunggu jemputan dari Rissa. Karena tantenya itu sedang sibuk take konten endorsenya. Seperti pengaturan Elen, Al belum diizinkan membawa motor sendiri sampai kakinya sembuh total.

"Mau apa lagi mereka?" Gumam Dion melihat Toni dan kedua temannya datang menghampiri meja Al. Sementara Al hanya melirik malas.

Toni cs semakin mendekat dan kini sudah berdiri di sebelah bangku Al. Toni ditengah diapit dua temannya.

"Ada apa, bang?" Tanya Dion menengadah menatap Toni. Sedangkan Al terlihat acuh. Dia lebih memilih menikmati minumannya.

"Gue ada urusan sama Al, lo mending gak usah ikut campur, Yon." Balas Toni tegas.

"Gue gak ada urusan sama lo." Ucap Al datar melirik sinis Toni.

"Heh, anak pelacur. Lo ada urusan sama gue."

Anak pelacur? Al dan Dion serempak menatap Toni.

"Kenapa? Kaget 'kan, lo. Gue bisa tahu kalau mama lo bukan sekedar janda tapi juga pelacur yang sering disewa sana-sini." Seringai Toni puas melihat wajah Al menggelap dengan rahang mengetat.

"Apa lo bilang?" Al beranjak dari duduknya, menarik kerah Iksan. "Lo bilang apa barusan?" Ulang Al dengan dada naik turun menahan emosi salah satu tangannya menarik kerah Toni, tangannya yang lain mengepal.

"Gue bilang mama lo selain janda ternyata juga murahan, suka dipakai orang check in sana sini."

Bugh!

Satu bogem mentah berhasil mendarat di rahang Toni membuat bocah remaja itu meringis.

"Lo mau mati?" Sentak Toni.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Baku hantam pun tak terelakan. Antara Toni dan Al yang membabi buta menghajar Toni tampan ampun. Bahkan Dion dan kedua teman Toni saja tidak mampu menghentikan Al menghajar Toni. Sampai suasana cafe menjadi ricuh, banyak perabotan kafe yang rusak karena ulah Al dan Iksan.

"Lepas!" Pekik Al saat tubuhnya di tahan oleh satpam cafe yang langsung datang setelah mendengar keributan di lantai tiga. Sementara Toni sudah terkapar tidak berdaya di lantai. Dion dan dua teman Toni pun ikut babak belur, mereka yang mencoba memisahkan Al dan Toni tak jarang terkena sasaran pukulan dari Al.

"Ada apa ini?" Suara bariton pria dewasa terdengar mendekat, semua menoleh ke arah sumber suara. Dia adalah Garry yang datang bersama Ervan. Dibelakang mereka ada Arka Cs.

"Ini Pak, ada keributan dari anak-anak ini." Lapor satpam pada Garry selaku pemilik Kafe.

Garry dan Ervan melirik sekilas pada Al yang masih terlihat sangat emosi di tahan satpam lalu melirik satu anak yang penuh luka di lantai.

"Eh, buset. Lo ngapain Al?" Orion yang tadinya berada di belakang Arka langsung angkat bicara melihat Al babak belur ditahan satpam. Tapi, Al tidak menyahutinya. Sementara Arka dan Lucas sedikit kaget melihat Al yang nampak emosi sekali.

"Kalian membuat keributan di cafe saya, panggil wali kalian. Saya perlu bicara!" tegas Garry.

"Om, saya akan tanggung jawab tapi jangan panggil orang tua saya. Kerugian cafe om saya akan ganti rugi." Ucap teman Toni takut jika orang tuanya tahu dia terlibat perkelahian.

"Oke, kalau tidak mau memanggil wali. Saya akan lapor polisi." Ancam Garry. Sehingga Toni dan yang lainnya setuju memanggil wali mereka.

"Kalian ikut saya ke lantai empat!" Titah Garry pada bocah-bocah itu, lalu menatap karyawan kafenya, "Bungkam semua yang menyaksikan kejadian hari ini. Lantai 3 tidak ada keributan apapun!"

"Baik, pak."

Lalu Garry dan Ervan berjalan ke lantai 4. "Gar, mamanya Al masih di Jogja." Bisik Ervan.

"Lo nggak ngomong dari tadi."

"Habis lo udah ngotot mau manggil wali mereka." Balas Ervan.

"Yasudah, nanti lo aja yang jadi walinya Al." Putus Garry, "Lagian tu bocah juga bentar lagi jadi keponakan kita."

Sedangkan Al sudah dilepas oleh satpam. Dion langsung menghampiri Al.

"Al, sabar Al." Ucap Dion berusaha meredam amarah yang masih kentara jelas di wajah Al.

"Lo kenapa sih, Al? Libur baku hantam sama kita malah baku hantam sama si Toni?" Orion kembali menyelutuk penasaran. Dan, Al diam saja. Dia mengambil tasnya berjalan diikuti Dion. Menuju lantai 4.

Bugh!

Menendang tubuh Toni saat melewati bocah itu.

"Bangsat." Teman Toni hendak mengejar Al namun deheman Arka membuat bocah itu mengurungkan niatnya. Sementara Arka, Orion dan Lucas menyusul ke lantai 4.

"Kalian juga naik." Ucap Garry sambil berlalu.

Di lantai 4 sudah ada beberapa kursi yang ditata menjadi huruf U, bocah yang terlibat baku hantam sudah duduk saling berseberangan saling menatap. Dengan Garry dan Ervan duduk di tengah-tengah di antara kubu Al dan Toni.

Sedangkan Arka, Orion dan Lucas duduk santai di sofa yang berada di sudut ruangan. Arka cs awalnya ingin makan siang di kafe milik Garry itu, kebetulan mereka malah bertemu Garry dan Ervan di parkiran sehingga masuk bersama. Tidak tahunya malah ada keributan perkelahian di lantai 3 kafe milik Garry dan kebetulannya lagi yang membuat keributan adalah Al.

"Kalian sudah hubungi wali kalian?" Tanya Garry.

"Sudah om, tante saya lagi jalan ke sini." Jawab Toni.

"Mama saya juga sudah jalan ke sini, Om." Kedua teman Toni serempak menjawab.

"Kalau kamu?" Garry beralih menatap Dion.

"Orang tua saya lagi di luar kota, om. Wali saya ikut sama walinya Al saja." Jawab Dion datar.

"Ck, emang Al punya wali? Mamanya aja masih di Jogja sibuk jual diri." Cibir Toni membuat suasana menjadi tegang, Garry dan Ervan saja sampai menoleh ke arah Toni begitupun Arka cs.

"Anjir si Toni mulutnya." Orion menganga tidak percaya.

"Jangan-jangan mereka baku hantam karena ini?" Sahut Lucas,

"Toni, lo jangan keterlaluan. Mamanya Al itu perempuan baik-baik, bukan seperti yang Lo bilang." Dion bersuara tidak terima.

"Ada buktinya, mamanya Al keluar dari hotel malam-malam sama cowok. Kalau nggak jual diri apaan? Janda lagi, kalau nggak jual diri dapat uang dari mana nyekolahin Al ke sekolah kita? Yang lo juga tahu sekolah kita biayanya mahal." Toni makin berani menghina Elen bahkan tidak merasa takut saat Garry dan Ervan menatapnya tajam.

"Lo bener-bener anjing!" Umpat Dion tidak tahan lagi beranjak dari duduknya berniat menghajar Iksan. Namun, ditahan oleh Al.

"Kenapa Al, gue mau hajar dia. Dia udah keterlaluan menghina mama Elen, Al." Ucap Dion.

"Biarin aja." Ucap Al datar.

"Cukup!" Bentak Garry, "Diam kalian semua. Sampai wali kalian datang jangan ada yang bersuara!" Tegasnya.

"Kamu sudah menghubungi walimu atau walimu juga tidak bisa datang?" tanya Ervan pada Al.

"Tante saya lagi jalan kesini." Jawab Al.

Ervan mengangguk lalu berbisik pada Garry," Mungkin adek gue. Dia udah deket soalnya sama tuh bocah. Bella juga sering beliin kado buat tu bocah."

10 menit kemudian, seorang perempuan dengan penampilan heboh datang. Dia adalah wali Toni. Lalu, disusul dengan wali dari kedua teman Toni.

"Anda berdua bisa pulang, dan bawa anak anda." Ucap Garry pada kedua wali Garry. Mereka disuruh datang untuk menjemput dua putranya dan menandatangani perjanjian jika tidak terlibat perkelahian dengan Al hari ini bahkan mendapat uang saku dari Garry.

"Loh kok pulang, gimana dengan keponakan saya?" Protes tantenya Toni.

"Keponakan anda pemicu keributan jadi masih harus tinggal sampai wali lawannya datang." Jawab Garry datar.

"Toni, kamu gak papa? Bilang sama tante siapa yang bikin kamu babak belur begini?" Ujar Rani sambil mengusap pipi Toni dengan lembut.

"Dia, Tan." Tunjuknya pada Al.

Rani menatap nyalang pada Al baru saja Rani akan bertanya pada Al suara dari arah pintu terdengar menginterupsi.

"Permisi." Disaat yang bersamaan Rissa datang. Semua orang yang berada di ruangan itu menatap pada Rissa.

"Saya tantenya Al." Ujar Rissa kikuk karena menjadi pusat perhatian.

"Silahkan masuk!" Ucap Garry mempersilahkan, pria itu juga berdiri sebentar sampai Rissa berjalan kearah Al.

"Anjir, nggak mamanya nggak tantenya cantik semua." Kagum Orion melihat paras Rissa.

Tidak hanya Orion sebenarnya yang terpesona akan kecantikan Rissa, Garry dan Ervan saja sempat tertegun untuk beberapa detik.

Rissa juga gadis yang cantik, langsing dan sangat modis dalam berpakaian. Terlebih ia datang setelah take endorse, meskipun make up nya natural tapi kecantikannya tetap terpampang nyata.

Garry lalu menceritakan masalah yang terjadi antara Al dan Toni setela Rissa maupun Rani duduk di sebelah keponakannya masing-masing. Lebih tepatnya menceritakan bagaimana kedua remaja itu saling baku hantam, karena Garry sendiri belum mengetahui alasan pasti mengapa dua bocah itu berkelahi.

Rissa mengangguk mendengar penjelasan dari Garry.

"Bener kamu yang mukul duluan, Al?" tanya Rissa

"Hem." Al menjawab jujur.

"Kan, sudah jelas keponakan kamu yang kurang ajar ." Sahut Rani.

Tidak menanggapi ucapan Ranu, Rissa justru fokus sama Al. "Kenapa? Masalahnya, apa?" Tanya Rissa lembut seperti seorang ibu pada anaknya.

"Pake ditanya udah jelas dia mukul duluan, itu karena keponakan kamu itu nakal. Kurang ajar, nggak didik dengan benar, pantas sih dibesarkan sama janda ya gitu gedenya jadi bajingan."

"Nona Rani, jangan memperkeruh suasana." Peringat Ervan tidak suka dengan ucapan Rani.

"Memang benar begitu kenyataannya, Tuan." Balas Rani berani.

"Saya akan diam, silahkan diselesaikan secara baik-baik. Anggap saja keberadaan saya sebagai perantara mediasi, silahkan." Garry menengahi.

Terlihat Al sudah mengepalkan kedua tangan lagi siap untuk menghajar Rani, bocah itu bahkan akan berdiri jika saja Rissa tidak mengusap lengannya dan menyuruh Al tetap duduk dengan gerakan matanya.

Sementara Rissa yang tadi menatap Al beralih menatap Rani, "Udah ngomongnya?" Tanya Rissa tenang.

"Kenapa sih nyolot, dengerin dulu penjelasan anak-anak kenapa? Al nggak mungkin mukul orang tanpa sebab. Kalau sampai Al mukul duluan apalagi sampai bikin keponakan kamu parah gini itu pasti keponakan kamu udah melewati batas kesabaran keponakan aku." Tukas Rissa.

"Emang ponakan kamu aja yang nakal." Cibir Rani.

"Terus ponakan kamu baik, gitu?" Tanya balik Rissa.

"Iyalah, keponakan aku itu anak baik nggak pernah tuh selama ini ikut tawuran, dia fokus sama sekolahnya gak neko-neko apalagi ikut balap liar." Ketus Rani.

"Lebih ke cupu nggak sih, ponakan kamu?" Cibir Rissa enteng lalu menatap sinis Rani, "Tantenya aja hobi dugem masa ponakannya cupu."

"Lo!" Tunjuk Rani geram pada Rissa.

Ervan yang melihatnya berisik pada Garry, "Mereka saling kenal kayaknya." Garry mengangguk setuju.

"Apa? Gak usah nunjuk-nunjuk gue." Balas Rissa menghempas jari telunjuk Rani dengan menghempas tangannya.

"Gue mau laporin ponakan lo ke polisi, dia udah menganiaya ponakan gue." Tegas Rani mengancam.

"Yaudah sih laporin aja, Al juga udah sering keluar masuk kantor polisi. Gak masalah." Rissa benar-benar menanggapi Rani dengan tenang tidak gentar sedikitpun.

"Tapi, sebelum itu gue mau denger dulu alasan Al mukulin ponakan lo." Rissa kembali menatap Al, "Al, jawab Tante! Masalahnya apa?" Sayangnya Al memilih bungkam. Lebih tepatnya tidak mau mengatakan alasannya, dia sakit hati mendengar mami kesayangannya di hina.

"Tante aku aja yang jelasin." Dion menyahut.

"Boleh, Yon. Coba tante mau denger."

"Halah pasti masalah sepele." Cibir Rani.

"Sepele atau nggak kita bakalan denger dari Dion." Ujar Rissa malas mendengar celotehan Rani.

"Jadi, gini Tan. Toni yang mulai duluan, dia menghina mama Elen, mengatai mama Elen pelac*r makanya bisa besarin Al, bisa biayain Al masuk SMA Bina Husada. Toni juga bilang mama Elen di Jogja bukan ngurus kerjaan tapi lagi jual diri sama teman kencannya. Al jadi emosi terus mukul Toni." Jelas Dion secara singkat semua yang ada disana langsung menatap Toni dengan pikiran masing-masing. Rani juga menatap Toni dengan sebelah alis terangkat. Kalau Ervan malah mendengus, soalnya dia tahu apa yang dimaksud Toni pasti saat Elen bersama Bagas.

"Lo tahu sesuatu, Van?" Bisik Garry.

Ervan mengangguk lalu balik berbisik, "Kita dengerin dulu."

Begitupun Arka cs.

"Gak mungkin banget sih, orang mamanya Al wajahnya adem gitu." Celutuk Lucas tidak percaya.

"Bener, nggak mungkin banget." Sahut Orion.

"Aku punya buktinya, kok. Nggak sembarangan. Ada fotonya mamanya Al keluar dari hotel sama laki-laki ." Celetuk Toni sambil mengangkat ponselnya.

"Oh, ya? Coba tante lihat." Rissa ramah menjulurkan tangannya meminta ponsel Iksan.

"Bener kamu ada fotonya?" tanya Rani.

"Ada, Tan. Temen aku yang kirim, omnya dia lagi nikah di hotel yang sama. Jadi, dia tahu." Jawab Toni. Toni memberikan ponselnya pada Rissa. Yang langsung diperiksa sama Rissa. Seperti dugaan Ervan, foto yang Toni punya adalah saat Elen dan Bagas bersama keluar dari hotel.

"Terus bukti kalau mamanya Al perempuan nggak bener mana? Tante cuman lihat mamanyya Al jalan sama cowok itu pun nggak gandengan."

"Itu..." Toni menggaruk tengkuknya yang nggak gatal, "Tapi mereka keluar dari hotel, bisa aja habis check in."

"Ya nggak bisa langsung disimpulkan gitu dong, disana 'kan ada pesta juga seperti yang dibilang temen kamu. Bisa aja mamanya Al dari pesta terus keluar bareng sama tamu yang lain. Nggak boleh dong nuduh tanpa bukti valid, jatuhnya pencemaran nama baik loh." Rissa berucap sambil menatap tajam Toni. Memberikan peringatan lewat sorot matanya.

"Heh, ngapain lo natap ponakan gue kaya gitu?" Seru Rani tidak terima, "Apa yang Toni katakan bisa aja bener. Lagian dapat uang dari mana Mbak Elen bisa ngurusin Al seorang diri. Lo juga dapat uang dari mana anak kuliah beli mobil sendiri. Kalau ngg

1
Dizzah Afkar
godddd
ceritanya seruuu,,,suka sukaaa👍
Kusii Yaati
gmn sih sa main sruduk aja hadehhh🤦🤦🤦
Dizzah Afkar
mesem mesem q nyaaa😅😁😁
etina_
semangat terus karyanya sukses selalu
etina_
otor mending si Aksa manggil aku kamu atau ga pake nama kesayangan aja dari pada saya gitu kaya kaku
ainaa: proses ya temen²🥰
total 1 replies
Dizzah Afkar
alllllll
arkaaaaaaa
😁😅👍
Dizzah Afkar
linaaaa,jangan jadoli kompor loooo,,nanti ujung ujungnyaaaa ada si bagassss,,awas Lo Lina 😤
Dizzah Afkar
ayo bang Aksa gas polll,,,guwe suka gaya loooo👍👌👌👌👌
Dizzah Afkar
heleh si Zaki pake bawa mama segala,,,,si Bagas juga apaan siiiiiii kayak ulat bulu looooo.....pusinggggggg pembinornya beterbangan cuiiiiii🤣😤
Dizzah Afkar
helehhhh si zakiii pake bawa mamanya,,ini juga si bagassss kayak ulat bulu Lo,,,,pusing pusinggggg pembinor hus hus😁😤
Dizzah Afkar
lanjut thoorr,,,
suka suka👍
Melati Putri
lanjut thor, berasa kurang bacanya.
suka kali lah pokoknya
Dizzah Afkar
wahhh,,apa pembinornya akan tambah lagi ya,,,,
bang aksaaaa nikahnya yang grecepppppppppp,,,haduhhh kok gemes q sama si bagassssss🤪
Dizzah Afkar
haduuuu mblibetttt,,linaaaa Lo cari masalahhhhhh,,,elennnn kamu mbok Yo yang tegas sama Bagas,oj ngomong ya ya aja kalo diajakkkk,,,,hadeeeeeeee🤣
Lannnn🙈
Lina ko tega ya
Dizzah Afkar
ayo Thor up lagi
elen kamu yang tegas dong ke Bagas,,haduuuuuu buat masalah aja kamu Len lennn
Melati Putri
lanjut thor
Dizzah Afkar
Luar biasa
Dizzah Afkar
bagus,,,suka suka critanya
GK bikin bosen👍
anggita
like👍+☝hadiah iklan. terus berkarya tulis, moga novelnya sukses.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!