Diculik dan hendak dijual organ tubuhnya membuat Eva salah jalan dengan meminta pertolongan kepada pria asing yang rupanya seorang Mafia Berdarah Dingin??
Tinggal bersama kumpulan orang-orang bringas yang hobi berbisnis ilegal di Mansion D'Alle. Mansion milik seorang mafia berdarah dingin bernama Damiano Shaw D'Allesandro— pria dengan ambisi yang ingin menguasai 3 wilayah terbesar milik mafia terkenal dan memperluas kekuasaannya.
Pertemuannya dengan Eva malah membuatnya menemukan arti kehidupan yang sesungguhnya. Lalu bagaimana nasib Eva? Hidup bersama lima keluarga mafia yang masing-masing memiliki kisah dan dendamnya tersendiri. dibunuh dan membunuh! menyiksa, merebut, memaksa, seks, kriminal.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MY MR.MAFIA — BAB 02
NASIB BURUK
Di heningnya malam yang seharusnya untuk istirahat, Eva malah memutuskan untuk pergi dari rumah kakek neneknya. Wanita cantik berdarah Indonesia—Inggris itu memutuskan untuk pergi ke kantor polisi pusat dan melaporkan tindakan yang terjadi.
“Lihat saja. Mereka pikir aku takut huh! Para polisi tidak berguna.” Kesalnya tak berhenti mengoceh.
Saat melewati jalanan yang sepi, Eva merasa merinding seketika hingga ia merapatkan mantel cokelat nya yang panjang itu dan melirik ke kanan-kiri, namun kakinya masih berjalan cepat.
Tiba-tiba langkah Eva berhenti saat dirinya melihat siluet seorang pria yang berdiri di depannya dengan jarak yang tinggal 10 kaki saja. Refleks Eva pun mulai kebingungan hingga dia ingat bahwa ini bukanlah Indonesia.
“Who is there?” tanya Eva nampak serius namun dari belakang tiba-tiba seseorang membungkam mulutnya dengan sebuah kain yang sudah terdapat obat bius di sana.
Ingin meronta tapi terlambat ketika tubuhnya mulai lemas dan pingsan.
Pengalaman yang sangat buruk untuk pertama kalinya dia datang sendirian di Inggris. Eva, seorang wanita bukan lagi gadis why? Karena masa lalunya yang kelam dan membuatnya trauma bila berhubungan dengan seorang pria bengis.
...***...
“Tuan Allesandro! Satu kapal ku sudah berlayar ke New York, Anda bisa menunggu barang yang Anda inginkan, dan aku pastikan tidak ada kerusakan di sana.” Jelas seorang pria dengan rambut rapinya, kulit putih pucat dan setelan jas panjang abu-abu.
Sambil berjabat tangan, Damiano Shaw D'Allesandro, pria berkepala 3 itu menerima jabatan tersebut. “Senang berbisnis denganmu.” Ucap dingin pria yang kerapkali dipanggil Allesandro oleh para klien bisnis maupun no bisnis.
Gerombolan pria tadi mulai pamit pergi, meninggalkan Allesandro atau Shaw yang masih berdiam diri di pinggir dermaga bersama saudara tiri sekaligus asisten pribadinya.
“Colleo sudah tertangkap.” Ucap pria tampan dengan tatto di dada sebelah kanannya yang nampak terlihat karena kemeja yang selalu ia buka dua kancingnya. Panggil saja Will Moonstone (32th).
Shaw mengangguk-angguk kepalanya kecil seakan-akan dia sangat suka bila mangsanya tertangkap. “C'mon.” Ajaknya berjalan lebih dulu dan diikuti oleh Will.
Sungguh, pria tampan seperti mereka untuk apa berjalan-jalan di malam hari kalau bukan urusan pekerjaan gelapnya!
Tak butuh lama sampai di sebuah lorong dimana empat anak buah Shaw yang lainnya juga berjaga di sana agar mangsa tak dapat lolos.
“Aku mohon lepaskan aku... Keluargaku, dia pasti akan cemas.” Ucap seorang pria malang yang saat ini berjongkok dengan dikelilingi empat pria tangguh yang memakai mantel luar panjang.
“Kami pasti akan melepaskan mu setelah mendapatkan satu berita darimu.” Tiba-tiba suara khas menjawab begitu saja sehingga ketakutan dalam benak pria yang berlutut tadi bertambah panik hingga bernapas memburu.
Seorang pria yang selalu memakai mantel luar panjang dengan warna gelap. Seorang mafia yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik khususnya di dunia kriminal.
Shaw berhenti tepat di depan pria itu. Tatapan tajam nan dingin berasa menusuk musuhnya yang hanya bisa menganga sambil menyatukan kedua tangannya. “A-apa yang kau inginkan Tuan?? Aku... Aku tidak punya berita apapun, aku hanya seorang reporter.” Ujar pria itu masih saja berbohong.
Shaw merendahkan tubuhnya hingga satu lutut menyentuh tanah dan tangan kirinya bertumpu di atas lututnya. “Kau tahu betul maksudku, Reporter.”
Sungguh, tatapan Shaw selalu berhasil membuat lawan bicaranya terpaku.
“Su-sungguh... Aku tidak tahu— ”
Plakk!! Satu tamparan keras Shaw berikan hingga kacamata yang pria reporter itu pakai, terjatuh di tanah dan sedikit retak. Tubuhnya yang sudah gemetar mulai membuatnya merintih kesakitan saat pipinya memar dan sedikit berdarah. Bayangkan saja betapa keras tangan Shaw.
“Tell me (katakan padaku).” Ucapnya masih menunggu sembari mengambilkan kacamata reporter tadi dan memasangkannya kembali ke pria malang tadi walau retak separuh.
Pria malang tadi menatapnya sambil memelas. “Tu-tuan... Aku... Aku..” Tak bisa berkata-kata saat tatapan ancaman dari kelompok Allesandro benar-benar membuatnya terjebak. Pria itu menelan ludah lalu mengeluarkan secarik kertas dari dalam jaketnya dan memberikan kepada Shaw.
“Me-mereka hanya memberiku alamat ini dan memintaku datang— ”
“For what? (untuk apa)?” potong Shaw begitu saja dan masih enggan menerima kertas itu.
Terlihat wajah ketakutan dari reporter tadi dan bingung apakah dia harus mengatakannya atau tidak. “Itu... Itu hanya, be-berita... Alamat... ”
Tak suka berbelit-belit, Shaw dengan kasarnya langsung mendorong ke belakang tepat di wajah reporter tadi hingga membantingnya dan membuat belakang kepala reporter tadi hancur seketika saat terhantam oleh paving yang keras. Kacamata yang dipakai pun retak karena terkena tekanan telapak tangan kiri Shaw.
Will dan empat anggota lainnya yang melihat hanya biasa akan hal seperti itu.
Tentu saja pria itu sekarat kesakitan, menggerakkan kaki dan tangannya seolah meminta tolong. Hidung mancungnya mengeluarkan darah.
“I hate the fuckin slowness (aku benci kelambanan).” Bisik Shaw hingga dia mulai.berdiri tanpa memperdulikan keadaan yang mengenaskan dari sang reporter tadi.
“Will! Ambil kertas dari tangannya dan pergi dari sani.” Pinta sang D'Allesandro itu bergegas menuju mobilnya yang tak jauh dari lorong tersebut. Mungkin hanya 6 langkah saja.
Will mengambil kertas tersebut namun reporter tadi mencoba menahannya hingga dengan kasar dan jahatnya, Will menginjak dada pria itu hingga ia terpekik kesakitan. “Diamlah sialan.” Ucap Will kepada pria yang masih tergeletak.
Sementara di samping bagasi mobil, Shaw merokok santai bersama dua anak buahnya yang masih berjaga di area tersebut.
“Ini benar-benar sebuah alamat Shaw.” Ucap Will menunjukkan kertas tadi ke kakak tirinya itu.
...***...
Sementara di sebuah kapal dengan ukuran yang tak terlalu besar ataupun kecil. Eva masih tergeletak dalam keadaan pingsan saat kedua tangan dan kakinya diikat, kedua kelopak matanya bergerak hingga berkerut alis saat bayangan masa lalunya membuat dia tak karuan.
(“Tidak.... Lepaskan aku.... ”) Suara teriakan serta tangisan dari seorang gadis kecil yang rupanya adalah dirinya sendiri.
Hingga Eva melihat bayangan-bayangan dari wajah seorang pria hidung belang, seorang pemuda yang dengan keterlaluan merenggut virginnya pada saat itu. Saat dia dijual secara diam-diam oleh pamannya dulu.
“No...” Lirih Eva mulai bergerak panik namun matanya masih terpejam rapat. Napasnya mulai memburu. (“Aaaahhh.... Mom!”) teriaknya dulu.
“Hey!”
Deg! Eva langsung membuka matanya saat dia mendengar panggilan dari seseorang. Dengan wajah tegang ia membuka matanya dan mulai memperhatikan kesekitarnya dengan seksama.
Para wanita asing ada di sana dalam keadaan terikat kaki dan tangannya. Sadar akan ikatan tersebut, Eva pun mulai menyadari bahwa dia juga diikat. Tentu saja dia mencoba melepaskan dirinya meski memaksakan diri.
“Percuma, kau tidak akan bisa lepas.” Ucap salah satu wanita cantik berambut pirang yang berada tepat di dekan Eva tergeletak, namun mereka semua terduduk.
“Tempat apa ini?” tanya Eva.
“Kapal angkut. Kita ada di dalamnya.” Jawab wanita asing tadi.
Eva yang mulai cemas, dia rasanya enggan berdiri. “Si-siapa mereka?” tanya nya lagi.
“Penjahat! Mereka akan menjual organ kita tapi sebelum itu, kita akan dijual.” Balas wanita lainnya yang nampak takut dan menangis. Tentu saja Eva terkejut karena perdagangan manusia rupanya masih ada.
Lalu bagaimana caranya untuk lepas dari tempat ini?
msh ada musuh2 shaw sprt Alfie cham, Mr. chester & ayah shaw Adrian egort.
eva & shaw sdh sepakat mau pny baby 😁😍😀😁🫢🤭
bener² pasangan ini
nyosor aja terus si shaw 🤣
akhirnya will & gina menikah..
apakah shaw akan sanggup membunuh ayah nya sendiri si adrian ..
dan shaw sll bisa menenagkan eva 🥰😘😍🫢🤭
kalo ga jodohin aja sama Kate yakan hehee 🫶