Isa adalah seorang Presdir tampan, ia dipaksa ibunya untuk menikahi Jinan, gadis kampung yang masih imut karena dia baru lulus SMA.
Untuk menguji ketulusan Jinan, Isa berpura-pura menjadi sopir. Ia tak menyangka, Jinan malah bekerja di perusahaannya sebagai OG.
Bagaimana caranya Isa menyembunyikan jati dirinya dari Jinan, dan akan mereka benar-benar jatuh cinta.
Silakan baca kisah kocak and romantis mereka dalam Novel : Dikira Sopir Ternyata Presdir.
Baca juga kisah Novel saya yang lain :
Dia Ameera (Sang Putri Arab)
Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab
Mona Si Gadis Petualang (Novel Misteri Memecahkan Misteri pembunuhan di kampus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maunah mom's zuzu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Jadi dipecat
"Eh, Om Direktur, tunggu!" teriak Jinan memanggil Isa yang buru-buru masuk ke ruangannya. "Aneh banget tuh orang, kok, dia pergi sambil menutup muka?" gumam Jinan terheran-heran sambil berusaha melongok dan mendekat ke arah Isa, tapi keburu ditarik oleh Vina.
"Eh, Bocil, sekarang kamu sudah dipecat, jadi cepat pergi dari sini, atau aku panggilkan security?" ketus Vina.
Dia langsung menelefon security hingga membuat Jinan bertambah sewot.
"Dasar Tante sekretaris, kalian tuh zolim, Jinan gak salah, malah dipecat, kalian zolim!" Jinan terus berteriak bahkan setelah security datang, dia tetap tak mau pergi, hingga terpaksa si security memanggil temannya dan memegangi Jinan dari dua arah.
"Eh, apa-apaan kalian, kalian gak sopan, Jinan gak terima sikap kalian!" Jinan kembali berteriak, tapi kedua security itu malah menggeret kedua tangannya dan membawanya turun.
"Rasain kamu, Bocil. Enak aja aku dipanggil Tante, orang masih muda dan bahenol begini, dipanggil Tante," gerutu Vina sembari tersenyum puas melihat Jinan ditarik satpam.
"Vina, kamu dipanggil Pak Isa, mana ai Bocil itu?" seru Rafa ketika melihat Vina berdiri sembari tersenyum sendiri.
"Eh, Pak Rafa. Saya segera menemui Pak Isa. Soal si bocil, tadi saya sudah security menggeret dia keluar karena dia terus berontak tak mau keluar," terang Vina yang mengira dia akan membuat bosnya senang dengan sikapnya.
"Apa katamu, kamu menyuruh satpam menyeret si Bocil, keterlaluan kamu!" bentak Isa yang baru saja keluar dari ruangannya.
"Luh, kok, Bapak jadi marah, kan, tadi Pak Isa yang nyuruh Vina mecat tuh si Bocil?" protes Vina tak terima disalahkan.
"Kamu keterlaluan, aku memang menyuruh kamu memecat dia, bukan menyeret dia," sahut Isa tak terima. "Rafa, cepat kamu suruh Satpam membebaskan si Bocil itu!" ucap Isa pada Rafa. Meski sedikit heran, Rafa tetap bergegas pergi melaksanakan perintah bosnya.
"Aneh, sikap si bos ini mencla-mencle," gumam Vina yang terdengar Isa.
"Apa katamu? beraninya kamu mengatai bos kamu!" sentak Isa, Vina pun terkesiap.
"Eh, gak kok, Pak Bos. Vina cuma bercanda. Oh ya, tadi Pak Bos mau Vina nemenin ke mana? apa ke hotel?" Vina mengalihkan pembicaraan.
Mendengar kata hotel, mata Isa langsung melotot dan tangannya menjitak kepala Vina, hingga membuat sekretaris seksi itu meringis.
Pletak!
"Kalau ngomong jangan sembarangan, kita meeting di restaurant, bukan hotel!" ujar Isa, "siapkan dokumen, dan ayo ikut aku!" titahnya sambil berjalan mendahului Vina yang kini sibuk menyiapkan dokumen yang akan mereka bawa.
Isa berjalan dengan cepat menuju lift, hatinya kini gelisah karena memikirkan Jinan yang sudah bekerja di perusahaannya. "Duh, semoga saja tuh bocil gak mergoki aku dan dia gak akan ngeh kalau bosnya adalah suaminya. Hah, seperti judul novel aja; Bosku adalah suamiku wkkwkwk," batin Isa sembari tertawa sendirian di dalam Lift. Dia tak sadar kalau Vina kini sudah ada di sampingnya dan melihat tingkah konyolnya.
"Idih, si Bos kenapa tertawa sendirian, apa dia kesurupan?" Vina bergumam, tapi suaranya malah terdengar Isa yang langsung melotot lagi ke arahnya.
"Kamu mau aku pecat?" tanya Isa dengan menyipitkan matanya.
"Eh, enggak. Iya deh, Vina akan patuh," sahut Vina yang akhirnya diam dan pura-pura tak peduli dengan sikap Isa yang kini sudah terlihat normal.
Di Pintu Gerbang, Satpam itu akan mengeluarkan Jinan, untungnya Rafa sudah tiba di tempat itu. "Pak Ahmad, maaf, biarkan dia kembali masuk!" seru Rafa pada satpam, hingga membuat Satpam itu heran.
"Loh, katanya tadi Bapak mau dia ini dipecat?" tanya si satpam.
"Hmm, kata pak direktur, dia gak jadi dipecat," jawab Rafa. Mendengar jawaban Rafa, Jinan pun melonjak gembira.
"Om, beneran, Pak direktur gak jadi mecat Jinan?" tanya Jinan kegirangan.
Rafa tersenyum geli melihat tingkah bocah itu, hingga tanpa sadar dia pun mengangguk sembari tersenyum. "Iya, kamu masih boleh kerja. Ayo masuk lagi!" sahut Rafa yang disambut dengan teriakan gembira oleh Jinan.
"Makasih, Om. Tuh, kan. Kata Jinan juga janga seret Jinan, kalian gak sopan!" teriak Jinan sembari mengepalkan tinju ke arah satpam yang tadi menyeretnya.
"Sudah, cepat kamu kerja lagi. Ingat, jangan buat ulah lagi, nanti si bos marah dan beneran mecat kamu!" ujar Rafa sambil berlalu dari hadapan Jinan. Jinan pun cepat menyusul masuk.
Di tengah jalan, dia dan Isa pun berpapasan. Isa yang untungnya melihat terlebih dahulu, gegas memasang maskernya ketika akan berselisih jalan dengan Jinan. "Eh, Om Direktur, makasih karena gak jadi mecat Jinan," seru Jinan pada Isa yang hanya menanggapinya dengan anggukan karena dia tak mau rahasianya sampai terbongkar.
Karena tak mendapat respon memuaskan dari Isa, Jinan pun mengalihkan ucapannya pada Vina yang berjalan di samping Isa.
"Jinan masih bisa kerja, wuee!" ucapnya sembari memeletkan lidahnya ke arah Vina yang kini dibuat kesal.
"Iih, dasar bocil!" gerutu Vina kesal, tapi dia tak berani mengumpat karena tak mau disemprot oleh Isa lagi.
Sementara itu Jinan, kini sudah sampai di ruangan Pantry di mana dia bekerja. "Jinan, kamu gak apa-apa? Maaf kami gak bisa banyak bantu kamu, karena kami takut dipecat," ungkap Rima dan yang lainnya.
"Gak apa-apa kok, Jinan kan bisa ngatasi masalah ini," jawab Jinan tanpa beban.
"Oh ya, kata Pak Rafa, kamu dilarang masuk ke lantai 10 di mana ada ruangan bos. Kamu hanya boleh kerja di sini saja di ruangan para karyawan dan staff lainnya," kata kepala OB, "oh ya, nanti kamu jangan menyinggung Bu Vina dan yang lainnya, biar gak dapat masalah lagi, Ok?"
"Ok, Kak," jawab Jinan denga senyum riangnya. Setelah sore menjelang, Isa menyuruh Pak Deni menjemput Jinan di kantornya.
"Loh, kok, di kantor Pak Isa, apa Pak Isa udah terus terang ke dia?" tanya Deni keheranan.
"Belum, tapi ternyata dia kerja di perusahaanku sebagai OG, jadi Pak Deni jangan sampai keceplosan. Katakan saja, Pak Deni cuma dimintai tolong."
Setelah memerintahkan Pak Deni menjemput istrinya, Isa sendiri langsung pulang ke kontrakan. Kali ini dia malah berinisiatif memasak untuk istri bocilnya itu sebagai ungkapan maafnya karena sudah membuat Jinan ditarik-tarik oleh satpamnya, meski Jinan sendiri tak tahu akan semuanya.
"Eh, sepertinya ada orang di rumah, siapa ya? jangan-jangan maling?" gumam Jinan setelah turun dari mobil Pak Deni.
Dia berjalan mengendap-endap memasuki rumahnya. "Keluar kamu maling! rasain ini!" teriak Jinan ketika mendapati seorang laki-laki di dapurnya.
"Aah, Jinan, kamu apa-apaan sih, mukul suamimu?"
"setelah sampai kantor Jinan pun menuju tempat keja OG dan bertanya sama Rima" terus.....baru reader paham,,nih terus pada nanya Rima,,diingat Rima sama numpang dimobil,ataupun pertanyaan tadi dituju sama Isa.