Gadis yang tengah patah hati karena kekasihnya kedapatan tengah bermesraan di dalam kamar dengan adik tiri itu memilih pergi ke sebuah pulau untuk menenangkan hatinya. Ia merasa begitu hancur setelah kematian sang ibu, karena ayahnya menikah lagi. Dan hal tergilanya, adik tirinya tidur dengan kekasihnya sendiri. Dalam kekalutan, ia memilih pergi ke sebuah club malam untuk melampiaskan kemarahannya. Namun kondisinya yang tengah mabuk membuat ia tak sadar dan merayu seorang pria hingga malam itu menjadi malam terburuk dalam hidupnya. Ia kehilangan mahkota yang telah ia jaga selama ini. Hidupnya bahkan semakin hancur setelah pria yang telah merenggut kesuciannya itu datang dan terus mengusik kehidupnnya. Sampai pada akhirnya ia positif hamil dan mencoba mengakhiri kehidupannya yang begitu rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nickname_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lupa meeting
Sesaat setelah memasuki gedung, beberapa orang yang sudah ada di dalam gedung tampak berdiri dari duduknya untuk sekedar membungkukkan badannya menghormati Veronica. Dengan langkah tenang, Veronica berjalan melewati mereka untuk menuju ke lift, seorang resepsionis berjalan cepat menghampiri untuk kemudian mememencetkan tombol lift yang akan Nica gunakan naik menuju ruang kerja.
"Silahkan Bu" Ucap resepsionis sesaat setelah pintu lift terbuka
Veronica menganggukkan kepala nya kepada resepsionis sambil berjalan masuk kedalam lift yang akan membawa nya naik ke lantai paling atas. Hanya dalam hitungan detik, pintu lift kembali tertutup dan sesaat kemudian lift mulai bergerak naik.
"Ting..." Suara terdengar dari lift dan sesaat kemudian pintu lift tersebut kembali terbuka. Sebelum melangkah keluar, di depan lift tampak sekertaris pribadi Veronica sudah menunggu nya. Senyuman dan sapaan yang khas menyambut kedatangan sang Ceo cantik, Veronica hanya melirik nya sekilas dan kemudian Veronica melangkahkan kaki nya untuk keluar dari dalam lift. Sambil berjalan ke arah ruangan, sekertaris tersebut berjalan di belakang Veronica sambil membacakan schedule kegiatan hari ini. Dan setelah itu kembali ruang kerja nya. Ya Veronica sendiri sebenar nya sudah tahu jadwal pekerjaan nya hari ini apa saja.
Veronica duduk di kursi kebesaran nya setelah itu ia memeriksa beberapa dokumen yang ada di meja nya, namun saat mencoba fokus pada pekerjaan, pikiran nya justru tertuju pada Pria yang tengah terlelap di aparteman milik nya itu, ia khawatir jika sampai Dave tak kunjung bangun dari tidur nya dan terlambat datang ke kantor serta melupakan jadwal meeting bersama beberapa perusahaan dan salah satu nya adalah perusahaan milik Veronica.
Di saat bersamaan seseorang mengetuk pintu nya.
^tok tok tok.
"Masuk. Balas Veronica seraya fokus pada berkas di depan nya.
"Kak.. lirih seseorang padanya, seketika Veronica membuang nafas nya dengan kasar.
"Kak gue kesini mau minta maaf kak.
"Duduk gue gak punya waktu banyak,jadi lo bisa langsung pada inti. Ucap Veronica kemudian pada Elsa yang tak lain adalah adik tiri nya.
"Kak, gue tau gue salah bisakah kakak maafin Elsa kak." Rengek Elsa di depan Veronica.
"Gue udah maafin lo, lo ambil aja kalau lo mau.
"Enggak kak, dia gak mau ama Elsa kak dia cuma Cinta kakak. Dan kakak musti tau itu.
"Elsa gue udah gak mau bahas apapun iitu tentang ini semua dan tolong lo pergi sekarang juga dari ruang kerja gue ,karna ada banyak pekerjaan yamg menanti gue.
"Kakak masih marah sama Elsa?"
"Elsa cukup! Kamu bukan anak kecil yang musti bertanya demikian saat kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan, jangan sok polos Elsa,ini semua semakin membuat gue muak tau gak lo!! Lo dengan sadar kok mengajak Alan berhubungan badan, dan bahkan dengan kejinya semua itu lo lakuin di kamar gue. Jadi cukup bersandiwara dengan pura pura sepolos ini!!" bentak Veronica pada sang adik tiri yang pura pura polos akan kelakuan nya padahal sebenar nya ia begitu keji dengan sadar melakukan hal hina itu di kamar Veronica.
"Kak.."
"Keluar sekarang juga Elsa, sebelum gue semakin benci dengan lo!!"
Elsa pun kemudian bangkit dari duduk nya dan pergi keluar dari ruang kerja milik Veronica.
Benar saja sesampai nya di luar Elsa langsung menyebikan bibir nya.
"Heh jika tidak karna ayah mu yang tua bangka aku pun tak sudi untuk meminta maaf padamu!! " Lirih Elsa kemudian berjalan keluar menuju parkiran kantor.
Sedang di dalam Veronica mengusap wajah nya kasar ia muak sekali dengan kedatangan Elsa karna ia tau seperti apa Elsa. Ia tau jika wanita itu tidak akan pernah tulus dalam meminta maaf pada nya, mengapa ayah nya begitu tega menikah dengan wanita yang memiliki anak sejahat dan se picik Elsa, gerutu nya dalam hati.
Veronica buru buru keluar dari dalam ruangan nya setelah itu ia pun bersiap untuk pergi menuju perusahaan milik Dave.
Ia penasaran sekali apakah Dave sudah bangun dari tidur nya atau justru Dave masih terlelap hingga kini di dalam aparteman milik nya.
Veronica melajukan motor nya menyusuri terik nya jalanan Ibukota yang berdebu dan panas. Sesampai nya di perusahaaan milik Dave ia pun turun dari motor nya dan langsung menuju ke ruang meeting di mana sudah banyak perwakilan dari perusahaan lain yang telah menunggu kehadiran pemimpin perusahaan.
****
Di ruang kerja nya Andika tengah mengusap wajah nya kasar, pasal nya anak nya itu sejak pagi belum juga muncul batang hidung nya padahal jelas jika hari ini akan ada meeting dengan beberapa Klien.
Andika pun akhir nya memilih untuk keluar dari ruangan nya dan segera pergi ke ruang meeting untuk menggantikan Dave hari ini.
Nomor ponsel anak nya itu pun tidak dapat di hubungi sedari pagi.
Andika masuk dan kemudian duduk di bangku utama.
"Selamat siang semua." Sapa nya pada seluruh peserta meeting siang ini.
"Siang." Balas semua dengan kompak termasuk Veronica yang tengah memijat kepala nya melihat bukan Dave yang menghadiri meeting hari ini, dan itu artinya Dave masih tertidur dengan lelap di aparteman milik nya.
"Baik di karenakan anak saya sedang tidak enak badan, jadi di sini saya yang akan mewakili pertemuan meeting hari ini, adapun untuk perencanaan selanjutnya mari kita bahas sekarang juga karena waktu nya juga semakin siang dan setelah ini saya masih banyak meeting yang lain." Ucap Andika pada peserta meeting, kemudian meeting pun segera di mulai. Selama meeting berlangsung Veronica sama sekali tidak fokus fikiran nya ada pada Dave yang tengah terlelap di aparteman milik nya. Ia tak habis pikir mengapa anak itu tak berhenti membuat kepala nya sakit. Setelah kurang lebih empat puluh lima menit meeting berlangsung Andika mengakhiri pembahasan perihal project mereka sampai di sini, Veronica pun kemudian buru buru ingin segera pulang, namun lagi dan lagi ponsel nya berdering sebuah panggilan dari sekretaris pribadi nya yang mengingat kan jika ia ada meeting dengan perusahaan lain. Veronica pun mendengus dan segera pergi menuju retaurant tempat di mana meeting kedua akan berlangsung.
Sedang di aparteman milik Veronica, Dave baru saja bangun dan melihat ke arah jam tangan nya.
"Oh shit..!!! Gue kesiangan!!" Umpat nya kemudian bangkit dan akan mengambil kunci mobil nya di meja namun ia menemukan secarik kertas yang Di letakan oleh Veronica di meja, Dave pun tersenyum kemudian buru buru pergi dari aparteman Veronica, Dave buru buru lantaran ia tahu meeting telah berakhir dan ia hanya perlu berakting tidak enak badan agar tak di marahi oleh papa nya dan untuk meyakin kan pada papa nya jika ia serius dalam menangani bisnis papa nya, jika tidak karena tengah pusing dan lantaran kondisi badan nya yang kurang Fit ia tidak akan bolos bekerja, dan akan menghadiri meeting pagi ini. Dave dengan cepat pergi ke aparteman nya dan masuk ke dalam kamar serta bersiap memulai akting nya, ia sadar sekali jika setelah ini salah satu asisten ayah nya atau justru ayah nya sendiri lah yang akan hadir dan memeriksa kondisi nya.
Sedang di tempat lain, Veronica merutuki kebodohan seorang pria yang terlelap dengan santainya di dalam apartemennya, padahal hari ini ada pertemuan penting yang tidak boleh dilewatkan. Frustrasi kian menumpuk dalam benak Veronica, membuatnya kesulitan untuk fokus pada pertemuan yang sedang berlangsung. Setiap detik yang terlewat di ruangan itu semakin membuatnya merasa seperti terperangkap dalam belenggu waktu yang tak kunjung berakhir.
Veronica mengerutkan dahi, ia merasa seolah beban dunia ada di pundaknya. Sebagai CEO muda yang giat, bertanggung jawab atas proyek kolaboratif dengan perusahaan miliknya, harusnya pria itu sadar akan kewajibannya. Dengan harap-harap cemas, Veronica berharap pertemuan itu segera berakhir agar ia bisa segera bergegas kembali ke apartemen dan mengusir laki-laki manja tersebut, mengingatkannya akan tanggung jawab yang semestinya terhadap perusahaan.
Tapi saat itu, yang bisa Veronica lakukan hanya terus mendengus dalam diam, seraya menunggu saat dia bisa melarikan diri dari kungkungan tanggung jawab yang berat ini dan menghadapi masalah yang menunggunya di rumah.